1. Lucky

186 11 16
                                    

"Bangun, Navi! Lo sekolah kaga?" suara laki-laki dewasa memasuki telinga Naviro membuat remaja itu menggeliat malas.

"Masih ngantuk! Nanti aja, Kak!"

"Kebiasaan banget abis subuh tidur lagi!" Nevan, lelaki berusia tiga puluhan itu menarik selimut yang menutupi tubuh sang adik.

"Ishhh! Nantiiii!"

"Kalah sama keponakan Lo! Tuh, si Zie udah siap tinggal sarapan!" cibir Nevan membuat Navi berdecak kesal namun akhirnya bangkit dari tidurnyanya.

"Puyeng kepala gue! Darah rendah!" rengek Naviro manja sambil mengucek matanya membuat Nevan memutar bolanya malas. Kumat lagi nih bocah! batinnya.

"Makanya pelan-pelan! Udah tahu jompo! Sana mandi!"

"Gue izin nggak masuk aja kali, ya? Pusing!" Naviro dengan sejuta alasannya masih membujuk sang kakak. Nevan menatap sang adik dengan tatapan tajamnya kemudian beralih pada jadwal pelajaran milik Naviro. Senyum miringnya kemudian terangkat.

"No! Gue tahu lo mau menghindar dari mapel matematika, kan?" Sial! Naviro tertangkap basah. "Mandi!"

"Aishhh! Kalau sama Papa pasti dibiarin nggak masuk!" gerutu Naviro.

"Ya kan gue bukan Papa!" balas Nevan sengit. Nevan memang mengajak Naviro untuk tinggal bersamanya. Nevan ingin Papa dan Mamanya menikmati waktunya berdua di saat putra-putri mereka sudah mulai dewasa.

Naviro berdecak kesal sambil menampilkan ekspresi cemberut. Kemudian merayu Nevan dengan memeluk kaki sang kakak.

"Pleaseeee! Kak Nevan ganteng, deh!"

"Nggak ada!"

"Pleaseeee!" Naviro makin mengeratkan pelukannya membuat Nevan bergidik geli.

"Nggak ada, Dek! Lepasin! Lo bau!"

"Nggak seruuu!"

"Gue bilang mandi! Atau gue aduin ke Mama!" ancam Nevan yang akhirnya mampu membuat Navi menurut.

"Kak Nevan nggak jadi ganteng!" teriak Navi sebal yang hanya membuat Nevan menghembuskan nafas pasrah.

"Gara-gara pas masih di kandungan gue udah ngibarin bendera perang kali ya? Jadi dia bisa begitu sama gue!" gumam Nevan. Belum lama situasi tenang, teriakan Kenzie---putranya membuat Nevan kembali menghela nafas.

"PAPAAAA! MAMAAA! OM NAVI NUMPAHIN AIR!"

***

"Kenapa Dedek cemberut mulu!" tegur Bulan sambil menaruh nasi di piring Naviro.

"Nggak tahu! Sebel!"

"Dih! Kenapa Lo? Mau ngadu? Orang Lo yang bandel!" ucap Nevan yang sudah bersiap dengan jas dokternya.

"Dedek pusing dipaksa sekolah!" dusta Navi yang berusaha caper ke Bulan.

"Beneran?" Bulan mengecek kening Navi. "Nggak panas, tuh!"

"Om Navi takut sama matematika, Ma!" giliran si kecil Kenzie yang membongkar kebohongan Navi.

"Zieeee! Kenapa, sih? Om Navi nggak ganggu Zie!" ucap Navi sebal.

"Udah! Makan lo! Ntar telat lagi!" lerai Nevan.

"Bodo amat! Biar nggak usah ikut matematika! Males!"

CUTENESS OVERLOAD (✔) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang