⚜️8⚜️ Jeon Jungkook dengan Debaran Merah Jambu

231 48 27
                                    

"Kau pergi lagi?" Minhwa menatap cemberut Jungkook yang sedang bersiap-siap untuk pergi keluar. "Kemana kau pergi setiap malam, huh?"

Jungkook menoleh dan tersenyum. "rahasia."

"Menyebalkan! Padahal aku selalu berdandan cantik agar kau tidur denganku. Apakah gisaeng tercantik di mooryong tidak menarik perhatianmu?"

Pemuda bermarga Jeon itu terkekeh kecil. Lantas ia berjalan mendekati Minhwa yang berbaring di kasur. Ia menarik dagu gadis itu dan mendekatkan wajahnya. "Kau cantik. Tapi, bagaimana ya, aku lebih tertarik dengan gadis yang langka." Dan mahal!

Bangkit dari duduknya, Jungkook merapikan topinya. Minhwa mempoutkan mulutnya kesal. "Apa maksudmu gadis yang langka?"

Tak menjawab pertanyaan Minhwa, Jungkook hanya memberikan senyuman tipis sebelum pergi meninggalkan rumah bordil. Ia berjalan pelan menyusuri jalanan desa yang gelap gulita dan hanya diterangi oleh cahaya bulan.

Beberapa orang lalu lalang melewatinya membawa tas jerami di punggungnya serta kereta yang ditarik oleh kuda yang membawa hasil panen. Jungkook menarik topinya agar sedikit menutupi wajahnya. Ia berjalan cepat memasuki gang-gang sempit hingga ia tiba pada gerbang wilayah Joseon.

Pemuda itu keluar dari jalur jalan dan masuk menerobos hutan. Sebenarnya jalan yang ia terobos sudah memiliki alur jalan yang secara alami terbuat karena ia sering melewatinya. Ia mendaki cukup jauh hingga kemudian menemukan kebun kecil dan sebuah rumah yang atapnya terbuat dari jerami.

Di depan rumah, duduk seorang laki-laki tua yang membawa sebotol makgeolli. Bola matanya sepenuhnya putih, dan ditangannya yang lain ia membawa sebuah tongkat. Kendati matanya buta, pendengarannya diberikan berkat ketajaman melebihi apapun.

"Kau kemari lagi, Jung?"

"Bagaimana bisa kakek tahu itu aku?"

Pria tua itu terkekeh. "Heheh.. Aku hafal langkah kakimu."

Duduk di sisi si pria tua, Jungkook langsung mengeluarkan sesuatu di balik jubahnya. Ia memberikan sebuah bungkusan kecil di tangan si pria tua tersebut. Merabanya dengan seksama, pria tua itu mengembalikan lagi bungkusan kecil tersebut. "Tak ada gunanya merawat pria yang mulai bau tanah ini, Jung. Lebih baik kau simpan uangmu untuk kebutuhanmu sendiri."

Tak memaksa, Jungkook memasukkan bungkusan uang itu ke dalam sakunya. Ia tahu betul tak ada gunanya memaksa pria tua itu untuk menerima pemberiannya.

Rohan. Itulah nama kakek tua yang berumur hampir seabad itu. Ia menghabiskan hidupnya berada di gubuk kecilnya. Istrinya sudah lama meninggal. Dia meninggal muda bersama anak yang dikandungnya. Kenangan pahit tersebutlah yang kemudian menutup Rohan dari dunia luar. Air mata tangis kepedihan yang ia keluarkan selepas kepergian dua orang yang di cintai-nya lah yang mengambil penglihatan Rohan.

Beruntung, Rohan memiliki murid yang sangat menghormatinya. Sang murid itulah yang selama ini merawat Rohan tanpa pamrih.

Dahulu, sebelum semua kemalangan menimpa Rohan, saat Rohan masihlah seorang pemuda yang sehat, ia adalah seorang tentara kerajaan yang kemampuan berpedangnya sangat disanjung oleh raja terdahulu. Lalu ia bertemu dengan seorang budak yang kemudian menjadi muridnya untuk berlatih seni bertarung.

Hun, nama sang budak tersebut kini menjadi pengelana dan dengan kemampuan berpedangnya ia berhasil bertahan hidup. Itulah mengapa Hun sangat menghormati Rohan dan semenjak mendengar kemalangan yang ditimpa Rohan, Hun senantiasa datang untuk merawat Rohan sebagai bentuk balas budinya.

Jungkook menghela nafas panjang. Ia menatap langit cerah di atas dengan pikiran yang berkelana. Sosok gadis berambut merah muda terus terngiang dalam benaknya. Ia sudah tahu sejak pertama kali bertemu, gadis itu bukanlah dari dunia ini. Bahkan ia sempat berpikir bahwa gadis itu adalah dewi yang turun ke bumi.

Tapi, dunia lain?

Terdengar tak masuk akal, namun entah mengapa Jungkook mempercayai nya. Tanpa sadar, Jungkook tersenyum tipis. Ah, bagaimana aku bisa bertemu dengannya lagi?

Saat ia meninggal kan Yoojung yang tidur terlelap di bawah pohon malam itu, sebenarnya Jungkook mengawasi dari jauh. Ia terus terjaga hingga dini hari. Kemudian saat Taehyung datang dan langsung sigap menutupi kepala dan seluruh tubuh gadis itu dengan jubahnya, Jungkook langsung sadar bahwa gadis itu adalah milik sang raja.

Lalu, kenapa jika milik raja?

"Aku akan merebutnya." Gumam Jungkook.

Rohan yang mendengarnya mengerutkan kening bingung. "Apa?"

Menggeleng cepat, Jungkook lantas bangkit dari duduknya. "Tidak apa-apa. Kakek, aku harus pergi ke suatu tempat."

Rohan mengangguk dan hanya melambaikan tangan. Jungkook berjalan masuk ke dalam hutan, menyusuri jalanan kecil, melewati sungai-sungai kecil, menerobos semak belukar untuk pergi ke tempat biasa ia menyendiri untuk menenangkan pikirannya.

Namun, kali ini ia pergi ke bukit itu dengan alasan bahwa ia merindukan gadis berambut merah jambu itu. Gadis yang ia yakini milik raja, Jungkook menghitung berapa kemungkinan ia bisa memiliki gadis itu.

Jatuh cinta pada pandangan pertama, ya, kau bisa menyebutnya seperti itu. Meskipun Jungkook tinggal di rumah bordil di kelilingi oleh para gisaeng cantik, seumur hidup tak sekalipun ia pernah tertarik pada mereka. Bahkan Rohan nyaris berpikir bahwa Jungkook adalah seorang homo.

Tidak. Tentu saja.

Jungkook pernah sekali jatuh cinta dahulu, namun cintanya tak pernah tersampaikan. Baru setelah bertahun-tahun tidak bisa bangkit dari cintanya terdahulu, ia bertemu Yoojung yang hanya dalam hitungan detik mampu mendebarkan hatinya.

Itulah mengapa, bagaimanapun juga, Jungkook rasa ia harus memiliki gadis itu kali ini. Terlebih gadis milik sang raja, Jungkook menjadi lebih terobsesi untuk memilikinya.

Pemuda itu bersiul memecah kesunyian malam. Suara serangga beradu dengan desiran angin malam. Jungkook melangkah cepat begitu jarak antara dirinya dengan bukit tempat rahasianya sudah dekat.

Dia berlari kecil dan melompati beberapa batu kecil. Malam ini, suasana hatinya sedang baik. Apakah karena ia sedang jatuh  cinta?

Menggelikan memang, namun agaknya ia tak keberatan dengan alasan tersebut. Kurang lebih memang seperti itu alasannya. Jadi tersenyum lebar, sembari membayangkan wajah menawan Yoojung, Jungkook tinggal beberapa langkah lagi mencapai bukit.

Namun, ketika ia hendak melewati semak belukar, sebuah tubrukan membuatnya jatuh terjengkang. Tangannya sigap menangkap sosok yang menabraknya dan mereka jatuh bersama.

Suara pekikan seorang gadis cukup untuk memberikan sinyal kepada jantung Jungkook untuk berdebar lebih keras.

Gadis berambut merah muda!

Bahkan warna itu terlihat bersinar indah di bawah cahaya rembulan. Jadi, meski ia terjatuh begitu keras da menyakitkan, Jungkook bahkan tak merasakannya dan hanya terfokus untuk melindungi gadis tersebut dari segala benturan.

Jungkook menjadikan tubuhnya sebagai bantalan agar gadis itu tidak terluka. Sementara itu tangan Yoojung menumpu dada Jungkook, mereka saling berhadapan dengan jarak antar wajah yang cukup dekat. Bahkan mereka dapat merasakan deru nafas satu sama lain.

Mata Yoojung membulat lebar karena terkejut. Di sisi lain mata Jungkook membulat lebar sebab ia begitu senang untuk kedua kalinya ia dapat bertemu dengan si gadis berambut merah jambu. Bahkan senyum lebarnya tidak dapat ia sembunyikan. Ekspresi wajah Jungkook benar-benar menunjukkan apa yang ia rasakan saat ini.

Tiba-tiba Yoojung meraih tangan Jungkook. Gadis itu mengusapnya lembut, wajahnya mengkerut cemas. Namun, agaknya kewarasan Jungkook belum kembali. Bahkan debaran jantungnya semakin cepat.

"Kau tak apa?" Suara lembut Yoojung semakin membawa Jungkook masuk ke dalam dunia fantasi merah jambunya.

"Tuan, kau berdarah."

"Huh?"






To be continued.

Kalian nanti bakal masuk tim mana nih?

Jungkook atau Taehyung?

Hot Blooded KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang