[4] Diskusi

496 5 0
                                    

"Sudah berapa lama dimutasi ke sini?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sudah berapa lama dimutasi ke sini?"

"Baru sebulan."

Dua orang pria paruh baya itu melempar pandangan keluar jendela kaca. Di bawah sana lalu-lintas padat merayap. Pohon-pohon trembesi kokoh memagari sisi jalan. Selusin burung hitam bertengger di atas baliho iklan rokok. Gedung perkantoran dan bangunan milik swasta berwarna kusam berjajar di kejauhan.

"Oh iya, mau minum apa?" Pria berseragam berpangkat AKP menggeser kursi kulit beroda sehingga menghadap lawan bicaranya. "Kopi manis? Kopi pahit? Teh manis? Wedang Jahe?"

"Makasih. Tapi tak usah," tolak pria yang duduk di sofa tamu.

"Tidak sopan aku ini, tidak ada yang disuguhkan."

"Tidak apa-apa. Barusan minum air putih sebelum masuk tadi."

"Air putih," tiru pria berseragam. "Kadar gulanya lagi tinggi, nih?"

"Sebenarnya asam urat."

"Aku kolesterol parah. Leher tegang. Kepala pusing. Akhir-akhir ini harus pintar menjaga asupan makanan."

"Aku juga pernah asam urat tinggi sampai lutut sakit. Lalu puasa Senin-Kamis. Alhamdulillah, sekarang badan lumayan. Kau cobalah berpuasa sunah, sekali seminggu saja. Jadi polisi tidak boleh sakit-sakitan. Nanti susah sergap penjahat."

Pria berseragam tertawa. "Kau ini masih lucu saja, kawan. Baiklah, saran kau akan aku coba lain kali. Gimana kabar keluarga kau? Sehat?"

"Alhamdulillah, sehat walafiat semua."

Tok tok tok tok.

Pintu ruang Kepala Satuan diketuk dari luar.

"Silakan masuk," titah pria berseragam.

Orang di luar berjalan patuh. "Mohon izin, Pak Rezaldi. Ini laporan hasil tes—" ia berhenti setelah menyadari ada tamu di ruang atasannya.

"Bawa ke sini saja, Pak Gani." AKP Rezaldi menjulurkan tangan untuk menerima dokumen itu.

"Siap, Pak."

Iptu Gani keluar karena tidak ada hal penting lagi yang disampaikan. AKP Rezaldi meletakkan laporan ke meja tanpa membacanya. Ia lebih menaruh perhatian pada sang tamu.

"Ini masih dalam jam kerja, lebih baik aku pulang," ujar tamu sadar diri.

"Hei, jangan begitu," sergah AKP Rezaldi. "Kita sudah lama tidak ketemu."

"Aku tidak mau mengganggu kesibukan pegawai negeri."

"Aku cuma memverifikasi laporan bawahan saja. Duduklah yang tenang. Aku tidak tahu kapan kita bisa silaturahmi lagi setelah hari ini." Qadarallah, ia dan tamu tersebut baru bersua setelah terpisah tiga puluh tahun lamanya.

Sang tamu akhirnya menurut.

"Aku ucapkan banyak terima kasih. Berkat kau, Hamdan, penangkapan pengedar sabu hari ini berjalan lancar. Pekerjaanku jadi sedikit santai."

Jalan Buntu Where stories live. Discover now