Kisah

8 2 0
                                    


            Sudah hampir dua hari aku mengelilingi tempat ini, namun aku lama kelamaan juga tidak merasa betah juga, rasanya membosankan dan hanya ada aku sendirian disini, aku sebenarnya ingin membuka suatu ruangan yang sempat menarik perhatianku, namun aku tidak bisa membukanya, pintu itu juga terbuat dari baja tebal dan aku tidak bisa menjebolnya dengan paksa.

Dengan rasa kesal, saat aku melihat waktu di jam tangan milikku yang ternyata sudah sore, aku memutuskan untuk pergi mencari ruangan penyimpanan senjata di lantai dua bawah tanah, siapa tahu ada banyak barang berguna yang bisa aku bawa pergi, aku tidak terlalu menyesal juga telah pergi begitu jauhnya hanya untuk menemukan tempat ini, setidaknya aku sudah memuaskan rasa penasaran yang mengganggu, dan setidaknya juga aku mendapatkan banyak pengalaman dan hal baru disini.

Sambil pergi ke ruangan kontrol yang sudah bisa aku buka, aku terpikirkan sesuatu, aku bingung.. kemana setelah ini aku akan pergi.?, aku sebenarnya ingin mencari orang lain, aku tidak ingin hidup seorang diri didunia yang sudah seperti terlahir kembali ini.

Sesampainya di ruangan kontrol, aku segera memeriksa denah bunker ini ruangan senjata terletak di lantai dua bawah tanah, sebuah hologram cahaya menayangkan denah bunker secara rinci, sebenarnya bunker ini sangat besar, ada sepuluh lantai lagi dibawah tanah, tapi sialnya aku tidak bisa membukanya karena lift utama hancur dan jalan lain tampak terblokir, di lantai satu bawah tanah ini semuanya telah aku jelajahi kecuali satu ruangan yang tidak bisa ia buka tadi yang kemungkinan besar bukan ruang senjata.

Aku mencari cari informasi lainnya, ia tampak sudah terbiasa walau terkadang bingung dengan pengoperasian layar kontrol yang cukup rumit.

Saat aku mencoba mencari cari ruangan lain yang mungkin saja tersembunyi, aku menemukan sebuah tempat dimana pondasi lantainya terasa lebih tipis yang kiranya bisa aku lubangi untuk ke lantai bawah, dimana disana ada ruang senjata tujuanku.

Aku membuka ranselku, hanya ada sisa satu bom plastik disana, semoga saja bisa cukup, aku menggunakan sebuah linggis yang aku punya untuk membuat lubang di lantai dengan kedalaman sekitar satu jengkal untuk meletakkan bom plastikku disana, hal ini aku lakukan untuk memaksimalkan daya ledak bom ku.

Selain itu, aku juga menyeret sebuah kotak logam yang cukup besar untuk menutupi bagian atas ledakan.

Setelah semuanya siap, aku segera bersembunyi agak jauh dan menekan trigger bom ku,

Dhuarrr.....

Kotak logam besar itu terlihat terlempar keatas dan menabrak langit langit, sebuah retakan besar juga terlihat di lantai bawahnya.

Dharrrng..

Kotak besi itu terjatuh kembali, membuat tekanan pada lantai yang sudah retak.

Aku keluar dari tempat persembunyian ku, lantai itu ternyata belum roboh juga, aku agak kesal dan mulai menaiki kotak besi itu, meloncat loncat diatasnya, mencoba menambah beban agar retakan itu bisa menjadi sebuah lubang, hingga setelah beberapa lompatan, terdengar suara retakan yang semakin bertambah dan tiba tiba.

Brhukkkkk....

Tepat setelah loncatanku yang terakhir, lantai mulai roboh dan aku ikut terperosok bersama kotak besi yang dibawahku, debu debu mulai memenuhi ruangan, membuatku terbatuk batuk untuk beberapa saat, akhirnya aku sampai di lantai kedua bawah tanah.

Aku melihat lihat kondisi disekeliling, ternyata aku terjatuh di sebuah tempat budidaya tanaman yang masih beroperasi dengan baik, terlihat beberapa tanaman sayur mayur dan pohon pohon buah yaang memenuhi ruangan yang cukup luas ini.

Bunker : Harapan TerakhirWhere stories live. Discover now