7. Terperangkap

2 0 0
                                    

Di sebuah ruangan yang cukup megah, dengan interior minimalis berwarna monokrom dominan cream, dan coklat kayu pada ornamen maupun perabotan pada interiornya, seorang pria tampak tergolek di atas tempat tidur berukuran king size. Dia adalah Dimi yang baru saja mendapatkan kesadarannya kembali.

Dengan bingung, Dimi mengerjapkan matanya, mencoba mengingat-ingat, di mana dirinya berada. Kepalanya sedikit berat dan masih berdenyut sakit, saat dirinya berusaha bangun untuk bersandar pada kepala tempat tidur.

Dengan nanar dia melihat sekelilingnya yang berantakan seperti habis terjadi badai asmara yang luar biasa. Sejenak Dimi merasa tersentak. Kalau benar dugaannya, itu berarti dirinya telah menjadi bagian dari badai tersebut?!

Dimi mencoba tenang, dan menelusuri memorinya perlahan, berharap bisa mendapatkan jawaban atas segala sesuatu yang membuatnya bingung. Tiba-tiba matanya menatap sebuah handycam di ujung tempat tidur yang masih berdiri tegap di atas tripod. Setitik cahaya lampu merah berkedip-kedip pada sudutnya. Dimi bergegas untuk menghidupkan tombol play pada handycam tersebut. Dan apa yang tampak di dalamnya membuat dirinya shock setengah mati.

"Ya Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?" Dimi meremas kepalanya dengan gusar, matanya menatap gambar bergerak yang menampilkan adegan buas antara dirinya dengan seorang wanita yang tidak dia kenal. Beberapa detik kemudian, menyusul pria-pria lain yang ikut berpartisipasi dalam pesta nista tersebut.

"Tidak, itu bukan aku." Keluh Dimitrio frustrasi. "Bahkan bersama Kalya aku tidak pernah sebejat itu dalam melakukan hubungan intim." Dimitrio sadar, dirinya telah dijebak. Sayangnya dia masih belum tahu siapa yang menjebaknya. Tetapi Dimi memastikan bahwa siapapun yang telah berbuat hal ini kepadanya, akan menerima pembalasan beratus kali lipat lebih perih dari yang bisa dibayangkan.

Dengan panik dia meraih ponselnya, di sana ada pesan yang belum dia lihat. Saat membukanya, dia berteriak marah. "Oh, damn. Kalian telah membuat kesalahan besar dengan melakukan ini kepadaku." Dimitrio mengumpat dan menebar sumpah serapah dalam ruangan yang berantakan tersebut. Suara amarahnya menggema dan kembali memasuki gendang telinganya sendiri, membuat dirinya semakin frustasi dan marah.

Dimi menatap nanar layar ponsel yang menampilkan sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. "Apakah sudah melihat video kita, sayang? Jangan khawatir, video tersebut secara otomatis akan terhapus setelah rekamannya diputar. Tetapi jika kamu merindukanku, aku sudah mengirimkan versi singkatnya hanya dalam durasi lima belas detik saja. Aku rasa itu cukup untuk menyapa Kalya, istrimu. Video kedua, ada Jose yang baik-baik saja bersamaku. Dia sedang tidur sekarang setelah lelah bermain-main tadi. Have a nice day, sayang. Oh ya, aku juga harus mengakui, kamu hebat sekali semalam. Terima kasih ya."

Dimitrio berteriak sekeras yang dia mampu. Dia tidak perduli dirinya berada di mana, dia tidak perduli siapa yang akan mendengar teriakannya. Dia sangat-sangat marah, sampai dirinya merasa mampu untuk membunuh dan menguliti wanita sialan yang mengiriminya pesan tersebut, yang juga berada di video laknat bersamanya.

Setelah lelah berpikir namun belum juga menemukan jawaban, Dimi bergegas menuju kamar mandi, untuk mendinginkan pikirannya. Dia merasa sangat kotor dan jijik dengan dirinya sendiri. Wajah Kalya istrinya melintas, membuat dirinya semakin kesal karena merasa telah mengkhianati istrinya yang baik hati dan sangat dicintainya itu.

Dimi berusaha memikirkan dengan seksama kemungkinan apa yang sesungguhnya sedang menimpa dirinya serta keluarganya. Perlahan dia menelusuri ingatannya. Kemarin, dirinya sarapan dengan Romelio, pamannya. Saat itu Rodriguez juga sedang bersiap untuk menghadiri meeting dengan partner mereka. Romelio menyarankan agar Rodriguez pergi bersama Pietro dan Benigno. Rodriguez langsung menolak, dan dia tahu alasannya, karena kedua pengawal tersebut tugas utamanya adalah mengawal Jose, putranya.

Namun saat itu, Romelio memberi alasan yang cukup masuk akal. "Aku rasa kamu terlalu berlebihan, Rod. Aku yakin meeting tidak akan memakan waktu lama. Selain itu, Dimi serta Jose berada di mansion dengan banyak pengawal yang berjaga-jaga. Sementara partner kita ini agak sedikit eksentrik, butuh sedikit intimidasi, dengan kehadiran Pietro dan Benigno akan membuatnya menangani kontrak sesuai yang telah kita sepakati. Jadi, apa yang kamu khawatirkan, Rod?" Romelio berkata sambil lalu, seolah-olah semuanya hanya pembicaraan ringan yang tidak melibatkan nilai kontrak sebesar sepuluh milyar dollar.

"Setelah aku pikir-pikir, Paman Romelio ada benarnya juga, Rod." Dimi ikut bicara. "Pergilah bersama Pietro dan Benigno. Aku akan menjaga Jose di sini. Aku juga tidak punya jadwal ke luar dari mansion sampai pukul satu. Semua hanya melalui virtual online, dan aku pastikan Jose akan berada dalam jarak pandangku. Aku ayahnya, Rod. Jadi aku pasti akan menjaganya dengan baik."

Dimi tahu bahwa Rodriguez sangat menyayangi dan over protective terhadap Jose, dirinya, maupun Kalya. Terlebih setelah kepergian orang tua dan neneknya karena kecelakaan. Rodriguez tidak berhenti menyalahkan dirinya, karena merasa tidak mampu melindungi keluarga yang sudah dia anggap sebagai dewa-nya.

Rodriguez selalu merasa berhutang budi pada Matteo, ayah Dimi. Seandainya ayah Dimi tidak menyelamatkan dirinya dari amukan masa karena mencuri sepotong roti dan obat bagi ibunya yang sedang sekarat, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya saat itu. Bahkan Matteo membawa ibu Rodriguez ke rumah sakit, namun sayangnya ibu Rodriguez tidak mampu bertahan, dan meninggal setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Matteo yang sudah merasa menyayangi Rodriguez, mengajak Rodriguez ke rumahnya. Melihat Dimi yang langsung menyukai Rodriguez, Matteo semakin yakin bahwa Rodriguez bisa menjadi saudara dan sahabat bagi Dimi, putra satu-satunya. Sebab, Clarissa istrinya sudah tidak bisa memberinya keturunan setelah operasi pengangkatan rahim akibat kanker yang menggerogotinya.

Sejak itu, Rodriguez bertekad untuk mengabdi kepada keluarga Matteo sepenuh hati. Dia akan menjadi benteng pertahanan paling depan untuk melindungi keluarga Matteo hingga keturunannya.

Dimi memijit-mijit kepalanya yang berdenyut menahan sakit. "Sial. Kenapa aku mengijinkan Pietro dan Benigno mendampingi Rodriguez? Kenapa aku harus menuruti saran dari Paman Romelio?" Dimi mengumpat dalam hati. "Rodriguez bukanlah orang sembarangan, meskipun fisiknya biasa saja, namun keahlian beladiri serta keterampilan menggunakan senjata sulit tertandingi. Lalu mengapa aku tidak berpikir bahwa Rodriguez pasti akan bisa melindungi dirinya sendiri dibandingkan dengan Jose yang jelas-jelas butuh dilindungi...?" Monolog dalam dirinya semakin membuat Dimi merasa bodoh dengan keputusannya. Dia memikirkan kondisi Kalya saat ini. Pasti Kalya sangat sedih dan kebingungan sekali. Kalya istrinya yang sangat dia cintai pasti sedang hancur sekarang.

Semakin keras berpikir, Dimi semakin marah. Dia baru menyadari, sepertinya semua kericuhan ini terdapat andil pamannya. Sekali lagi dia mulai merenung di bawah guyuran shower yang melimpahinya dengan air hangat, membuatnya bisa berpikir sedikit lebih jernih.

Dimi mengingat-ingat kejadian sebelum dirinya kehilangan kesadaran. Setelah Rodriguez serta Pietro dan Benigno pergi, Romelio memberinya segelas air yang tanpa curiga langsung diminumnya. Sedetik kemudian dia merasa kepalanya pusing. Instingnya mengatakan ada yang tidak beres, terlebih lagi saat melihat seringai di wajah Romelio. Dan dengan kekuatan terakhir yang dia miliki, segera dirinya melangkah menuju kamarnya, lalu mengunci dari dalam dan menghubungi pengasuh Jose melalui ponselnya.

"Lorna, bawa Jose ke bunker merah, kunci pintunya, dan hubungi Rodriguez untuk menjemput kalian di sana. Jangan ke luar kecuali di jemput oleh Rodriguez. Jangan lupa kabari Kalya untuk...." Belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, suara pintu di dobrak terdengar dari ujung sebelah sana, lalu teriakan Lorna dan tangisan Jose membuatnya panik. Namun apa daya, tubuh dan otaknya bekerja tidak sinkron. Entah ramuan apa yang telah dicampurkan ke dalam minumannya. Yang dia tahu, setelah itu dia sudah tidak ingat apa-apa lagi sampai dirinya tadi terbangun di dalam ruangan laknat ini.

Rahasia Inang-inang InternesyenelWhere stories live. Discover now