Bagian Sembilan

425 6 0
                                    

Laura melangkah dengan santai melewati koridor kampus dengan memakai kemeja berwarna biru muda, rambut panjangnya ia ikat dengan sedikit berantakan. Laura terlihat ceria dari ekspresi wajahnya.

"Laura!!!" mendengar namanya dipanggil, Laura berhenti berjalan dan mebalikkan badan. Dennis sedikit berlari menghapiri Laura.

"Morning, Den..." ucap Laura dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya.

"Ra, gue mau ngomong sesuatu sama lo!" Dennis begitu tegas kali ini. Kemarin ia tidak jadi mengajak Laura bicara karena sudah larut malam dan hanya mengikuti mobil Laura sampai ke kost saja.

"Mau ngomong apa, Den? Bentar lagi seminarnya mulai."

"Only a while. Please...!" Dennis menatap Laura memohon.

Laura menghela napas pelan dan ia mengangguk. Dennis langsung menarik tangan Laura menjauhi koridor.

"So what do you wanna talk about?" Tanya Laura dengan kening yang berkerut. Kini mereka sudah ada di taman kampus yang masih lumayan sepi.

"Last night I saw you at the hotel. Ra, gue nggak salah lihat, kan?" Tubuh Laura langsung menegang, jantungnya berdebar lebih cepat.

Laura yang terkejut mendengar ucapan Dennis mencoba menenangkan diri, ia mencoba biasa saja dan tersenyum.

"Kemarin malem gue di kost, Den."

Dennis menggeleng, ia sangat yakin yang dilihatnya adalah Laura. "Gue nggak mungkin salah mengenali orang, Ra. Kemarin penampilan lo beda banget. Gue juga lihat lo bareng om-om."

Laura tertawa sambil menutup mulutnya. "Hahaha, lo salah lihat, Den. Selera gue itu bukan om-om, lah." Laura tersenyum manis. "Udah, kita ke auditorium sekarang." Laura melangkah lebih dulu, sementara Dennis terpaku.

"Gue bener-bener yakin itu Laura. Ya nggak salah lagi, sih. Kan gue ngikutin mobilnya sampe kost." Dennis menghela napas pelan, lalu ia menyusul Laura ke auditorium.

Saat sudah di auditorium, Dennis mencari keberadaan Laura di deretan-deretan kursi yang ada di ruangan yang sudah hampir penuh. Saat Dennis sudah menemukan posisi Laura yang duduk bersebelahan dengan Melina, ia mengerang dalam hati karena kursi di dekat Laura sudah penuh. Akhirnya Dennis memilih duduk di pojokan.

Saat acara seminar pun dimulai, Laura luar biasa terkejut melihat siapa yang menjadi narasumber seminar. Ia menggeleng dan mengucek matanya untuk memastikan, namun ia tidak salah lihat. Di depan, Rudi duduk bersama moderator dan narasumber yang lain.

Kenapa dia ada di sini? Tanya Laura dalam hati. Kekhawatirannya kini semakin bertambah. Mengingat Dennis yang mengatakan melihat dirinya dan Rudi kemarin malam membuat detak jantung Laura berdebar semakin cepat sampai ia keringat dingin.

"Ra, lo kenapa?" tanya Melina yang menyadari tingkah aneh Laura.

"Ah... I'm fine, Mel!" Laura memaksakan senyumnya. Melina mengangguk dan mereka fokus ke depan.

Laura sedang sibuk dengan pikirannya sambil terus melihat ke arah Rudi. Tanpa sengaja Rudi juga melihat ke arahnya. Pria itu sedikit terkejut melihat Laura, namun ia tersenyum misterius saat menyadari bahwa Laura adalah mahasiswa di universitas tempatnya dulu kuliah.

Sementara itu, Dennis menatap ke depan dengan serius sambil mengingat-ingat. Ia melihat salah satu narasumber di depan yang tidak asing lagi.

"Apa iya?" Tanya Dennis pada dirinya sendiri. Nanti setelah seminar selesai, Dennis akan mengintrogasi Laura lagi. Ia tidak ingin mati penasaran seperti saat ini.

***

Saat acara seminar sudah selesai, semua peserta bubar meninggalkan auditorium. Laura dan Melina masih menunggu antrian keluar dari auditorium. Saat Laura menoleh ke depan auditorium, matanya bertemu dengan Rudi membuat Laura semakin tegang. Laura menarik tangan Melina dan menerobos keramaian untuk menghindari Rudi. Saat mereka sudah berhasil keluar dari auditorium, Laura merasa sedikit lega.

Kupu-Kupu MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang