2. Merenung

2 0 0
                                    

Kalya duduk tepekur di sudut pembaringan sambil menatap sekeliling kamarnya. Prosesi pemakaman berlangsung sangat cepat, kurang dari 30 menit, namun khidmat. Dihadiri hanya orang-orang terdekat saja. Walaupun demikian, waktu yang sesingkat itu mampu menguras energi Kalya sehingga membuatnya seperti habis berlari puluhan kilometer.

Di dalam kamarnya, pertahanan Kalya runtuh total. Tangisnya pecah berkeping-keping, dia berteriak sekuat tenaga, namun teriakkan tersebut hanya menggema di dalam dadanya. Yang ke luar hanyalah isak tangis pilu yang lebih intens daripada saat dia menangis di pesawat.

Matanya yang mengembun, menatap nanar pada foto keluarga dalam posisi portrait di dinding yang terpasang sempurna. Dia, Dimi suaminya, serta Jose buah cinta mereka tersenyum bahagia, seolah-olah tidak akan pernah ada nestapa yang akan menghampiri mereka.

Di sampingnya, terdapat foto keluarga yang terpasang di kiri kanannya. Foto di sebelah kanan adalah mereka bersama keluarga Dimi. Di sana ada ayah dan ibu mertua serta nenek Dimi yang sangat mencintai serta menyayanginya. Pemuda gagah yang berdiri di belakang suaminya adalah Rodriguez, adik angkat Dimitri, kesayangan nenek Ornella. Tidak ada foto kakek Dimi, karena kakek meninggal setelah nenek Ornella melahirkan Matteo, ayah Dimi. Seperti kata pepatah, orang baik biasanya tidak berumur panjang. Kecelakaan merengut nyawa ketiganya dalam waktu bersamaan kakek Dimi yang telah lebih dulu pergi. Seandainya saja saat itu Dimi ikut bersama mereka, tentu Dimi juga akan pergi meninggalkan dunia ini bersama mereka.

Takdir telah menyelamatkan Dimi dari kecelakaan maut. Rodriguez yang lebih memilih untuk menemani saudara angkatnya --saat harus melakukan peresentasi ujian gelar master bidang politik-- ikut terselamatkan.

Tidak ada yang mengetahui bahwa dia, Dimi, Jose dan Rodriguez tidak ikut dalam perjalanan menuju Milan, untuk menghadiri pesta amal yang diselenggarakan perusahaan mereka. Rencananya mereka memang akan menyusul pada acara gala dinner saja. Namun kenyataan bicara lain. Mobil yang dikendarai orang tua dan nenek Dimi, mengalami kecelakaan tunggal saat melintasi area bebas hambatan saat menuju tempat acara.

Belum selesai penyelidikkan untuk memastikan kematian mereka apakah murni kecelakaan atau ada unsur kesengajaan, Dimi suaminya, telah menyusul mereka hanya dalam waktu tiga bulan saja. Tanpa terasa air mata kembali meleleh di pipi Kalya.

Dalam bingkai satunya lagi, adalah foto dirinya dan Dimi bersama keluarganya di Indonesia, yang diambil pada saat pernikahan mereka empat tahun lalu. Ibunya telah pergi karena penyakit diabetes, sementara ayahnya yang tidak terbiasa hidup tanpa ibunya menyusul hanya dalam kurun waktu lima bulan setelah kepergian ibunya. Saat itu Jose belum ada. Jadi tidak ada di dalam foto keluarga dari pihak Kalya.

Dimi dan Kalya sama-sama anak tunggal. Bedanya Dimi adalah anak seorang konglomerat, sedangkan dirinya hanyalah anak petani biasa di sebuah desa terpencil di Banyuwangi, Jawa Timur Indonesia.

Kalya teringat pertemuan pertama, saat itu dirinya tanpa sengaja menumpahkan kudapan ke dada seorang pria dengan pakaian kasual, yang bersiap untuk surfing di Pantai Pulau Merah Banyuwangi, tempat dia dan keluarganya mengais rezeki.

"Oh, maafkan aku Tuan, aku tidak sengaja." Meskipun itu bukan salahnya, Kalya tetap meminta maaf. Dia telah belajar, bahwa sebagai orang miskin, memiliki stok maaf yang banyak sangat diperlukan. Tidak perduli benar atau salah, orang miskin harus selalu meminta maaf terlebih dahulu, untuk menghindari masalah di masa depan.

Rahasia Inang-inang InternesyenelWhere stories live. Discover now