4. I'm Only Human

12 3 2
                                    

Dale mengutuk Bram di dalam hatinya. Sebegitu pentingkah gadis itu dibanding dirinya hingga Bram tega melakukan ini padanya? Tetapi dilain sisi, Dale semakin ingin bermain dengan gadis itu sebagai balas dendamnya terhadap Bram.

Setengah jam hingga akhirnya efek gelang itu hilang. Dale beranjak pergi. Ia masuk ke dalam dapur dan mengacak-acak semua yang ada di dalamnya.

"Hey, kau tahu dimana dia kan?"

Yang ditanya Dale diam dan memberikan tampang datar. Dale mengeluarkan pisau pipih dari kantongnya yang melekat di pinggang Dale. Ia mengacungkan pisau itu tepat di leher pria yang ditanyainya.

Gavind melemparkan sendok sup yang sedang di pegangnya tepat di pisau yang berada di genggaman Dale.

"Dia tidak ada di sini, berhentilah membuat kekacauan Tuan," ucap Gavind tegas.

Dale tertawa sinis. Ia menatap Gavind tajam. "Siapa kau berani memerintahku."

Wajah Dale menjadi gelap. Dibalik sana ada kemarahan yang ia tahan. Ia berjalan menuju Gavind sembari tangannya mengambil pistol dibalik bajunya. Tanpa pengantar, Dale langsung menembakkan pistol itu ke kepala Gavind. Beruntung pria itu berhasil menghindarinya.

Suasana menjadi hening beberapa detik. Pekerja-pekerja Bram mengambil ancang-ancang untuk bersiap dengan senjata mereka. Mereka harus waspada dengan pemakaian senjata mengingat sekitar mereka banyak orang-orang yang tidak tahu apa-apa.

Alhasil, suara dari pistol Dale mengundang orang-orang untuk datang ke posko dapur darurat. Tetapi Dale tidak peduli dengan orang-orang itu. Dale kembali menyerang Gavind tanpa sedikitpun jeda. Teman-teman Gavind yang berusaha membantunya hanya menjadi lalat kecil bagi Dale, walaupun mereka menyerang Dale secara bersamaan.

Situasi hampir saja diluar kendali jika saja Bram tidak keluar dari ruang bawah tanah. Bram menggertakkan giginya melihat kekacauan yang dibuat oleh Dale. Ia memandang Dale sehingga pria itu sadar akan keberadaan dirinya. Dale tersenyum creepy, namun Bram hanya menatapnya datar.

Dale beralih mengejar Bram. Tak sampai lima meter ia berlari, Bram sudah lebih dulu mengaktifkan mode penahanan di gelang yang digunakan Dale. Gerakan pria itu terhenti, namun seolah tak ingin dikalahkan oleh mesin, ia berusaha melawannya. Alhasil sakit yang diterimanya dua kali lipat lebih sakit dari yang pertama.

"Bersihkan kekacauan disini, bagaimanapun caranya. Hapus ingatan mereka semua tentang kejadian ini," titah Bram kepada seluruh bawahannya.

Bram sekilas melihat Gavind, pria itu kelelahan menghindari serangan Dale, namun sekiranya ia tetap baik-baik saja. Bukan berarti Bram senang dengan hal ini, ia perlu menambah latihan semua bawahannya.

Dua orang membopong Dale menuju ruang bawah tanah, sedangkan yang lainnya membereskan kekacauan. Dari atas stadion, disemprotkan serbuk putih yang menyebar tepat di lapangan sepak bola. Sekitar 2 menit setelah serbuk itu sampai di atas rerumputan, ia berhenti keluar dari atas stadion. Tentu saja semua dalang dibalik ini, memakai masker agar tidak terkena efek dari serbuk ini yang menghapus ingatan selama 15-25 menit yang lalu.

Bram berjalan memimpin. Ia menempatkan Dale di sel tahanan berlapis kaca anti peluru. Dari gelang yang dikenakan Dale, otomatis keluar borgol yang menahan kedua tangannya. Semakin Dale melawan, semakin erat cengkraman borgol itu dan semakin sakit efek dari gelang ini. Tidak cukup satu jam, Dale pun pingsan di dalam sel.

Suasana kembali menjadi tenang. Bram menghembuskan napasnya berat. Ia merebahkan badannya di sofa yang berada di ruang kerjanya. Suara jarum jam bagaikan hipnotis di gendang telinga Bram. Menenangkan. Hingga Bram tidak sadar sudah hampir 6 jam ia terlelap di atas sofa.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 25, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Opposition SideWhere stories live. Discover now