Chapter 6 - Jogja

6 0 0
                                    

Setelah menjalani hubungan dengan Baskara selama beberapa bulan, aku menyadari banyak hal baru yang ku lewati. Dulu, untuk liburan saja, aku dan Wili harus bertengkar untuk menentukan pilihan tempat. Aku menyukai pemandangan gunung, yang dingin dan sejuk, sedangkan Wili menyukai pantai dengan sunset yang indah namun terik. Tetapi, bersama Baskara, ia mau menemaniku kemanapun tujuan yang aku pilih dan aku sukai.

Akhirnya, kami memutuskan berencana untuk berlibur ke Jogja selama seminggu setelah ujian semester. Aku sangat senang mendengar hal tersebut, karna selama ini, Jogja adalah salah satu kota yang sangat ingin ku datangi. Beberapa kali berencana ke sana, namun hingga saat ini belum juga terlaksana.

Aku dan Baskara memilih kereta sebagai transportasi yang akan kami gunakan ke Jogja. Tanpa ku sadari, aku sudah lama tidak pergi menaiki kereta apalagi jarak jauh. Kami segera memesan tiket menuju Jogja. Baskara pun mulai mencari referensi wisata yang akan kami datangi kelak.

*Seminggu kemudian*

Akhirnya setelah penantian lama, aku dan Baskara segera mempersiapkan diri untuk berangkat ke Stasiun. Akhir-akhir ini, mataku tidak bisa terlepas untuk melihat Baskara. Walau saat ini aku semakin menyadari sifat Baskara yang semakin menyebalkan, tetapi, ketika melihat Baskara tersenyum dan tertawa, benar-benar membuat perasaanku menjadi sangat bahagia. Aku selalu berdoa dan berharap, bahwa hubungan ini dapat direstui oleh semesta.

Dengan tubuh yang sedikit berisi dan lebih tinggi dariku, juga rambut yang sudah tertata rapih, serta aroma tubuh yang sangat tak asing untuk dihirup, Memberikan kenyamanan saat bersama. Lagi-lagi, dibuatnya aku tersipu dengan segala yang dimiliki Baskara.

"Sayang, ngeliatinnya udah dulu ya, sekarang kita siap-siap dulu, keretanya udah mau dateng loh" Ledek Baskara

"Dihhhhhh, pede banget sih, aku gak ngeliatin kamu tuh" Jawabku

"Masa sih? Yaudah aku aja deh yang ngeliatin kamu, hehehe" Ucap Baskara

"Ihhhh apasih liat-liat"

"Pacar aku kalo lagi salting lucu banget. Mukanya jadi merah-merah. Hehehe"

"Puas ya ngeledek aku mulu. Awas aja ya, aku bales nanti, huh" Jawabku

Baskara pun tertawa terbahak-bahak. Suara tawa yang sangat tak asing di dengar ini benar-benar membuat hati terasa sedikit jengkel.

Kereta pun telah sampai, Baskara yang segera menggandeng tanganku, dengan sejumlah barang bawaan yang sudah ditata rapih dipundaknya. Kami pun segera mencari kursi sesuai tiket kami. Aku yang segera duduk didekat jendela, yang tidak sabar menantikan pemandangan diluar Jakarta.

Matahari menyinari sepanjang jalan. Pemandangan yang penuh dengan bangunan, kini sudah mulai berganti dengan pemandangan yang dipenuhi tumbuhan hijau yang terlihat segar. Sekawan burung yang terbang mengelilingi sawah, disertai para petani yang sedang menanamkan biji biji tumbuhan, menjadi pemandangan yang sangat indah.

Perjalanan kami masih memakan waktu beberapa jam lagi hingga akhirnya sampai di Jogja. Beberapa orang mengatakan, Jogja bukanlah pilihan wisata yang tepat untuk sepasang kekasih yang belum menikah. Namun Baskara percaya, bahwa hal buruk tidak akan terjadi dihubungan kami.

Setelah duduk beberapa jam dikursi kereta, akhirnya kami sampai ditujuan akhir kami. Kami segera turun dan berjalan mengitari Stasiun Yogyakarta. Udara yang sangat berbeda dengan Jakarta, dengan gemiruh ramai yang menawarkan berbagai macam jasa, kami ikuti langkah demi langkah hingga sampai ditempat penginapan. Karna hari sudah mulai larut, aku dan Baskara memutuskan untuk beristirahat.

*Keesokan Harinya*

Matahari telah muncul, burung berkicau dengan merdu, lalu lalang juga mulai terdengar hingga kini. Aku dan Baskara segera bersiap untuk menjelajahi Jogja. Dengan motor yang sudah kami sewa untuk beberapa hari kedepan

Kami pun pergi ke beberapa wisata dan coffee shop yang ada di Jogja. Akhirnya, tempat yang ingin aku datangi bersama pasanganku, sudah terpenuhi. Tanpa ku sadari, banyak Wishlist ditahun ini yang sudah terpenuhi dengan cepat dalam beberapa waktu. Padahal, butuh waktu lama untuk aku dan Wili menyiapkan supaya kami bisa liburan bersama, namun setelah lama berpacaran hingga akhirnya hubungan kami sudah kandas, belum juga terlaksana. Namun bersama Baskara, dengan hubungan yang baru saja dimulai, wishlist ini langsung terlaksana tanpa banyak persiapan

Hari demi hari kami lewati di kota yang penuh dengan cerita. Namun, baru beberapa hari di Jogja, tiba-tiba, aku demam tinggi dan tidak dapat melanjutkan liburan kami kali ini. Disatu sisi aku sangat sedih karna masih banyak tempat yang ingin kami datangi, tapi disisi lain, Baskara juga menenangkanku, bahwa lain waktu, kita akan datang lagi kesini

"Maafin aku ya Baskara, aku bener-bener gak kuat bangun untuk saat ini. Tapi kalo kamu mau jalan-jalan sendiri, aku gakpapa kok. Kan sayang udah jauh-jauh kesini, malah ngurusin orang sakit" Ucapku

"Kamu ngomong apa sih sayang, aku tetep seneng kok. Yang penting kamu udah pernah ngerasain ke Jogja deh jadinya. Kamu harus cepet sembuh ya sayang. Aku khawatir banget" Jawab Baskara

Setelah kurang lebih 3 hari aku sakit di Jogja, kami memutuskan untuk membeli tiket pulang karna kondisi ku yang tak kunjung membaik. Sebenarnya aku masih mau disini, namun aku kasian dengan Baskara, sudah berhari-hari merawatku disini.

Akhirnya kami segera mengemas barang-barang dan segera kembali ke Jakarta. Melihat keadaan yang selalu ramai, dengan Malioboro yang dipenuhi para pedagang, pastinya akan membuat rindu

Sesampainya di Jakarta, aku memutuskan untuk ke Rumah Sakit ditemani oleh Baskara. Orang tuaku masih sibuk hingga tak bisa menyempatkan untuk menemaniku periksa ke dokter. Bi Inah yang kini ada disampingku bersama Baskara, tampak murung dan sedih. Disisi lain, aku ingin kedua orang tuaku ada disini menemaniku. Tapi aku tau, prioritas mereka bukanlah aku.

Bahkan sampai aku dinyatakan rawat inap saja, mereka tak kunjung datang. Yang mereka pikirkan hanya lah bisnis, bisnis dan bisnis. Tangan yang mulai di tancapkan besi kecil tajam ini dengan selang yang menjulang tinggi membuat tubuhku terasa sedikit sakit. Air mata yang tidak tertahankan ini akhirnya terjatuh.

Sesekali Bi Inah datang untuk menemaniku disini, hanya saja, Bi Inah tidak bisa menemaniku untuk waktu yang lama karna Bi Inah harus melanjutkan pekerjaannya. Walau aku merasa sedih tidak didampingi kedua orang tuaku, Baskara selalu menemaniku setiap saat. Bahkan Baskara juga yang membuat aku lupa akan sedih dan sakit yang kini aku rasakan.

Lagi-lagi, aku menggantungkan diriku ke Baskara. Walau pun Baskara tidak mengeluh tentang hal ini, tetap saja membuat aku menjadi tidak enak. Aku ingin semesta tau, bahwa kini, seorang Alana Carolline Mauren, yang selalu berusaha menjadi wanita yang independent dan merasa tidak membutuhkan orang lain, jatuh dihadapan seorang laki-laki yang baru dikenalnya dalam beberapa waktu.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 15 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

𝙄𝙩'𝙨 𝙔𝙤𝙪Where stories live. Discover now