Skodeng Hanim

6.6K 23 0
                                    

Skodeng Hanim

Hanim gadis muda jelita, usianya baru sembilan belas tahun, hidup bersama ibu dan ayah tirinya. Ayah kandungnya telah meninggal dunia lapan tahun yang lalu. Rupanya ayah tirinya yang baru berusia tiga puluh enam tahun itu, telah lama menaruh rasa untuk merasmikan dara Hanim yang masih segar itu. Ayah tiri Hanim meneguk air liur setiap menyaksikan pinggang, bontot dan pantat Hanim yang indah dan seksi, apalagi bila Hanim sedang baring di atas lantai dengan pakaian seadanya. Daud memandang dengan ghairah. Timbullah hasratnya untuk menyaksikan tubuh anak tirinya yang cantik tanpa pakaian.

Daud mendapat akal, suatu hari ketika Hanim dan ibunya sedang keluar rumah, Daud bekerja keras membuat lubang di dinding bilik mandi yang hanya dibuat dari papan.Suatu hari ketika Hanim hendak pergi mandi Daud bersiap menunggu sambil mengintip dari lubang bilik mandi yang telah dibuatnya, Hanim memasuki kamar mandi dengan hanya mengenakan kain tuala di tubuhnya, setelah mengunci pintu kamar mandi dengan tanpa ragu Hanim melepaskan tualanya, Daud menelan liurnya menyaksikan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya, pemandangan indah yang berasal dari tubuh indah anak tirinya, tubuh yang begitu sekal padat dan ramping itu membuat gairah Daud bergejolak, apalagi sepasang payudara yang begitu tegang dengan sepasang puting susu berwarna merah jambu menghias indah di puncak payudara yang tegang itu, mata Daud memandang ke arah celah kangkang Hanim kelihatan bulu-bulu halus indah menghias di sekitar belahan pantat Hanim yang tembam.

Semua itu membuat dada Daud bergetar menahan nafsu, membuatnya semakin bernafsu ingin menikmati keindahan yang sedang terpampang di depan matanya. Daud tahu Hanim sering keluar dari biliknya pada malam hari untuk mencuci muka sebelum tidur. Pada malam berikutnya, Daud dengan sabar menunggu. Semasa Hanim masuk ke bilik mandi, Daud dengan senyap masuk ke bilik Hanim. Daud menunggu dengan jantung berdebar keras, Hanim masuk kembali ke dalam biliknya dan mengunci pintu Daud muncul dari belakang almari, Hanim terkejut, mulutnya ternganga, dengan pantas Daud meletakkan jari telunjuk ke mulutnya, isyarat agar Hanim jangan berteriak, Hanim undur beberapa langkah dengan perasaan takut. Daud bergerak ke arahnya dan tiba-tiba Hanim ingin menjerit, tetapi Daud dengan cepat menutup mulutnya. "Jangan menjerit!", Daud mengancam. Hanim semakin ketakutan, badannya gemetar. Daud memeluk gadis yang masih murni itu, menciumi bibirnya bertubi-tubi. Hanim terengah-engah. "Jangan takut, nanti kuberikan duit", kata Daud dengan nafas menggebu-gebu.

Bibir Hanim terus diciumi, gadis itu memejamkan matanya, merasakan nikmat, dengan mulut terbuka. Tanpa sadar, rontaan Hanim mulai lemah, bahkan kedua lengannya memanggut bahu Daud. Sekilas terbayang adegan di buku lucah yang pernah dilihatnya.Alangkah gembiranya Daud ketika Hanim mulai membalas ciuman-ciumanya .

"Pak, Pak jangan...!", Walaupun mulutnya berkata jangan, tetapi Hanim tidak menentang apabila gaunnya di lepas. Dalam sekelip mata, Hanim hanya mengenakan coli dan seluar dalam saja, itupun tidak bertahan lama. Daud membuka bajunya sendiri. Hanim melarikan diri ke tempat tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut, Hanim menghadap dinding, menunggu dengan dada bergetar, di hatinya terjadi pertentangan antara nafsu dan keinginan untuk mempertahankan kehormatannya, namun nafsulah yang menang. Selimut yang menutupi tubuh ditarik, Hanim dipeluk dari belakang dan dirasakannya hangatnya batang pelir Daud menunjal dan menggesek-gesek di belahan bontotnya, Hanim menggigil.Dengan bernafsu Daud menciumi tengkuk Hanim, gadis itu menggelinjang-gelinjang, rasa nikmat menyelusup ke dalam diriya.

Daud membalikkan tubuh Hanim hingga telentang, gadis itu meronta hendak melepaskan diri, Daud menindihnya, tangannya meraba-raba benjolan buah dada Hanim. Dada yang mengkal dan montok, yang selama beberapa hari ini mengisi khayalan Daud. Kembali rontaan-rontaan Hanim melemah, dirasakannya kenikmatan pada buah dadanya, yang diciumi Daud dengan berganti-ganti. Dada yang kenyal dan masih segar itu bergetar-getar, Daud membuka mulutnya dan menghisap putingnya yang merah jambu. Hanim menjerit lemah dan terus tenggelam dalam erangan kenikmatan.

KISAH dari INTERNET 2.0Where stories live. Discover now