Jomblo

128 36 4
                                    

Boby memarkirkan motornya di antara banyak motor lain. Ia melepas helm dan menyisir rambutnya yang berantakan dengan jemarinya. Sebenarnya ia malas ke kampus hari ini, mengingat hari ini masih masa orientasi mahasiswa baru. Tapi dosen pembimbingnya tiba-tiba memberinya kabar agar ia melakukan konsul siang ini.

Selesai dengan urusannya dengan pembimbing ia menuju taman kampus. Sepertinya ia membutuhkan rokok, mulutnya terasa asam karena belum menghisap benda panjang mengandung nikotin itu sejak pagi.

"Gimana, udah acc?"

Boby mendongak menatap Dyo yang muncul dengan wajah tengilnya.

"Acc pala lu, gue gak tau mau nya pak Bowo gimana."

Dyo terkekeh, "Makanya, gak usah dikerjain."

"Si anjir, emangnya gue, elo? Ngerjain skripsi dari dua tahun lalu gak selesai-selesai? Emang gitu kalau disuruh konsul malah touring ke Bali. Lu tinggal nunggu di DO." Cerocos Boby dalam satu tarikan napas.

"Kagak usah doain gue di DO juga dong lo."

"Ya mau gimana lagi. Kerjain kek tuh skripsi. Gue bosen kalau ke fakultas ditanya lo dimana mulu sama ibu Sarah."

"Gue kerjain Bob." Jawab Dyo, ia menarik bungkus rokok Boby dan mengeluarkan satu batang rokok untuk dirinya.

"Mana ada orang ngerjain kata pengantar dua tahun."

"Si monyet, gue udah masuk bab 2 ya." Ujar Dyo tidak terima.

"Masa?"

"Iya, kampret. Lu liat aja, gue bakalan lebih dulu acc daripada lu."

Boby menggosok wajahnya dengan kedua tangan. "Amin."

Dyo mendengus, "Lagian siapa sih yang pertama kali mencetuskan kalau mahasiswa mau lulus kuliah harus bikin skripsi."

"Gak ada yang tau."

"Iya, dah. Gue sampe nyari di google, gak ada, anjir."

"Takut disumpahin kali."

"Hah?"

"Lu bayangin aja kalau orang-orang sampe tau siapa nama pencetusnya, ada berapa ribu mahasiswa tingkat akhir yang bakalan nyumpah-nyumpahin dia."

"Iya juga, sih."

Tepat setelah Dyo menyelesaikan ucapannya, gerombolan mahasiswa baru lewat. Keduanya terdiam untuk beberaa saat.

"Banyak maba cantik."

"Gak ada yang mau sama mahasiswa abadi kayak elu."

"Anjir, ngehinanya totalitas banget." Sungut Dyo. "Gue tuh terlalu sayang sama kampus kita, makanya gak mau gue tinggalin."

"Pret!" Boby menunduk menatap jam tangannya. "Baru 10 menit yang lalu lo ngomong mau acc lebih dulu dari gue."

"Iya, gue bakalan lebih dulu acc dari lo."

"Kerjain makanya, kalau cuma ngomong semua orang juga bisa."

"Nanti."

"Kapan?"

"Kalau mood gue datang."

"Kalau nungguin mood lo, gak akan pernah lo kerjain."

"Nah, itu lo tau." Ucap Dyo santai.

"Monyet! Sadar, Yo. Bayar kuliah pake duit, bukan daun."

"Iya, iya. Bawel banget, sih. Udah ngalahin nyokap gue lu."

"Ya habis lo kayak gini."

"Emang gue kenapa?"

"Pemalas." sela Shania.

Dyo mendelik. "Kuntilanak lu, ya. Muncul tiba-tiba."

"Jailangkung."

Cup

"Yaoloh, lagi di kampus nih." Tegur Dyo karena gadis itu langsung mencium pipi Boby yang justru terlihat biasa saja.

"Sirik. Bilang aja lo juga mau."

"Iya." Jawab Dyo cepat. "Lo gak mau sekalian nyium gue?" Dyo menunjuk pipinya sendiri.

"Mati aja lu." Gadis jangkung itu memukul Dyo dengan tasnya lalu beralih menatap Boby. "Bimbingannya udah?"

Boby mengangguk.

"Gimana?"

"Masih ada yang harus direvisi. Capek aku revisi mulu." Jawab Boby mengadu.

Shania terkekeh, kedua tangannya terkepal di depan wajah Boby. "Semangat, ya!"

"Hmm,"

"Udah mau pulang?"

"Iya, ngantuk aku tuh."

"Yaudah, bareng aku. Tapi aku ke BEM dulu."

"Iya, sayang." Sahut Dyo mendahului Boby.

"Apasih, jomblo."

Ini udah lama banget di draft, tadi baru baca lagu. Aku gak ngerti waktu nulis ini mikirin apaan. Gak jelas, tapi daripada tinggal di draft mending dipublish 😅

Side StoriesWhere stories live. Discover now