" Kamu gak milih tinggal sama Ayah aja? "
Dion tersenyum lalu menggeleng. Maniknya tak melepas pandangan sedikit pun dari gadis cantik yang tak lain adalah kakaknya. Gea.
" Dion nyaman sama Kak Gea, Yah. Gak pa-pa kan? "
Pria berumur itu terkekeh. Alan menggeleng kecil untuk jawaban sang cucu. " Gak masalah. Selagi kamu nyaman-nyaman aja. Ayah cuma ngasih penawaran, tinggal di sini. Sekalian nemenin Bunda. "
Dion terkekeh. " Dion bakal sering-sering ke sini. "
Alan mengangguk, mengamati bagaimana perawakan cucunya setelah sekian tahun. Dion benar-benar tumbuh menjadi pria yang tampan.
" Oh iya, Dion, Ayah denger kamu ambil kontrak jadi model. Bener? "
Dion mengangguk jujur, tersenyum canggung sembari menggaruk leher belakang. " Itu, Dion cuma mikir buat mulai cari penghasilan. Lagian Dion juga gak enak apa-apa dikasih Kakak."
Dion tersenyum lagi. " Lumayan, Yah. Gajinya bisa di tabung dan bantu-bantu kakak. "
Alan mengangguk. " Ayah ikut seneng. Ngomong-ngomong, Papi kamu masih ngasih kamu kebutuhan kan? "
" Masih. Setiap minggu uang masuk ke rekening. Ayah tenang aja. "
" Ayah, Dion, ayo makan dulu. "
....
" Beneran mau pulang? Gak mau nginep dulu? "
Gea menggeleng. " Besok Gea kerja, Bunda. Lain kali aja ya? Atau Dion, kamu mau nginep disini dulu? "
Dion tampak menggeleng. Tersenyum manis lalu memeluk tubuh mungil sang nenek. " Bunda, Dion kapan-kapan aja ya nginepnya? Dion mau pulang bareng Kakak. "
Fia mencebil, namun mau tak mau mengangguk. Alan geleng-geleng geli.
" Udah, Buna. Kan ada ayah ini, ntar ayah kelonin deh. "
" Mass ih! "
Tertawa, Gea dada-dada saat mobil mereka mulai keluar dari pekarangan orang tuanya. Menghela nafas, gadis itu menyandarkan tubuhnya pada kursi.
" Kakak besok masuk kerja? "
Gea menoleh, tersenyum lalu mengangguk. Dion tampak mengulum bibir disana. " Emh, sebenernya aku kepikiran buat lanjut kuliah. "
Gea tersenyum lebar, " Oh ya? Kenapa tiba-tiba? "
Dion menggeleng, balas menatap tatapan layu Gea yang tampak mengantuk. " Yah, aku pikir, berhenti kuliah sayang juga. Lagian, selain terima kontrak jadi model, aku gak punya kegiatan lain. "
Gea mengangguk. Tersenyum kecil sembari menatap wajah ponakannya yang lagi-lagi selalu tampak tenang.
" Kakak dukung apapun. Jadi kapan? "
" Dua minggu lagi, mungkin? "
Hening lagi. Gea yang tampak mengantuk lebih memilih menatap jalanan. Dan Dion dengan pikirannya.
" Kak, aku, sebenernya juga kepikiran buat balik ke rumah. "
Gea terkejut. Gadis itu menoleh dengan kening mengerut dalam. " Kenapa? Kamu gak betah tinggal sama kakak? "
Dion menggeleng keras, satu tangannya tiba-tiba terulur untuk menggengam tangan Gea. Gea sendiri tidak bereaksi apapun. " Enggak. Bukan begitu. Aku mikir kalau jarak ke kampus dari apartment itu jauh. Tapi deket dari rumah aku. "
Pria itu mengulum bibir. " Emh, aku juga, mikir buat bawa kakak ke rumah. Tinggal bareng seperti di apartment. Kakak, mau kan? "
Gea tercenung. Binggung dan bimbang. Tidak, ia sejujurnya mau-mau saja. Hanya saja, pekerjaannya juga tak bisa ditinggal. Meninggalkan apartment juga agak berat baginya. Tapi Dion, dia sedikit terganggu dengan tatapan penuh harap ponakannya itu.
YOU ARE READING
Dion|Dangerous✅
Teen Fiction[ AKAN DI REVISI ] Sejak awal dimana kejanggalan itu ada, harusnya Gea menjadi lebih hati-hati. Dion mungkin seperti sesuatu yang manis, tapi Gea harusnya tahu bahwa racun tak selamanya pahit. _____________________ [ Start-14 August 2021 ] [ Finis...