⚜4⚜ Bulan dan Matahari

282 52 9
                                    

Yoojung telah berhenti menangis sejak satu jam yang lalu. Ia tak berani mengatakan apapun atau melakukan apapun selain duduk tenang di atas ranjang. Sementara Taehyung telah pergi, wanita yang melayani Yoojung tak henti-hentinya menatap Yoojung.

"Sungguh, Nona! Ini pertama kalinya aku melihat rambut berwarna merah muda." ucapnya takjub.

"Ini bukan warna aslinya." akhirnya Yoojung membuka mulutnya. Gadis itu menyadari bahwa pelayan wanita ini tampaknya tidak berbahaya, jadi mungkin tidak masalah jika ia mengobrol dengan pelayan itu untuk melepas kepelikan dalam dirinya.

"EH?! BUKAN WARNA ASLI?"

Yoojung mengangguk. "Di duniaku, kau bisa merubah rambutmu menjadi warna apapun yang kau inginkan."

Pelayan wanita itu membuka mulutnya lebar. "Menggunakan sihir?"

Mendengarnya membuat Yoojung terkekeh kecil. "Tidak-tidak! Tidak ada hal seperti itu di duniaku. Warna merah muda ini kudapatkan dengan mewarnai rambutku."

"Mewarnai? Seperti melukis di atas kertas? Apakah tinta itu bisa dipakai untuk mewarnai rambut?"

Yoojung mengibaskan tangannya dan terkekeh sekali lagi. "Bukan cat seperti itu. Bukan cat lukis seperti yang kau tahu. Cat dengan jenis yang berbeda. Cat khusus untuk mewarnai rambut. Di dunia ini belum ada pastinya."

Pelayan wanita itu mengangguk. Matanya berbinar dan dalam benaknya ada begitu banyak pertanyaan mengenai dunia seperti apa yang nona dihadapannya miliki. Mendengar bahwa rambut bisa diberi warna saja sudah cukup membuatnya takjub bukan main.

Malam itu, ketika rajanya mengutusnya untuk merawat seorang gadis yang pingsan, ia tak pernah menyangka bahwa gadis itu diluar dari bayangannya. Pakaiannya aneh, rambutnya aneh, terlebih dari itu ia penasaran dengan benda aneh yang melingkar di pergelangan tangan gadis itu. Sebuah jarum terus berputar tanpa henti. Seperti sihir.

"Ah, benar! Aku belum mengetahui namamu." Yoojung menodongkan telunjuknya.

Pelayan wanita tersenyum lebar menampakkan deretan giginya. "Byul! Namaku Byul!"

"Aku Kim Yoojung. Kau bisa memanggil namaku saja daripada sebutan Nona."

Byul menggeleng cepat. "Tidak akan! Sekali nona tetaplah nona! Raja akan memenggalku jika aku melewati batas. Mungkin suatu saat aku akan memanggil nona dengan sebutan yang lebih tinggi."

Yoojung hanya diam menanggapinya hingga kemudian matanya teralih pada koper dan tas ransel miliknya di samping ranjang.

Ah, handphoneku!

Meraih tas ransel dan membuka bagian depan tas, ia mengambil handphone nya. Jam di handphone nya menunjukkan pukul 12 malam lebih 14 menit.

00:14?

Gadis itu memiringkan kepalanya bingung.

Ia ingat, sebelum ia berada di dunia ini, di dunianya masihlah malam hari. Apakah waktu berjalan berbeda di dunia ini dan dunianya? Karena belum mengerti, Yoojung memutuskan untuk mengabaikannya dan fokus pada sinyal handphone nya yang menghilang.

"Aah apa yang kuharapkan.." gerutunya. Mungkin ia tam akan bisa mendapatkan sinyal di dunia ini untuk menghubungi seseorang di dunianya. Jadi, menyerah akan harapannya Yoojung mendongakkan kepalanya menatap Byul. Ia kemudian menyadari bahwa Byul sedari tadi memperhatikan handphone di tangan Yoojung dengan mata berbinar.

"Benda apa itu nona?"

"Aah, ini? Handphone!"

"H-Han.. apa?"

Yoojung tersenyum dan menjelaskan dengan singkat. "Alat untuk berkomunikasi."

Kendati Byul masih belum paham, ia memilih untuk mengangguk. Ia akan bertanya lagi lain kali. Saat ini ada hal penting lain yang harus dilakukan.

"Untuk sekarang lebih baik nona istirahat dulu hingga benar-benar sembuh. Aku akan pergi mengambil ramuan untuk nona."

"Kurasa aku sudah baikan sekarang."

Byul menggeleng tegas. "Nona dengar tadi? Raja berkata bahwa nona masih sedikit demam. Nona harus benar-benar pulih, jadi Raja tidak akan merasa cemas lagi."

"Cemas?"

"Ya! Tahukah nona, semalam saat Raja membawa nona yang sedang pingsan, Raja berteriak marah untuk segera memanggil tabib. Aku tak pernah melihat Raja sepeduli itu pada orang lain."

***

Shaman Yun, kepala shaman kerajaan baru saja datang menemui raja. Wajahnya terlihat serius begitu keluar dari balairung.

Ia berhenti sebentar dan menatap langit. Suara-suara dalam batinnya terus berbisik ramai. Dia datang menemui raja untuk memastikan sesuatu.

Malam tadi, ia merasakan kehadiran sosok yang tak semestinya di kerajaan. Sosok yang berjalan di atas tali tipis sedang di pundaknya terbeban 2 nasib.

Nasib buruk dan nasib baik.

Melalui mimpi yang ia dapatkan semalam, Shaman Yun langsung teringat akan ramalan dari kepala shaman sebelumnya 26 tahun yang lalu. Tepat pada saat Raja Taehyung lahir.

"Dua matahari dan satu bulan. Dua matahari akan bertarung untuk menjadi pemberi cahaya bulan satu-satunya. Satu matahari adalah pembawa kehancuran negeri ini, sedang matahari yang lain adalah pembawa kedamaian negeri ini. Aku telah melihat satu matahari lahir di dunia ini. Pangeran Taehyung, aku tak tahu matahari mana yang akan menjadi takdirmu."

Shaman Yun menatap sendu langit biru di atas. Pikirannya melayang pada mimpi yang ia dapatkan semalam.

"Bulan yang sangat besar dan terang." gumannya. Kemudian Shaman Yun menunduk dengan tatapan sendu. Siapa bulan itu?

Tak ingin membuang waktu dengan terus merenung, pada akhirnya Shaman Yun memutuskan untuk kembali. Ia harus melakukan sesuatu. Untuk mengetahui matahari mana yang Raja Taehyung pegang bukanlah suatu yang mudah. Kepala shaman sebelumnya bahkan yang memiliki kekuatan supranatural lebih darinya tak mengetahui matahari apa yang rajanya pegang.

Mungkin untuk saat ini, Shaman Yun hanya bisa melakukan ritual untuk mencegah energi buruk di istana. Ia memiliki firasat buruk setelah kemunculan bulan dalam mimpinya semalam.

Terlebih, entah bagaimana saat tadi ia menemui raja, Raja Taehyung mendadak memiliki energi yang terlampaui kuat dalam dirinya. Dia harus melakukan sesuatu untuk mengontrol energi yang dimiliki rajanya. Shaman Yun takut jika suatu saat energi itu bisa mencelakakan Rajanya sendiri.

Apakah ini karena kehadiran bulan?


[tbc]

Hot Blooded KingWhere stories live. Discover now