Perkara Helm

112 36 1
                                    

"Gue tuh sampe sekarang gak ngerti gimana ceritanya lo berdua bisa pacaran, loh. Serius." Dyo menatap Boby dan Shania bergantian. "Yang satu modelannya triplek, datar banget. Yang satu gatel, minta digaruk sikat kawat."

Shania mengambil gelas plastik dan melemparkannya ke arah Dyo yang justru tertawa puas.

"Diantara kalian, siapa yang pake pelet? Ayo ngaku!"

Giliran Boby yang memukul kepala Dyo dengan tumpukan kertas skripsinya.

"Berisik, Yo." Ujarnya.

"Gue seriusan nanya, siapa yang pak,-"

"Sekali lagi lo ngomong, gue perintilin motor lo." Ancam Boby.

"Ya jangan, dong. Itu dimodifnya pake uang."

"Yaudah, diem."

Dyo menutup rapat mulutnya, jari telunjuk dan jempolnya bergerak seakan-akan sedang menutup resleting tak kasat mata yang di bibirnya.

Oh, kalau kamu berteman dengan Boby cukup lama, maka kamu akan mengerti kalau apa yang diucapkan oleh laki-laki itu akan benar-benar terjadi. Masalah memprintili motor Dyo adalah hal gampang buatnya.

"By the way, aku masih ada kelas. Aku duluan, ya." ujar Shania

Boby mengangguk sebagai jawaban.

"Pulangnya nungguin aku?"

Boby melihat jam tangannya. "Bisa."

"Oke. Dah, sayang." Shania mengacak rambut Boby lalu beranjak tanpa berpamitan kepada Dyo.

"Gak pamit sama gue, lo?"

"Siapa ya?" Jawab Shania menyebalkan, ia mengibas rambutnya lalu benar-benar pergi.

"Duh, seksi banget pacar lo, Bob."

Boby melirik Dyo yang masih terus memperhatikan Shania, tanpa aba-aba ia memukul kepala Dyo dengan buku referensi yang tebalnya melebihi al qur'an.

"Anjir, sakit goblok!" Maki Dyo, ia memegang kepalanya yang terasa pusing.

"Gak usah ngomong sembarangan tentang Shania."

"Iya, iya. Maaf." Dyo memperbaiki duduknya. "Tapi emang sek,- oke! Damai, bro." Ujarnya, kedua tangannya terangkat saat Boby kembali mengangkat buku referensinya.

***

"Mobil kamu?" Tanya Boby saat Shania menghampirinya.

"Dipake Gaby." Jawab Shania enteng. "Yuk!"

"Aku jadi Gaby, mobil kamu aku gadaiin."

"Aku tau rumahnya dimana, aku tau orang tuanya siapa. Tinggal lapor polisi."

Boby mengdengus mendengar jawaban Shania. "Aku cuma bawa satu helm."

"Kenapa cuma bawa satu?"

"Kamu ke kampus bawa mobil."

"Biasanya aku bawa mobil dan kamu tau aku selalu ikut kamu pulang, bawa mobil atau enggak."

"Tadi pagi buru-buru, gak ada rencana ke kampus kan."

"Alasan diterima."

"Jadi tetep mau naik motor?"

"Iya." Ujar Shania yakin.

"Kamu gak pake helm."

Shania memutar bola matanya. "Yaudah, sih. Kost kamu gak terlalu jauh juga dari sini, gak ada polisi juga."

"Rambut kamu nanti berantakan. Panas juga, nanti kamu keringetan."

"Bawel, ya. Kalau gak mau pulang bareng bilang, nanti aku pulang sendiri aja." Shania menatap Boby tidak suka. Ia mendengus lalu berbalik tapi tangan kanannya lebih dulu ditarik Boby.

"Ngambek."

"Siapa yang gak ngambek kalau pacarnya kayak kamu."

"Maaf."

"Gak diterima."

"Trus aku harus ngapain?"

"Ngapain kek." Sungut Shania.

"Maaf, sayang." Ujar Boby lembut, membuat Shania yang sedari tadi menolak menatapnya berbalik.

"Tumben?" Alis Shania bertautan.

"Tumben kenapa?" Tanya Boby tanpa melepas tangan Shania.

"Manggil sayang."

"Emang gak boleh?" Boby menunduk, tangan kirinya menggenggam tangan Shania, sedangkan tangan kananya mengelus telapaknya. Pemandangan yang menggemaskan untuk Shania.

"Kamu habis ngelakuin hal yang aneh-aneh, ya?" Tanya Shania penuh curiga.

"Mana ada, sih."

"Habisnya manis gini. Biasanya kamu jadi anak baik kalau habis ngelakuin aneh-aneh."

"Bingung aku tuh. Manis gini salah, cuek apalagi."

Shania tertawa melihat wajah Boby, ia menankup wajah Boby dengan tangannya yang bebas.

"Kamu lucu banget kalau melas gini."

Boby berdecak. "Apaan."

Shania terkekeh, "Ayo balik."

"Naik motor?"

"Iya, ih!"

"Yaudah, kamu pake helm aku."

"Kamu?"

"Aku gak pake helm gak papa."

"Ih, aneh banget yang pake helm yang dibonceng."

"Yaudah, kamu yang bonceng, nih." Boby berdiri, memberikan ruang kepada Shania untuk duduk di bagian depan motor.

Shania refleks memukul bahu Boby. "Aku mana bisa nyetir motor, sih."

"Ya lagian daritadi nyerocos aja, ini kalau kita jalan udah nyampe kost-an aku."




Ehehehe

Side StoriesWhere stories live. Discover now