Part|| 2

1.7K 27 6
                                    

"Ahhhkkh"

Gheisha berteriak kesakitan, ketika Leon dengan kasarnya menjambak rambutnya. "Lepas kak sakit, Hiksss" Gheisha memohon dengan terisak.

PLAKK PLAKK

BRUKKK

"Sshhh" Sungguh pipinya terasa begitu kebas dan perih.

Leon tanpa perasaan menampar pipinya bergantian, lalu mendorong Gheisha sampai punggungnya menabrak tembok.

"Gak usah sok suci deh lo. Lo itu gak ada bedanya dengan jalang." Ucap Leon lalu pergi dari kamar Gheisha.

Gheisha terdiam, masih dengan posisi terduduk di lantai. Sungguh hatinya sangat sakit. Apa seburuk itu dia dimata kakaknya? Memangnya apa salahnya, sampai Leon memperlakukannya seperti itu bahkan menyamakan nya dengan jalang.

Apa semua ini karena waktu itu? Padahal itu bukan kesalahannya, Gheisha hanya korban. Jangankan percaya, mereka bahkan tidak mau mendengarkan ceritanya. Mereka malah langsung percaya pada cerita kakak iparnya, yang tentu saja memutar balikkan fakta dan menuduhnya.

Kejadian ini cukup membuat traumanya muncul kembali. Nafasnya mulai memburu dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Air matanya menetes semakin deras tanpa bisa dicegah, sungguh ia tidak menyukai situasi seperti ini. Ini sungguh menyiksanya.

Dengan nafas yang terasa tercekat, Gheisha mencoba mengatur nafasnya agar mulai teratur lagi.

Sungguh demi apapun, mempunyai gangguan kecemasan seperti ini tidak lah mudah. Apalagi harus menangani sendiri rasa ketakutan yang sungguh menyiksa batinnya seperti ini.

Setelah cukup membaik, Gheisha berdiri dengan perlahan lalu berjalan ke meja rias. Tampilannya begitu kacau rambut acak acakan kedua pipinya memerah dan sedikit membengkak, bahkan ujung bibirnya pun sobek.

Sepertinya besok ia harus memakai masker lagi waktu ke sekolah. Lalu melirik jam yang berada tak jauh dari meja riasnya, sudah pukul 3 pagi. Bahkan dirinya belum tidur sama sekali.

Gheisha berjalan dengan pelan ke kasur lalu merebahkan tubuhnya. Ia akan tidur sebentar, paling tidak nanti di sekolah dia tidak akan terlalu lemas.

"Semoga besok akan lebih baik lagi." Ucap Gheisha dengan lirih.

***

Jam baru menunjukkan pukul 6.12

Gheisha sudah berada di sekolah. Dia ingin menghindari kerumunan agar mereka tidak melihat lukanya. Walaupun dia sudah memakai masker, namun matanya masih terlihat bengkak karena tadi malam dia menangis cukup lama.

Sekarang sekolah masih terlihat sepi belum terlalu banyak murid yang datang, hanya ada beberapa yang mungkin ada keperluan yang mengharuskannya datang pagi ataupun memang sengaja untuk datang lebih pagi.

Ketika dia sedang melewati lorong kelas 11 dia mendengar ada yang memanggil namanya. Waktu dia menoleh dia melihat Gemma sedang berlari kecil ke arahnya.

"Ghe, kenapa gak nunggu aku jemput?" tanya Gemma setelah berada dihadapannya.

"Maaf, aku.." Belum selesai Gheisha menjawab, Gemma sudah memberi pertanyaan lagi yang mampu membuat tubuhnya menegang.

"Papa Daren kasar lagi sama kamu?"

"Ikut aku," ucap Gemma lalu dengan lembut menarik tangan Gheisha membawanya pergi.

Gheisha hanya bisa pasrah waktu tangannya ditarik oleh Gemma. Sekarang dia sedang bingung mencari alasan apa yang harus ia katakan pada Gemma nanti. Apakah ia harus berbohong lagi? Sungguh, dia sungguh merasa sangat bersalah kepada Gemma.

GheishaTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon