Bagian Tujuh

1.5K 74 0
                                    

Rudi dan Shanti masih berpelukan di atas tempat tidur dengan selimut yang menutupi tubuh telanjang mereka. Shanti tersenyum menggoda dan mencium pipi Rudi. Ia memainkan jemarinya di dada telanjang suaminya.

Rudi sadar dan terdiam menatap Shanti. Kini ia benar-benar melihat Shanti dalam pelukannya, tidak ada wajah Laura lagi. Rudi menahan rasa kecewa di hatinya. Ia melepaskan pelukannya dan menurunkan kedua kakinya di lantai berlapis karpet tebal berwarna merah marun. Ia berdiri dan Shanti langsung memeluk Rudi dari belakang. Shanti tersenyum bahagia karena hubungan intimnya tadi dengan Rudi.

"Aku nggak nyangka, kita masih bisa seperti penganti baru gini. Papa ini nakalll...." ucap Shanti dengan manja. Ia mencubit lengan Rudi malu-malu.

Rudi kembali berbaring dan menarik Shanti kepelukannya. Shanti menyandarkan kepalanya di dada Rudi. Shanti benar-benar sangat bahagia malam ini.

Sementara Rudi menghela napas pelan dan menatap langit-langit kamarnya dengan nanar.

Saat Shanti sudah tertidur, Rudi memperbaiki posisi tidur Shanti dan ia bersandar di tempat tidur. Rudi meraih Ipad-nya dan meletakkan di panggkuannya dan menghidupkan Ipad tersebut.

Ia juga meraih KTP Laura dari dalam dompetnya. Ia melirik Shanti sekilas, lalu mengeluarkan KTP itu.

Rudi langsung mencari nama 'Laura' di kolom pencarian escort agency profile. Shanti bergerak memperbaiki posisi tidurnya. Rudi langsung menutup Ipad-nya dan menyelipkannya ke dalam selimut.

Shanti bergerak menghadap Rudi dan mengerjapkan matanya melihat Rudi.

"Belum tidur, Pa?" Rudi menggeleng sambil menguap. Ia menurunkan badannya untuk tidur sambil menaikkan selimtnya.

"Barusan dari kamar mandi, Ma." Shanti mengangguk dan membalikkan badan membelakangi Rudi dan kembali tidur.

Dengan gerakan pelan, Rudi kembali duduk dan kembali membuka Ipad-nya, ia menatap foto-foto di Ipad-nya. Terlihat nama Laura keluar, namun tidak ada fota wajah Laura. Rudi semakin penasaran pada Laura.

***

Laura terbangun dan langsung terduduk, ternyata ia sudah ada di kamar kostnya. Laura melihat sekeliling kamar, hanya ia sendiri di kamar itu. Lalu ia melirik jam di dinding, ternyata sudah pukul 03:00.

Laura meraba lehernya, ia merasa haus. Laura turun dari tempat tidur dan bangkit berdiri. Ia berjalan ke arah pintu kamarnya, dan saat ia membuka pintu, ia syok melihat Dicky sudah berdiri di depan pintu kamarnya sambil tersenyum mengejek.

"Lo pikir gue akan biarin lo bebas gitu aja, Luna?"

Laura mulai ketakutan dan hendak menutup pintu kamarnya, namun Dicky menahan pintu itu dan masuk ke dalam kamar. Laura teriak hiteris.

"Aaaaahhkkk!!!"

Dicky langsung menutup mulut Laura sambil menatapnya penuh nafsu campur marah.

"Percuma aja lo teriak! Kali ini nggak ada yang akan nolongin lo!" Dicky menarik dan mendorong Laura ke ranjang.

"Saatnya menyelesaikan urusan kita yang tadi tertunda, Luna!" Dicky menindih Laura dan mencengkeram kedua tangan Laura yang ia letakkan di atas kepala. Laura berusaha melepaskan diri sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Tapi tubuh Dicky yang besar menahannya. Laura terus meronta dan kembali berteriak histeris.

"Lepasiiin!!! Aahhkkkk!!! Lepasiiinnnn!!!" Dicky tersenyum licik menatap Laura.

Laura tersentak kaget, matanya nyalang dan napas yang terengah-engah ketakutan. Peluh membasahi kening dan lehernya. Laura melihat ke sekeliling dengan takut dan ia sadar sekarang ada di kamarnya. Laura duduk dan langsung memeluk lututnya sambil menangis pilu.

Kupu-Kupu MalamWhere stories live. Discover now