Kurus. Seolah hanya kulit yang membungkus tulang. Matanya kosong dan gelap tampak sayu. Bibirnya kering tertutup rapat di antara hening yang terbiasa.
Dia Gea. Terduduk kaku seperti mayat hidup di ranjangnya yang kotor. Sorot matanya layu dan wajahnya tanpa ekspresi. Hanya pucat, kekosongan, dan mengerikan.
Gea memang mengerikan. Pipinya semakin tirus dan ia benar-benar seperti tubuh tanpa daging. Kaus putihnya transparan hingga tampak jelas tonjolan tulang yang ngeri.
Tapi gadis itu seolah tidak peduli. Jari-jarinya sibuk saling menggosok seolah tangannya tak berhenti kotor. Gea menunduk dan menangis untuk kesekian kali. Tangisnya terdengar pilu dan mengerikan hingga, jika manusia lain mendengarnya pun rungu mereka tak akan merasa kuat.
" Gak hilang hiks! "
Tangisnya semakin mengeras. Gadis itu berdiri buru-buru dengan kakinya yang mirip ranting. Menyalakan keran dan menggosok rusuh tangan-tangannya di wastafel kamar mandi.
Merasa tidak puas. Wajahnya terangkat mengerikan dan kepalanya di benturkan ke sisi wastafel. Gea berteriak seperti orang gila saat di matanya, tangannya malah semakin kotor.
Berjalan keluar kamar tertatih-tatih, rungunya seolah tuli pada sirine keras di luar rumah. Gadis itu terus berjalan turun ke lantai bawah menuju dapurnya yang kotor menjijikan.
Air yang berwarna aneh. Panci-panci berantakan dan semuanya terlihat keruh. Bau menyengat yang menjijikan tercium kuat namun tidak untuk hidung Gea yang seolah tinggal tulang. Gadis itu dengan santai menendang kantung hitam menjijikan dan berjalan mendekati kulkas.
Pintu lemari es di tarik dan air matanya mengalir deras saat tak mendapati sesuatu yang ia mau. Gadis itu mengeraskan tangis dan menjambak rambutnya yang mulai rontok. Darah di kening seolah bukan masalah.
" DIAM SIAL! "
Tangisnya melengking saat sirine berisik di luar sana tidak juga berhenti. Gadis itu melotot geram. Meraih pisau dari rak dan berjalan terburu-buru menuju lantai atas tepat di samping kamarnya. Pintu kamar berwarna hitam di buka kasar.
" Gara-gara kamu! " Pisaunya dengan cepat di tancapkan pada daging busuk di atas ranjang. Gea menangis dan menarik lagi pisaunya hanya untuk di hujam-hujamkan. " MATI! MATI! "
Berjongkok lemah. Matanya yang bengkak dan memerah menatap pada tubuh yang hampir hacur. Gea mengusap bibir menahan lapar yang tiba-tiba menyerangnya.
" Dion ayo bangun. Maaf kamu ku ajak bermain lagi. Aku lapar ayo beri aku daging baru lagi! Kenapa sih kamu betah tidur?! Hiks, maaf aku gak sengaja! Bangun! "
Berhenti berteriak dan memeluk lulut. Gea meringkuk merasakan takut, gadis itu berdiri lagi untuk menatap sedih tubuh ponakannya. Dion benar-benar keras kepala. Ia bahkan sudah minta maaf karena tak sengaja menggorok lehernya saat tidur. Salah sendiri pria itu terus membuatnya terkurung seperti burung yang menyedihkan. Tapi kenapa bocah itu tetap tidak mau bangun? Gea benar-benar lapar dan sudah tiga hari tak ada daging baru. Gea semakin kesal karena Dion tak bisa lagi mencarikannya orang baru.
Ini sudah berbulan-bulan namun Dion benar-benar suka tidur seolah pria itulah yang marah di sini. Padahal jelas betul bocah itu yang membuat Gea banyak merasa sakit!
Tiba-tiba ludahnya tertelan susah-payah. Gea menatap kesal pada perut dan kaki Dion yang hilang teriris. Bagian mana lagi yang enak untuk di makan? Tubuh ponakannya sudah tidak enak dan Gea butuh yang baru.
Pelan-pelan gadis itu mengangguk dan menarik pisaunya yang kotor. Bibirnya tertarik lebar dan matanya menyorot pintu keluar kamar saat terdengar pintu bawah hendak di bobol.
" POLISI DI SINI! JANGAN BERGERAK!"
Sirine semakin terdengar keras dan Gea yakin ia akan mendapat daging baru hari ini. Bibirnya malah tertarik semakin lebar seolah tak peduli akan berisiknya peringatan heboh di luar sana. Yang Gea pikirkan sekarang hanyalah kepuasan yang ingin ia penuhi. Lihat saja!
Gadis itu terkekeh di sela langkahnya menuju pintu depan.
Dion benar. Jika manusia pahit maka buat mereka menjadi manis. Maka itulah yang Gea lakukan pada pria itu juga. Tidak ada yang salah di sini. Gea, terbentuk dari Dion sendiri. Hidupnya dalam sekejab berubah menjadi sesuatu yang gelap namun Gea seolah terjebak dalam pikiran gila Dion. Tapi, tidak apa-apa. Gadis itu yakin tidak apa-apa. Bibirnya berkedut geli saat mengingat senyuman lebar Dion sebelum urat nadi pria itu terpotong habis.
Bahkan, pria itu merasa bangga sebelum dagingnya ikut serta tergiling mulut. Gea, merasa senang. Mungkin, tidur yang lama adalah impian Dion yang telah jauh terkubur. Dan Gea merasa puas akan rasa kecewanya yang telah lama terpendam, dan merasa puas telah mengabulkan keinginan ponakannya.
Siapa yang tahu bahwa jalan hidup Gea akan menjadi suram? Gea, terbentuk menjadi manusia yang mengerikan.
Berita terkini. Kepolisian pusat berhasil menangkap pembunuh satu keluarga dan dua puluh lima nyawa tidak bersalah. Pelaku berinisial G yang di duga adalah seorang kanibal dan telah di tetapkan sebagai tersangka utama, akan di bawa ke kantor kota untuk penyelidikan lebih lantaran di dapatinya potongan tubuh manusia di TKP. Kasus yang sudah lebih dari tiga tahun akhirnya tuntas dan pelaku akan di jatuhi hukuman seberat-beratnya. Sesuai adanya bukti kejahatan, hukuman terberat, pelaku akan di jatuhi hukuman mati atas tindakan kejinya. Menunggu keputusan hukum, pelaku akan di isolasi.
Siapa yang menyangka akhirnya akan menjadi seperti ini?
______________________________________
IT'S DANGEROUS!
.....
Okay! HAHAH! Lunas yah. Saya gak berhenti ketawa jujur pas lihat beberapa komen penuh kebingunan. Mohon maklum untuk alur cerita saya yang hobi saya sendiri adalah pilih ENDING MISTERIUS. Semoga, satu chap bonus(?) ini bisa menutup sesuatu yang terasa kurang yahh.
Terimakasih dan TATA!
YOU ARE READING
Dion|Dangerous✅
Teen Fiction[ AKAN DI REVISI ] Sejak awal dimana kejanggalan itu ada, harusnya Gea menjadi lebih hati-hati. Dion mungkin seperti sesuatu yang manis, tapi Gea harusnya tahu bahwa racun tak selamanya pahit. _____________________ [ Start-14 August 2021 ] [ Finis...