1. Pergilah, Aku Akan Selalu Mencintaimu

4 0 0
                                    

Kalya menatap hampa pada peti mati yang mengantarkan suaminya pada kehidupan lain, dan tidak lagi bisa tersentuh olehnya. Rasa lelah dan jetlag akibat menempuh perjalanan panjang selama lebih dari 20 jam, tidak membuatnya merasa membutuhkan istirahat. Yang dia tahu, separuh jiwanya telah pergi, membawa semua kenangan indah dan cintanya.

Rodriguez, adik angkat Dimi yang telah menjadi sahabatnya, serta pelindungnya setelah Dimi, menghampiri perlahan, lalu memberikan pelukan untuk menguatkan. Namun hal tersebut justru membuatnya lunglai. Kalya hampir tidak bisa menahan air mata yang dengan susah payah dia bendung. Selama perjalanan dari Indonesia menuju Roma, dia sudah menangis tiada henti. Sesaat setelah pesawat mendarat di airport Fiumicino, dia langsung menghapus airmatanya. Setelah melewati imigrasi, dia bergegas menuju toilet untuk memperbaiki riasan.

Kalya tidak membawa bagasi, dia hanya menggeret koper ukuran kabin yang berisi keperluan standar. Dia tidak ingin waktunya terbuang hanya untuk mengurusi bagasi. Sedetik setelah dia menerima telepon dari Rodriguez perihal kematian suaminya, serta penculikan terhadap Jose, putra mereka, Kalya yang sedang berada di Indonesia, langsung membeli tiket dan terbang ke Roma.

Dilihatnya sekali lagi riasan yang telah rapih, memastikan tidak ada sisa-sisa tangis di wajahnya. Setelah yakin, dia memakai kaca mata hitam yang membingkai sebagian besar wajah bulat khas asia miliknya. Kalya mengangkat dagu, menatap sosok wanita berpakaian setelan jas hitam formal, yang sedang berpura-pura tegar di depan cermin.

"Tidak boleh ada yang tahu bahwa aku sedang berada di titik terendah. Aku harus menunjukkan bahwa aku bisa menghadapi semua ini, dan mendapatkan kembali Abimanyu Jose Diaz, anakku. Dimitrio Diaz suamiku tersayang, pergilah dengan tenang. Jangan pikirkan aku dan Jose. Percayalah, aku akan menemukan anak kita, dan menjadikannya laki-laki kuat dan berani seperti dirimu." Setelah mengafirmasi dirinya sendiri, Kalya bergegas menuju arrival hall, di sana telah menanti Rodriguez dan enam orang pengawal berpakaian kasual. Kalya mengenali pengawal-pengawal yang menyamar sebagai turis maupun pengunjung di sekitar arrival hall. Sejak dirinya menjadi anggota keluarga Dimi, dia sudah terbiasa dengan segala hal seperti itu.

Rodriguez menatap sekilas pada sosok wanita yang duduk anggun di sampingnya. Kemudian kembali menatap ke depan, menutup sekat antara ruang pengemudi dan penumpang. Sehingga apapun pembicaraan yang terjadi di ruang penumpang, tidak akan di dengar oleh pengemudi. Dia selalu mengagumi sosok Kalya. Seandainya saja Kalya bukanlah istri dari kakak angkatnya, dia sudah akan memperjuangkan Kalya untuk menjadi miliknya.

"Sekarangkah saatnya aku bisa memiliki janda kakak angkatku?" pikiran itu berkelebat di kepala Rodriguez. Namun dia segera menepis hal tersebut dari pikiran kotornya. "Tidak, bagaimanapun aku tidak boleh mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku harus tahu membalas budi kepada keluarga Diaz. Kecuali, Kalya yang pada akhirnya nanti jatuh cinta pada diriku, maka akan dengan senang hati kedua tangan ini menyambutnya dalam pelukan."

"Rod, detil apa yang tidak aku ketahui selama kepergianku?" Kalya memecah keheningan. Dengan susah payah mengusahakan agar tidak ada getar dalam suaranya. Sementara Rodriguez sedikit tersentak kaget.

"Aku akan menceritakannya ketika kita tiba di rumah. Beristirahatlah sejenak, karena setelah sampai, kita akan langsung mengikuti prosesi pemakaman. Aku tidak ingin kamu tidak siap dengan itu." Rodriguez mencoba berempati. Segala ucapan yang dikatakan sebisa mungkin keluar dalam intonasi datar, cukup lembut, dan tidak melukai. Sebab dia tahu, wanita di sebelahnya sangat memuja suaminya seperti dewa.

Rahasia Inang-inang InternesyenelWhere stories live. Discover now