🍫 Coklat 7

43 31 12
                                    

Masjid kampung Haura hari ini terlihat ramai. Sejak pagi sehabis sholat subuh, warga desa silih berganti datang ke masjid untuk membantu bapak Haura menyiapkan acara sederhana yang akan dilaksanakan setelah sholat zuhur nanti.

Ibu ibu sibuk di halaman belakang mesjid yang sudah disulap menjadi dapur sementara menyiapkan jamuan untuk para tamu undangan sedangkan bapak bapak sibuk membersihkan setiap inci bagian masjid.

Para pemuda desa mau itu yang bergabung dalam komunitas remaja masjid ataupun tidak juga tak mau kalah. Mereka berkumpul mendekor bagian dalam masjid dengan bunga bunga yang telah mereka rangkai kemudian menempelkannya ke dinding masjid. Dinding masjid yang tadinya hanya berwarna putih polos kini dipenuhi oleh bunga bunga yang sangat cantik layaknya sebuah taman.

Di salah satu serambi masjid yang biasanya digunakan para hufadz untuk beristirahat ketika ada acara tasmi' Quran, Haura duduk menghadap sebuah cermin besar yang memantulkan bayangan dirinya yang tengah mengenakan gaun kebaya berwarna putih dan rok jarit dengan motif batik. Di sekeliling gadis itu terdapat 3 perias yang masing-masing sibuk dengan tugasnya.

Salah satu dari ketiga perias itu sibuk merias wajah Haura. Satunya lagi sibuk menempel aksesoris di kebaya gadis itu dan lainnya sibuk merapikan jilbab Haura.

Setelah jilbab berwarna putih itu terpasang sempurna di kepala Haura, ia memasangkan sebuah rangkaian bunga melati yang menjuntai ke bawah di atas jilbab gadis itu. Dan terakhir ia memasangkan aksesoris yang menyerupai mahkota ke kepala Haura, menambah ayu wajah gadis itu.

Ini adalah hari pernikahan Haura dan Pandu. Sudah sejak pukul 9 Haura mulai dirias bahkan untuk sarapan saja gadis itu harus disuapi oleh ibunya. Ia tidak bisa bergerak bebas sejak para perias yang ia pesan mulai memoles wajahnya dengan make up.

Pernikahan Haura dan Pandu bisa dibilang dadakan karena Pandu harus segera berangkat ke luar negeri setelah ia mendapat kabar jika pengajuan beasiswa S2nya diterima oleh pihak kampus.

Tepat ketika azan zuhur berkumandang, proses periasan Haura selesai. Di pertengahan azan, ibu Haura masuk ke ruang tempat Haura dirias setelah perempuan paruh baya itu mengetuk pintunya terlebih dahulu.

"Byuh byuh, cantiknya anak ibuk, " Ujar ibu Haura memuji anak gadisnya yang sedang berdiri di depan cermin. Senyum perempuan paruh baya itu merekah sejak semalam. Terlihat jelas jika ia begitu bahagia dengan pernikahan putrinya.

"Haura deg deg an buk, " Sahut Haura sambil memeluk ibunya.

Ibu Haura tersenyum. Perempuan paruh baya itu mengelus pelan pundak putrinya, mencoba menenangkan anak gadisnya.

"Seng tenang nduk. Ngga pa pa kok. Akad ngga sakit, ngga disuntik, " Jawab ibu Haura.

"Nduk, terucap nya kalimat kabul dari mulut seorang pengantin pria itu adalah awal kehidupan baru bagi seorang gadis yang dulunya ia diwajibkan untuk taat dan patuh kepada orang tuanya, maka setelah kalimat kabul itu diucapkan, kewajiban itu sudah berpindah kepada suami. Jadi setelah ini kalau kamu mau apa apa bilangnya ke suami, kalau mau kemana mana izinnya ke suami, " Ujar ibu Haura menasehati.

Tidak lama, pintu serambi masjid kembali diketuk dan detik berikutnya, pintu itu terbuka dan bapak Haura masuk menjemput anak gadis dan istrinya karena acara akad akan segera dimulai.

Haura menurut. Dengan digandeng ibunya, gadis itu berjalan pelan menuju masjid. Saat ia menapakkan kakinya ke dalam masjid, semua mata para tamu undangan tak terkecuali Pandu yang sedang duduk di hadapan penghulu tertuju padanya. Senyum Pandu merekah saat matanya bertemu dengan mata Haura.

Ibu Haura menggandeng tangan anak gadisnya berjalan mendekat ke arah Pandu. Mata Haura sama sekali tidak tertuju pada laki-laki itu. Haura sibuk menatap wajah setiap tamu yang hadir seiring langkah kakinya yang semakin mendekat ke arah Pandu.

HIDDEN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang