41. 🧸 Hempon Eyek.

4.3K 488 201
                                    

"Kata daddy, pesawat belinya mahal perawatan juga mahal Om, udah kelanjur punya gimana?" Aleccia antara girang dan melas.

"Syukuri saja," balas si om santuy.

"Om Archer, itu kenapa om punya banyak? Dari mbah uyut Ev, mbah Joff dan Ella, juga Tante G semua punya sendiri?" Aleccia tidak habis pikir.

Archer udah ngira pertanyaan macam begini. "Iya memang mahal, Tapi uang bagiku bisa dicari. Sedangkan waktu, itu adalah hal yang tidak bisa dimiliki. Sebuah pesawat pribadi, mengeluarkan uang sekian dan bisa menghemat sekian banyak waktu. Aku memilih kehilangan uang daripada waktu," jelasnya.

"Owh gitu? Iya sih ya. Kan Aleccia kira ini cuma biar keren," gumam Aleccia baru paham.

"Begitulah, dan aku tidak bicara tentang pencemaran, selalu ada dua sisi. Ibaratnya, sebuah manfaat dan efek samping." Papanya Alois memang kalo ngomong langsung pada intinya, makanya nurun ke anaknya. Itu Gimbul ruwet dulu nurun siapa.

"Okeee paham Om paham." Aleccia manggut-manggut habis menerima pelajaran hidup. Tapi kemudian celingukan kok ga sepi, di situ cuma ada dia dan si om. "Bapaknya Aleccia kok ilang, laki Aleccia juga?" tanyanya dan adiknya ketlingsut kaga ikut disebut.

"Alec bersama late boys, di sana. Entah bicara apa. Aldo mengantar Gio ke toilet. Kita turun saja." Archer ngajak keponakan kesayangan.

"Gimbul itu, tadi makan apa aja si heran." Aleccia merengut.

Entah mereka ke toilet mana, sejak ada Koko rasanya beban hidupnya berkurang banyak. Itu jemaat sejati yang kerap buat ulah itu kalo mulai ruwet dipegang Koko langsung kicep. Padahal kalo sama Aleccia pasti ribut terus. Ke toilet itu ditinggal itu teriak, tapi kalo dikatain bau Gimbul teriak jangan deket-deket biar kaga bau. Tapi cebok sendiri kaga bisa. Dasar, kaga usah cebok aja kali dia tuh. Nanti juga kering sendiri.

Dan bapaknya, keknya akrab sama the seven padahal umurnya paling tua sendiri. Lah iya itu mereka umur paling baru 30an lebih segenggam, tapi bapaknya Aleccia itu 30 lebihnya udah banyak. Semoga mereka kaga bicara bisnis, cuma bocorannya ini, kalo taon kemarin si om pernah ngemeng dolar menguat nilai tukar saja sampe hampir 16 rebu, nah taon ini kabarnya rupiah yang bakal menguat, buktinya sekarang sedolar tinggal 14 rebu lebih beberapa butir. Yang gajiannya dolar agak ngenes katanya, iya katanya.

"Sweety, suka?" tanya Nick yang langsung ngerangkul, jadi inget pas dulu di USA ini anak masih gemoy disayang-sayang, sekarang udah kawin.

"Suka Uncle, etapi yang beliin kan bukan Uncle Nick?" tanya Aleccia mengingatkan.

"Dia cuma mau memastikan, buatan pabrik mantan istrinya itu bagus apa tidak." Edgar langsung menyahut.

"Apa dia belum move on?" cibir Ryan menghina.

"Katanya tidak cinta, kenapa bisa tidak move on?" Andrew mengangkat tangannya.

"Diam kalian, ayo sekarang kita lihat bayi." Nick ngeles.

"A baby girl, pintar juga dia buat bayi. Padahal dulu dia sepertinya tidak bisa hidup lama," kata Edgar menghina terang-terangan. Yang dihina cuma mesem.

Gimbul baru keluar dari toilet langsung nyaut. "Capa gak bica idup ... yama?"

"Kan, cepet amat nyautnya," gumam yang punya anak. "Gio salim," perintahnya.

Gimbul liat semua yang berada disana, berjuang keras mengumpulkan segala ingatan. Kek pernah ketemu tapi di mana, keknya pas di rumah Yoish, iya itu. Tapi kenapa inget doang mukanya dan namanya kaga ingat. Begini emang kalo terlalu banyak yang dipikirkan, sejak melek sampe merem selalu sibuk.

"Cayiiim Uncle Andeeew," sapa Gimbul setelah mikir lama, yang nunggu sampe capek. "Cayiiim Uncle Nicccc, Uncle Eeeeet, Uncle capa yaaa?"

"Richard," kata yang punya nama.

Hallo Baby - Alec Fam season 3Where stories live. Discover now