Bagian Satu

3.4K 159 6
                                    

Hai!
Apa kabar? Salam sehat buat kita semua, ya❤
Jadi ini adalah cerita baru aku, semoga kalian semua suka, ya!

Sebelum baca, jangan lupa klik bintang di bawah alias vote karena vote itu gratis😊 Dan jangan lupa juga koment yang banyak, ya. Udah lama juga gak update cerita dan pengen tau juga gimana pendapat kalian tentang cerita ini.

Vote dan koment yang banyak, ya. Biar makin semangat nulisnya, karena kalian adalah motivasi aku untuk tetap menulis🤗 Dan semoga kalian suka cerita ini, ya!

Happy reading!❤

***

Laura adalah seorang gadis berusia 21 tahun, seorang mahasiswa tingkat akhir yang sangat cerdas dan menjadi tulang punggung keluarganya. Kuliah sambil bekerja, itu adalah keseharian Laura. Berasal dari latar belakang keluarga kelas menengah ke bawah membuat Laura harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Terlebih ia memiliki seorang kakak laki-laki yang menderita sakit kanker dan ibunya juga sudah sakit-sakitan karena sudah tua.

Ia bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, terkadang 3 sampai 4 pekerjaan. Lelah memang, tapi apa boleh buat, Laura harus melakukannya dan membagi waktu untuk kuliah dan bekerja. Penghasilannya pun terkadang tidak mencukupi kebutuhan, apa lagi kakaknya yang harus rutin meminum obat dan melakukan cuci darah yang membutuhkan biaya yang besar.

Suatu hari di sebuah café, Laura yang bekerja sebagai pelayan di café tersebut bertemu dengan seorang wanita paruh baya bernama Rachma, bukan pertemuan pertama mereka, tapi pertemuan kedua mereka.

Rachma yang lumayan sering datang ke café itu ternyata sudah lama memperhatikan Laura dan kemudian muncul sebuah ide dalam kepalanya.

"Bisa saya berbicara dengan gadis itu?" Tanya Rachma pada manager café sambil mengarahkan telunjuknya pada Laura yang sedang sibuk mengantar pesanan pelanggan. Dan sang manager itu setuju karena mengetahui Rachma adalah pelanggan tetapnya dan dengan syarat saat Laura sudah selesai bekerja. Rachma setuju dan menunggu Laura selesai bekerja.

Saat Laura sudah selesai bekerja, ia langsung menemui Rachma.

"Hmm, boleh juga!" Rachma mengelilingi Laura sambil menilai. Laura hanya diam dan tanpa ekspresi. Ia sudah tahu apa maksud dan tujuan wanita itu ingin bertemu dengannya, namun mulutnya enggan membuka suara.

"Aku sudah mencari tahu tentangmu seperti yang kukatakan saat itu. Dan aku ingin menawarkan sekali lagi pekerjaan ini padamu. Aku yakin kamu tidak akan menolak karena kamu akan mendapat upah yang besar dalam pekerjaan ini," ucap Rachma to the point.

"Maaf, Mbak! Bukannya malam itu saya sudah menolak tawaran Mbak?" tanya Laura dengan pelan. Rachma memegang dagunya sambil tersenyum malu.

"Aku akan mengatakannya sekali lagi, aku ingin kamu bekerja denganku! Tidak perlu khawatir soal gaji, aku akan membayar kamu empat kali lipat dan waktumu bekerja juga tidaklah lama. Hanya kurang dari seperempat waktumu bekerja setiap hari. Bagaimana? Tertarik?"

Laura mengernyit mendengar ucapan Rachma. Pekerjaan apa yang bergaji besar dengan waktu yang tidak lama? Ia sudah bisa menebak, Rachma akan menawarkan pekerjaan itu lagi.

"Pekerjaan apa, ya Mbak?" tanya Laura memastikan.

Rachma mendekat dan membisikkan sesuatu di telinga Laura. Laura menghela napas pelan dan menyipitkan matanya menatap Rachma. Rachma kembali berdiri tegak sambil tersenyum.

"Maaf, Mbak. Saya tidak tertarik," tolak Laura mentah-mentah. Saat ia hendak pergi, Rachma menahan tangannya.

"Pikirkan baik-baik! Aku tahu kamu sangat membutuhkan uang. Biaya kuliahmu, biaya berobat kakak dan ibumu, biaya hidup, dan masih banyak lagi biaya yang tak terduga. Kamu hanya menemani pria-pria kesepian itu! Itu saja dan tidak lebih! Kapan lagi kamu mendapatkan uang dengan mudah? Kamu harus bisa memanfaatkan fisik dan rupa wajahmu yang cantik ini! It's pure business! Nggak perlu pakai hati!"

Kupu-Kupu MalamHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin