Memancing

5 0 0
                                    

            Semua barang telah dimuat kedalam pesawat Shezam, ada sekitar empat ransel besar, ditambah dengan sepuluh kotak berisi senjata beserta amunisinya, dan empat kotak berisi makanan dan barang barang yang menurutku akan penting nantinya, semuanya aku dapatkan dengan menjelajah tiga lantai bunker, aku menyisakan lantai lainnya karena aku berniat untuk kembali lagi kesini suatu saat nanti.

"sudah siap.?" tanyaku pada Linlin.

Linlin mengangguk senang, semua persiapan selesai, aku mulai menerbangkan Shezam kembali, sambil menatap pintu bunker sebelum meninggalkannya entah sampai kapan, dengan perasaan yang tenang, aku langsung menerbangkan Shezam menuju ke utara, kearah pantai dimana aku bisa mencari suasana lain sambil memikirkan apa tujuanku selanjutnya.

Langit yang cerah, burung burung ababe yang berukuran hampir sebesar gajah terlihat terbang berkelompok, mendekati mereka adalah hal yang tidak cukup baik, aku takut jika Shezam rusak karena diamuk oleh mereka.

Awan cerah yang cukup indah, aku melirik sebuah layar yang menampilkan diagram aneh dan banyak keterangan, disana aku juga bisa melihat beberapa peta yang menampilkan informasi berbeda beda, menurut buku panduan pesawat, layar ini seharusnya adalah monitor radar, aku cukup terkejut ketika menyadari aku melihat sebuah titik titik tebal yang menurut keterangan di sana adalah awan petir, nampaknya tidak cukup baik untuk penerbangan, tapi dilihat dari jaraknya, masih ada sisa waktu dua jam sebelum awan itu sampai ke pantai, masih ada waktu untuk mengajak Linlin memancing.

Aku mendaratkan Shezam di sebuah dataran pantai terbuka yang berpasir putih dan cukup bersih, cukup dekat dengan sebuah delta sungai bersih berwarna kehijauan yang mengalir kelaut lepas, Aku mematikan mesin Shezam dan mengajak Linlin turun setelah pendaratannya selesai dengan mulus.

"benda apa itu kak.?" tanya Linlin, dia memandangiku yang sedang menenteng sebuah alat pancing, yah... sayangnya aku memang hanya punya satu buah, aku tidak pernah berpikir untuk membawa dua atau lebih karena selama ini aku hanya berpetualang sendirian.

"perhatikan dan pelajari, aku akan memperlihatkan caranya memancing." ujarku, aku berjalan menuju sebuah delta hilir sungai yang melewati pantai dan berakhir di lautan, kedalamannya cukup bagus dan aku ingin mencoba memancing ikan air payau, siapa tahu aku bisa mendapatkan jenis ikan baru yang belum pernah aku temui.

Sebelum mulai memancing, aku memasang umpan dari potongan daging kering yang aku ambil dari bekal didalam ranselku, kemudian melemparkan kail yang sudah diberi umpan tadi keatas air berwarna kehijauan didepanku.

Linlin tampak berdiri mematung saat aku meliriknya, ia diam dan hampir tidak bergerak sama sekali dibelakangku, membuatku merasa agak terganggu, angin asin dari laut berhembus kearah kami, terasa cukup dingin karena nampaknya awan petir yang kemungkinan besar membawa badai sudah semakin dekat.

Beberapa menit berlalu hingga kail ku sepertinya menyangkut sesuatu didalam air sana, aku mencoba menariknya, nampaknya ada ikan yang telah memakan umpanku, "Linlin.. kesini, aku dapat sesuatu..!" ujarku, Linlin berjalan mendekat.

Sialan, tenaga ikan ini nampaknya sangat besar, tongkat pancingku saja sampai berderit seperti hampir patah, padahal kata kakekku, tongkat pancing ini cukup kuat dan bisa menahan tarikan dan beban hingga seberat 120kg.

"ughhhhh..." aku berusaha sekuat mungkin untuk menahan tongkat pancingku, tapi sepertinya aku tetap tidak kuat, bukannya aku yang menarik ikan, ini malah aku yang seperti sedang ditarik oleh ikan yang aku pancing, pijakanku mulai bergeser, tubuhku mulai tertarik dan hampir jatuh keatas sungai.

"kak.?" ucap Linlin tiba tiba dari belakang, ia memegangi perutku dengan kedua tangannya, "kakak mau jatuh keatas sungai.?"

"Linlin... tarik aku kebelakang.!" teriak ku.

Bunker : Harapan TerakhirWhere stories live. Discover now