💛2. A Tea Girl

2.4K 403 43
                                    

Part 2.

Sembari membawa kantung plastik yang berisi tiga komik yang baru ia beli, Sierra memutuskan untuk pergi ke kafe yang sering ia datangi sepulang sekolah. Di sana ia biasa membaca komik, bermain game, dan makan siang. Hampir setiap pulang sekolah ia di sana.

Namun, belum sampai di kafe yang ia tuju, langkah kaki Sierra berhenti di depan sebuah kafe yang baru pertama kali ia lihat di kawasan itu. Sierra sudah melewati kawasan itu ratusan kali dan itu adalah kafe yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Tampaknya itu adalah kafe minuman baru.

Sierra menengadah melihat nama kafe itu dan membacanya, "Amour Cafe?"

Kafe dengan dekorasi merah muda dan merah marun tersebut tampak sangat mencolok di kawasannya. Tampaknya kafe baru itu tidak hanya menarik perhatian Sierra saja karena di dalam kafe itu juga tampak sangat ramai. Sierra pun menjadi penasaran dengan kafe itu. Belum lagi dekorasinya yang manis membuat Sierra benar-benar tertarik. Ia mengganti rencana sebentar untuk memutuskan masuk ke dalam kafe itu saja.

Dengan langkah ragu dan asingnya, Sierra menatap sekitar. Ia terpukau dengan dekorasinya yang indah dan ceria, cocok dengan selera anak remaja seperti dirinya. Hiasan bintang-bintang berwarna-warni terang tampak mengantung di langit-langit kafe dan di dindingnya sendiri banyak gambar-gambar hati yang sangat menggemaskan.

Sierra kemudian sadar bahwa banyak pelanggan yang merupakan sepasang kekasih di dalam kafe itu. Ada juga sekumpulan sahabat dan mereka kebanyakan remaja. Menyadari itu, Sierra memutuskan akan mengajak Gabie dan Hayden untuk nongkrong di kafe itu selanjutnya.

Pandangan Sierra lalu beralih ke etalase kaca yang penuh dengan berbagai gelas dengan bentuk-bentuk berbeda namun tetap indah. Ia berjalan perlahan ke depan kasir dan mengantri. Ia terus-terus mengagumi keindahan kafe itu hingga ia tidak sadar bahwa sudah gilirannya.

"Mau dine in atau take away?"

Sebuah suara akhirnya menarik perhatian Sierra. Gadis itu tertegun sebentar. Di belakang kasir itu, berdiri seorang pria dewasa yang sangat tampan. Bahkan terlalu tampan hingga wajahnya hampir terlihat cantik pula. Belum lagi senyumannya sangat menawan. Pria itu tampaknya berumur di akhir dua puluhannya. Pokoknya tampak sangat dewasa dan lebih tua dari Sierra.

Perlahan pandangan Sierra beralih ke tanda pengenal pria itu. Namanya Eros. Sierra pun beralih menatap penjuru kafe. Ia baru sadar bahwa hanya pria itu karyawan di kafe. Benar-benar hanya pria itu seorang. Membuat Sierra bingung bagaimana satu orang pria mengurus kafe besar nan ramai ini sendirian.

Eros masih berdiri di depan Sierra, sabar menunggu Sierra yang tampak masih mengagumi kafenya dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari wajahnya yang sangat tampan. Hingga akhirnya Sierra berbalik menatap Eros.

Eros tersenyum lebar menatap Sierra. Sierra sendiri terpesona sebentar saat ia lagi-lagi bertemu pandangan dengan Eros. Entah kenapa seperti ada sihir di wajah tampan Eros membuat Sierra hanya ingin diam menatap. Sayang sekali Eros tampak terlalu tua untuk gadis tujuh belas tahun sepertinya dan Sierra tidak tertarik dengan pria yang terlalu tua untuknya.

Eros masih menatap lekat wajah Sierra seolah membaca sesuatu. Selama lima detik, Eros terdiam sebelum akhirnya kembali menerbitkan senyuman yang lebih lebar.

"Kau ingin dicintai ya."

Sierra terkejut dengan maksud Eros. "Hah?"

Masih tanpa menghilangankan senyuman manisnya, Eros berkata, "Sayang sekali kafenya penuh. Aku hanya bisa menerima take away untuk saat ini. Tidak ada kursi kosong lagi."

Sierra mengerutkan dahinya sebentar. Padahal Eros tadi bertanya padanya ingin minum di sini atau tidak. Kenapa sekarang pria itu bilang penuh? Sierra pun menatap sekitar lagi dan sadar bahwa seluruh meja memang penuh. Padahal sepertinya tadi ia melihat ada beberapa yang kosong.

Sweetest Coffee's SpellWhere stories live. Discover now