Bagian Delapan

1.8K 67 6
                                    

Laura turun dari mobilnya, ia baru saja sampai di kostnya. Satpam penjaga kost menghampiri Laura dan memberikan paket padanya.

"Mbak, ini ada paket untuk Mbak Laura." Laura menerima paket itu dengan kening yang berkerut. Tidak ada nama pengirim di paket itu.

"Dari siapa, Pak?"

Satpam itu mengangkat bahu. "Nggak tau, Mbak. Saya nggak kenal pengirimnya, saya tanya dari siapa...tidak dijawab."

Laura mengangguk mengerti. "Makasih, Pak!" Satpam itu mengangguk. Laura langsung masuk ke dalam kamarnya.

"Ini dari siapa? Nggak ada alamat dan nama pengirimnya." Laura membolak-balikkan peket tersebut dengan kening yang berkerut. Lalu ia membuka paketnya.

"Loh, kok udah dibalikin?" Laura mengambil isi paket itu yang ternyata adalah KTP-nya. "Pasti mobil yang aku tabrak itu ada asuransinya." Laura menghela napas lega.

"Syukurlah ada hal baik juga yang terjadi setelah kesialanku semalem." Laura tersenyum senang dan memasukkan KTP-nya ke dalam dompet.

Lalu ia berisap-siap untuk nanti malam. Walau terasa berat, Laura sudah memantapkan hati.

Sementara itu di sebuah lapangan basket, Dennis dan teman-temannya sedang sibuk bermain basket. Dennis memasukkan tembakan 3 point membuat teman-temannya bersorak. Dennis memasukkan bola ke keranjang sekali lagi dan itu adalah akhir dari permainan mereka sore itu.

"Good job, Brother!" ucap teman-teman Dennis yang selalu bangga pada setiap permainan Dennis.

Dennis tersenyum sambil mengusap keringatnya. Ia meraih ponselnya dari saku tasnya. Dennis mengerutkan kening saat melihat ada 5 missed call dari Melina. Ia melihat semua pesan yang masuk, lalu segera menghubungi Laura.

Panggilan masuk, tapi Laura tidak mengangkat telepon itu. Dennis tidak menyerah, ia kembali menelepon Laura, tapi masih tidak diangkat. Dennis menghela napas pelan. Rasa kecewa itu terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Den, bentar lagi kita mauke club baru di hotel Sky Seventy Seven. Lo ikut nggak?" tanya seorang teman Dennis.

"Gue skip dulu deh!" jawab Dennis malas.

"Ikut lah, Den! Tempatnya asik, kok. Refreshing lah bentar." Teman-teman Dennis terus memaksa membuat Dennis sulit menolak.

"Oke, ntar gue ke sana."

"Oke, dateng midnite aja, pas rame!" Dennis megangguk sambil membereskan barangnya.

"Ya udah, kita duluan, ya Den!"

"Oke, hati-hati!" Dennis melihat teman-temannya yang sudah bubar. Ia duduk di kursi sambil menghela napas gusar. Hari ini ia sama sekali tidak bisa menghubungi Laura. Ia cemas pada gadis itu, terlebih telepon tidak diangkat sejak tadi. Dennis berdiri dan ia melangkah pergi meninggalkan lapangan basket.

***

Hotel Sky Seventy Seven

Laura turun dari taksi dan menatap kagum hotel itu. Namun rasa kagum itu langsung buyar saat bayangan Dicky yang menampar dan menendangnya beberapa hari yang lalu. Kakinya menjadi gemetar.

Rasa cemas terlihat jelas di wajah Laura, namun ia mencoba untuk tetap tenang dan menguatkan dirinya. Ia terus meyakinkan dirinya bahwa kejadian seperti kemarin hanya terjadi sekali.

Ya, setidaknya Laura berharap begitu.

"ALL IS WELL!" ucap Laura dengan tegas. Ia mengangguk pelan, lalu berjalan dengan percaya diri seperti biasa masuk ke dalam hotel.

Kupu-Kupu MalamWhere stories live. Discover now