Chapter 2 - Dimulai dari sini

75 2 0
                                    

"Tumben gabung disini?" Ucap laki-laki disebelahku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Tumben gabung disini?" Ucap laki-laki disebelahku

Aku yang tidak biasa diajak bicara dengan orang yang tidak dikenal pun hanya melirik dan memaksa tersenyum. Sudah beberapa kali, laki-laki disampingku ini berusaha mengajakku berbicara. Namun, aku selalu mengacuhkannya. Bagaimana aku tidak mengacuhkannya, laki-laki dengan tinggi badan tidak jauh dari ku yang memiliki rambut tebal dan sedikit gondrong ini suka mendekat secara tiba-tiba.

"Ya emang kenapa? Masalah?" Jawabku ketus

"Enggak kok. Sering-sering ya. Eh kita belum kenalan, gua Baskara" Ucapnya sambil mengulurkan tangan

"Ya, gua alana"

"Gua liat-liat, lo suka One piece ya?"

"Iya, kok lo tau?"

"Gantungan lo, mugiwara pirates sih, suka sama Luffy? Atau Zoro?"

"Lebih ke Luffy sih, tapi gua suka semua crewnya. Lo nonton One Piece juga?"

"Cuma sedikit tau, tapi gak nonton sih hahaha"

Tidak sadar, aku dan Baskara pun larut dalam perbincangan yang membuat kami semakin dekat. Aku yang bermula tidak ingin menanggapi Baskara pun menjadi sangat dekat dengannya. Kami juga sudah bertukaran no Hp satu sama lain. Sering kali Baskara menelfonku untuk membahas hal-hal yang tidak penting.

Setiap malam, telfon dari Baskara menjadi hal yang sangat aku tunggu. Bahkan, kami sering telfonan dari malam hingga pagi dengan sejuta pembahasan yang tidak terlalu penting. Mungkin, dunia memang sempit. Teman dekat dikampusku ternyata sahabat dekat Baskara.

"Gua kaget banget sih, kok lu bisa deket sama Baskara si Lan? Lo kenal Baskara dari mana?" Ucap Dian

"Dia tiba-tiba ngajak ngobrol gua waktu di kantin. Gua juga kaget banget ternyata lo sahabatan sama dia" Jawabku

"Jangan-jangan, lo diincer tuh sama Baskara"

Tiba-tiba aku tersedak dan berhenti minum. Ucapan Dian benar-benar membuat aku kaget. Mana mungkin orang baru kenalan sudah suka-sukaan. Aku yang langsung tertawa karna mengingat ucapan Dian pun membuatnya heran.

"Heh Dian, gua tuh baru kenal sama dia. Gak mungkinlah gua bakal sama dia. Lagian gua baru putus sama Wili, yakali langsung dapet pengganti, jangan ngaco ah" ucapku sambil tertawa

"Gua sih cuma mau ngingetin, hati-hati kemakan omongan. But, lo inget gak? Gua tuh pernah ceritain tentang Baskara ke lo waktu itu. Dia sempet dikejar-kejar sama Nessie kakak tingkat kita"

"Gak kenal, gak penting juga. Tapi gua inget sih, lo pernah cerita tentang sahabat lo. Ternyata dia ya orangnya"

"Alana, jangan berurusan sama Nessie ya, ribet orangnya. Dia baik, tapi gengnya dia toxic banget"

Aku seolah tidak peduli dengan wejangan Dian. Lagi pula, apa yang harus aku cemaskan? Dekat sama Baskara aja cuma sebagai teman. Dan aku pun gak punya masalah dengan Nessie.

Sambil melanjutkan mata kuliah berikutnya. Aku yang sibuk mencari tugasku pun terlihat oleh dosenku. Aku sudah berusaha meyakinkan dosenku bahwa tugasku ketinggalan. Tapi tetap saja, dosen kali ini tidak memberiku keringanan. Semua mahasiswa/i yang tidak mengumpulkan tugas pun harus meninggalkan ruang kelas.

Susah payah aku membuat artikel mengenai tugasku kali ini. Namun, karna keteledoranku membuat tugas itu tidak terbawa. Mahasiswa lainnya sangat antusias keluar ruangan, tapi tidak denganku, aku yang memasang muka setengah cemberut itupun melangkah sedikit demi sedikit ke koridor kampus.

"Nih, biar gak bete gitu mukanya" Tegur Baskara sambil menyodorkan Ice Cream

"Gak usah makasih"

"Udah terima aja. Kata Dian, lo paling suka Ice Cream, apa lagi kalo lagi bete begini"

Aku dan Baskara pun duduk ditepian danau dekat kampusku sambil menyantap Ice Cream. Hembusan angin yang kencang membuat rambutku teracak. Baskara yang spontan merapihkan rambutku membuat aku tampak tersipu.

Baskara merupakan salah satu mahasiswa Teknologi di kampusku. Dian memberitahuku bahwa Baskara baru meneruskan kuliahnya setelah cuti setahun karna dia harus ikut orang tuanya pindah ke Berlin. Aku dan Baskara pun saling berdiskusi mengenai pengalaman satu sama lain. Hal yang sangat kontras atas perbedaan pengalaman kami, membuat percakapan kami tidak berhenti.

Aku selalu meyakinkan diriku, bahwa aku belum siap membuka hati kembali. Aku memang sudah melupakan Wili. Tapi menurutku, kenangan bersama Wili tidak mudah dilupakan. Namun beberapa kali aku merasakan, bahwa ada kecocokan antara aku dan Baskara.

"Rumah lo di daerah Kemang ya? Kenapa jauh-jauh milih kampus disini? Bukannya disana ada yang lebih deket?" Tanya Baskara

"Iya, sebenernya karna iseng aja. Gua mikirnya biar perjalanannya jauh dan gua capek dijalan, terus sampe rumah langsung istirahat deh" Jawabku

"Aneh, orang lain maunya yang deket. Lo maunya yang jauh. Emang bener kata Dian, lo itu cewek aneh"

"Dian cerita apa aja?"

"Hm, kepo banget ya hahaha" Ledek Baskara

"Hiks males banget"

"Pulang gua anterin aja gimana? Biar gua tau rumah lo dimana" Tanya Baskara

"Gak usah, gua hari ini mau ke Fancytea dulu"

"Loh, lo juga suka kesitu? Latte ice disitu favorit gua banget"

"Oya? Gua suka banget Machiato cream choconya"

Aku dan Baskara pun langsung pergi ke Fancytea. Siapa sangka, kami memiliki tempat favorit yang sama. Dari dulu, aku selalu pergi ke Fancytea kalau sedang gundah. Segala aspirasi selalu kudapatkan disana. Hobbyku selain traveling adalah menulis. Beberapa buku novel sudah ku terbitkan. Fancytea adalah saksi bisu segala perjuanganku sebelum menerbitkan buku.

Meja hitam dengan nuansa semi outdoor bertema kapal ini membuat aku selalu merindukan suasananya. Enzy sang barista handalan Fancypun sontak tak percaya, aku dan Baskara datang bersamaan.

Selama di Fancytea, aku dan Baskara pun semakin dekat. Banyak hal yang akhirnya aku tau tentangnya. Sambil meminum Machiato choco dengan Cream foam ditaburi sprinkle candy, aku memandangi wajah Baskara lebih detail. Pupil matanya yang terlihat berwarna coklat dengan bulu mata yang lentik, membuat aku sedikit terkesima dengan wajahnya.

Bibirku seolah terkunci rapat, mataku terasa tidak ingin menoleh sedikitpun. Namun, tidak lama, Baskara pun menoleh ke arahku, kami pun terdiam saling melihat satu sama lain. Spontan ku tundukan pandanganku, membuat Baskara tersenyum kecil ke arah ku.

"Liatin aja terus sampe kenyang" ucap Baskara

Tiba-tiba, Baskara memegang tanganku sambil tersenyum.

Tiba-tiba, Baskara memegang tanganku sambil tersenyum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
𝙄𝙩'𝙨 𝙔𝙤𝙪Where stories live. Discover now