The Plan is Begin ( Part I )

67.3K 2.2K 40
                                    

"Abbey, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik."

"I hope so, Sir," jawab Abbey. Semangatnya begitu membara saat ini. Rencana pertamanya berhasil; menjadi asisten Calvin di kampus.

"Kita akan menghabiskan waktu lebih banyak bersama, kuharap kau tidak akan jengah menghadapiku." Calvin melontarkan candaannya pada Abbey. Abbey memang tertawa, tapi itu tawa kepuasan. Ia tidak sabar ingin segera melancarkan strategi-strategi cintanya pada pria di hadapannya ini.

"Lalu apa saja yang menjadi tugasku?" tanya Abbey. Tentu saja dia harus melaksanakan tugasnya dengan baik, ia tidak ingin Calvin mendepaknya keluar hanya karena pekerjaannya yang tidak beres.

"Bantu aku mengkaji rangkuman mata kuliah selanjutnya setiap minggu, mengecek daftar kehadiran mahasiswa dari bagian akademik, dan masih banyak yang lainnya," jelas Calvin panjang lebar.

Abbey sedikit menciut. Dia tidak menduga kalau tugasnya akan sebanyak itu.

"Untung saja kau ikut mendaftar untuk menjadi asistenku." Tiba-tiba Calvin mengalihkan topik pembicaraan.

"Hmm? Memangnya kenapa?" Entah kenapa Abbey merasakan sedikit – hanya – sedikit –firasat buruk atas pernyataan Calvin itu.

"Semua yang melamar menjadi asistenku, hanyalah sekelompok wanita tak berotak yang mengincarku untuk dijadikan kekasih," ujar Calvin. "Nah, makanya aku memilihmu. Karena hanya kau satu-satunya yang bisa kuandalkan."

Duar!

Abbey seolah disambar petir begitu mendengar perkataan Calvin. Dia pun merasa tersindir, sesungguhnya dia juga memiliki niat yang tidak lurus. Bisa gawat kalau Calvin sampai tahu yang sebenarnya!

"Bagaimana?" Sandy langsung bertanya ketika Abbey baru saja keluar dari ruangan Calvin.

Abbey melengos resah, "Entah kenapa, aku merasa seperti menipunya."

Sandy menggandeng lengan Abbey, "Kenapa memangnya?" tanyanya lagi. Sandy benar-benar penasaran dengan perkembangan rencana Abbey, meskipun ia belum sepenuhnya mendukung rencana Abbey.

"Dia menganggapku tak memiliki niat untuk mengincarnya seperti yang perempuan lain lakukan. Karena itulah, dia langsung memutuskan untuk menerimaku."

Sandy sedikit berharap Abbey akan menyerah soal rencananya, "Jadi kau mau bagaimana?"

Abbey memandang Sandy, "Tentu saja maju terus pantang mundur!!"

Kini gantian Sandy yang melengos resah. "Kapan kau akan mulai mendekatinya?" Sandy bertanya lagi, sambil berjalan cepat, berusaha menyesuaikan langkah Abbey agar tidak tertinggal.

"Mulai besok," jawab Abbey. "Besok adalah hari pertamaku menjadi asistennya." Abbey mengedip-ngedipkan matanya dengan genit. "Menurutmu aku harus memakai baju seperti apa besok?" tanya Abbey.

Sandy menghentikan langkahnya, diikuti Abbey kemudian. Lalu ia mendekatkan bibirnya ke telinga Abbey. Kemudian berbisik, "Tidak usah pakai baju."

Abbey langsung menjitak pucuk kepala Sandy. "Siapa sih yang meracuni otakmu?" tanyanya, tidak habis pikir. Setelah berpisah cukup lama, Sandy bermetamorfosis menjadi perempuan yang bersikap lebih-lebih dari seorang jalang. Bahkan sahabatnya itu seperti sudah membuang saringan ucapannya.

Sandy menyuarakan tawa renyah, "Kenikmatan orgasme yang membuatku seperti ini, Sayang!" serunya, sambil menarik Abbey agar kembali menggerakkan kakinya maju ke depan.

"Back to topic, Sandy! Baju apa yang cocok untuk kupakai besok?" Abbey mulai merengek. Dia bahkan menarik-narik tangan Sandy layaknya anak kecil.

Hot Duda [VERSI INDIE DARI INTOXICATING LOVE]Where stories live. Discover now