1. Chance

9 3 4
                                    

Bangun kesiangan maupun dapat kelas kepagian? Normal, kesialan-kesialan kecil bagi setiap mahasiswa yang tak memiliki keberuntungan dan link yang bagus.

Terhitung 5 kali dia menguap di kelas, sudah merasa bosan dengan kuliah yang terasa satu abad. Berulang kali mengetuk layar ponselnya, melihat sisa waktu yang harus ia habiskan untuk menahan agar tidak tertidur.

Hoodie hitamnya menutup setengah kepalanya. Berusaha fokus, walaupun kasur dan makan yang sedari tadi lalu lalang di pikirannya. Memutar-mutar pena di jari, menulis kata asal-asalan, menguap, repeated.

"I think i need some spicy food and ice cream," pikirnya.

"..ber?..Anna Timber? Is that person here?" Dosen memanggil namanya.

"I am, Sir!" Anna mengacungkan tangannya ke atas.

Pengabsean selalu dilakukan di akhir jam, yang menandakan pertemuan telah berakhir.

Anna mengemaskan pena dan bukunya lalu dimasukkan ke dalam ranselnya. Berjalan keluar dengan cepat dan sesekali membalas sapa orang-orang yang duduk di lorong kelas. Tujuannya hari ini adalah ayam pedas dan ice cream-nya disalah satu makanan cepat saji.

Sekitar 15 menit dari kampus dengan berjalan kaki, akhirnya Anna sampai di tempat fast food tersebut. Memesan makanan, lalu memilih meja yang berada di lantai dua yang melekat dengan kaca jendela. Mata coklatnya mengamati betapa indah dan majunya kota tempat ia merantau ini, lalu terhenti sejenak ketika melihat berita yang muncul di salah satu videotron sebuah gedung.

'Wanita 27 tahun dibunuh dan dimutilasi.'

Begitulah tulisan yang tertera diberita tersebut. Anna mengedik tidak peduli sambil menyuap ayam kesukaannya, tak lupa ia memfoto ayam tersebut terlebih dahulu. Rutinitas dikala senggang yang selalu diulangi.

Tak lama kala sepi hinggap di kepala, getar benda persegi membuyarkan lamunan. Mom. Tulisan yang muncul mengganti gelapnya layar.

"Anna's here," sapa Anna pada orang yang ada di seberang.

"Kapan kau pulang?" tanya orang itu, bukan ibunya tentunya.

Anna menghela napasnya, "apa pedulimu?"

"Pulanglah."

"Jangan pernah lagi kau datang ke rumahku dan menggunakan ibuku, jerk!"

Anna mengakhiri panggilan itu dan langsung mengetuk-ngetuk layar ponselnya, mengirim pesan.

>AnnaTimber

Mom, stop to give him a chance again. U know i really hate it.

Anna mematikan ponselnya. Menenangkan kesalnya dengan makan dan makan, sesekali membuka catatannya untuk direview kembali.

Anna mengerjapkan beberapa kali matanya, kepalanya terasa bergoyang. Tidak. Ini bukan kepalanya yang bergoyang, namun lantai tempat ia berpijaklah yang bergetar.

Refleks, Anna beranjak dari kursinya diikuti dengan orang-orang yang juga berada di lantai tersebut. Berhamburan turun ke lantai bawah dan langsung mengumpulkan diri di area parkir.

Kian lama, getaran itu kian kuat. Menumbangkan yang kokoh, menghancurkan yang keras, mengacaukan yang stabil.

Ada seorang gadis memeluk kaki Anna dengan erat. Air matanya telah mengalir deras. Anna melepaskan rangkulan gadis itu dan membawanya kedalam dekapannya. Ia berlutut untuk tetap menjaga keseimbangannya ketika getaran itu semakin kuat. Hampir saja ia jatuh menimpa gadis yang berada di dekapannya jika seorang pria tak menahan bajunya.

Opposition SideWhere stories live. Discover now