Prolog

55 5 0
                                    

( memutar rekaman... )

Paninggaran. Selasa, 3 April 2040.

Hari ini, cuaca terlihat mendung, awan hitam menggantung diatas langit sana, aku berjalan menyusuri lapangan terbang kecil yang belum lama ini dibangun, dari arah utara, sayup sayup aku melihat sebuah pusaran angin kecil yang menari nari.

Kilatan petir menyambar nyambar diantara awan awan hitam itu, sebuah pesawat yang juga berwarna hitam terlihat muncul dari dalam awan yang dipenuhi petir dan melakukan pendaratan di runaway tepat didepanku.

Aku menghela nafas perlahan, tekanan angin ditempat ini membuatku sesak, suhu dingin yang mencekam juga membuatku sedikit terganggu hari ini.

Dari dalam pesawat yang baru mendarat tersebut, terlihat seorang pria paruh baya berkacamata hitam turun, ia membawa sebuah koper berwarna hijau kusam, entah apa yang ada didalamnya.

Saat pria itu berada tepat didepanku, ia menyerahkan koper hijau kusam itu padaku, "jagalah benda ini, ini harapan kita satu satunya." Ujar pria paruh baya itu kepadaku, aku tidak begitu mengerti apa maksudnya.

Namun, saat aku pergi kehanggar.....

.......

Ah gawat, keadaan menjadi semakin runyam sekarang, aku mendengar suara suara ledakan diluar sana, jantungku berdegup keras, mungkin musuh telah mengetahui tempat ini....

......

Hhhh....hhhh...hhhh....

Aku benar benar tidak kuat lagi, mungkin ini rekaman terakhirku, siapa saja yang mendengar rekaman ini, tolonglah, selamatkan dunia ini, temukanlah koper hijau lusuh yang bahkan aku tidak tahu isinya apa....

Hahahaha....

Ini sangat ironis memang, tapi aku yakin kalau koper itu adalah koper yang spesial..

Oh tidak, sepertinya tempat ini juga akan meledak..

Selamat ting......

.......

( rekaman telah berakhir... )

Prakkk......

Aku membanting recorder dihadapanku, "apa ini.?, jangan bercanda..." Ujarku kesal, sebenarnya apa yang ada didalam pikiran orang dalam rekaman ini.?, kenapa ia tidak bertanya kepada pria paruh baya yang memberinya kotak hijau lusuh itu.?

"sialan, ini membuat penyakit penasaranku menjadi jadi sekarang." Kesalku, hari ini masih sore, seperti biasa, sudah beberapa bulan ini awan hitam tebal menutupi langit, namun aku yakin kalau sekarang adalah sore hari.

Aku menyandarkan punggungku disebuah potongan beton, bekas puing puing sebuah hanggar yang tampak sudah dipenuhi rerumputan.

Rintik rintik air dingin mulai jatuh diwajahku, sebentar lagi mungkin hujan akan turun, jadi aku mulai mengedarkan pandanganku, mencari tempat yang cukup nyaman untuk dijadikan tempat berlindung.

Dipojok sebuah sudut, aku melihat ada sebuah puing puing yang cukup mencurigakan, mungkin ada sesuatu yang tersembunyi dibaliknya, aku berjalan menuju kearah puing puing itu dan membersihkan beberapa potongan logam dan beton kecil.

"apa ini." Aku bertanya pada diriku sendiri, dibawah puing puing ini terlihat sebuah tonjolan besi kecil, tampaknya itu adalah sebuah pegangan pintu, perlahan aku mulai memegang pegangan itu dan menariknya, cukup berat memang, tapi aku melihat ada sebuah lorong kecil dibaliknya.

Bunker : Harapan TerakhirWhere stories live. Discover now