🍫 Coklat 1

151 59 30
                                    

Pagi hari ini cerah. Jarum jam menunjukkan sudah pukul 9 ketika Haura keluar dari kamar mandi dengan gulungan handuk di rambutnya. Semalam ia tidur terlalu larut karena menonton drakor. Alhasil ia baru benar benar bangun jam 8, belum lagi tangisannya semalam membuat matanya sembab dan susah untuk dibuka ketika alarmnya berbunyi pukul 5 tadi. Haura dengan malas hanya mengulurkan tangannya menekan tombol off di punggung jam beker kotak berwarna putihnya kemudian kembali tidur. Jika saja tadi ia tidak bermimpi dikejar zombi, mungkin sampai sekarang Haura masih terlelap di atas kasurnya.

Ketika ia terbangun tadi, ia langsung melompat dari kasur ketika matanya melihat jarum jam nya sudah menunjukkan pukul setengah 8. Ia buru buru berlari ke kamar mandi. Sialnya Haura lupa jika hari ini adalah jadwalnya keramas. Ia bukanlah tipikal cewe yang bisa mandi cepat. Ia pernah sekali mencapai rekor mandi tercepat 45 menit, selainnya pasti diatas 1 jam. Kali ini karena ia ada janji dengan seseorang, ia benar benar mempercepat mandinya dan selesai pas 1 setengah jam.

Haura duduk di depan meja riasnya. Tangannya sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan hair dryer. Ia memperhatikan kelopak matanya yang bengkak akibat menangis semalam. Rambutnya belum sempurna kering tapi ia menyudahi aktivitas mengeringkan rambutnya karena kalau diteruskan akan menghabiskan banyak waktu apalagi rambutnya panjang dan tebal. Ia bahkan sama sekali belum mengutak atik wajahnya.

Kring kring kring!

Suara bel sepeda yang tidak asing di telinga Haura terdengar. Itu pasti suara bel sepada milik Tara. Ia adalah sahabat Haura sejak SMP. Mereka lulus dan melanjutkan di SMA yang sama, kuliah di kampus yang sama, dan memutuskan untuk merantau di kota yang sama. Haura dan Tara sukses dengan jalurnya masing masing. Haura memiliki toko bunga yang lumayan besar dengan beberapa cabang dan Tara memiliki studio foto yang juga sama sudah membuka beberapa cabang di kota perantauannya.

Haura bergegas menuju jendela kamarnya. Gadis itu melongok kan kepala keluar. Dan benar dugaannya, Tara dengan sepeda merahnya sudah siap dan sedang menunggunya di depan rumah. Tara mendongak menatap ke arah jendela kamar Haura yang terletak di lantai 2. Ia menunjuk jarum jam tangannya, memberi isyarat kepada Haura untuk segera turun.

"Bentar! 5 menit lagi! " Teriak Haura kemudian kembali berlari menuju meja riasnya.

Apakah Tara percaya? Tentu saja tidak! Ia sudah kenal seperti apa Haura. Gadis itu begitu lemot khususnya dalam hal dandan dan memilih baju. Jika petuah '5 menit lagi' Haura sudah terucap, percayalah Tara bisa saja melanjutkan kuliahnya sampai lulus S2 bahkan S3 sekalipun.

Tara tidak pernah mau percaya dengan petuah itu. Ia lebih percaya suatu hari nanti akan ada hamster yang mati dalam keadaan normal daripada ucapan Haura.

Haura mengobrak abrik laci meja riasnya mencari botol toner yang ia ingat sekali semalam ia melemparnya kesana. Matanya sudah membaca satu persatu label skincarenya tapi ia sama sekali tidak menemukan toner.

Apa mungkin terjatuh?

Gadis itu menunduk mengintip ke kolong mejanya.

Mak jreng!

Ternyata benar. Botol tonernya jatuh dan menggelinding ke sana. Haura mengulurkan tangannya mencoba meraih botol itu dan hap! Botol toner itu berhasil diraihnya.

Haura kembali berdiri tapi sial ia lupa jika sebelum menunduk tadi ia belum menutup laci mejanya.

Brak!

Kepala Haura membentur keras laci meja riasnya. Haura yakin benturan itu akan menghasilkan benjolan nanti. Tapi biarlah itu menjadi urusannya nanti.

Haura hanya mengusap usap bentar belakang kepalanya kemudian kembali buru buru menuangkan cairan toner ke kapas dan meratakannya ke wajah.

HIDDEN LOVEWhere stories live. Discover now