🍫 Coklat 8

20 16 4
                                    

Bus 2 tingkat berwarna merah dengan nomor 77 yang sedang ditunggu oleh orang orang di halte akhirnya datang. Bus itu agak telat dari jam keberangkatan karena saat di jalan tadi, lagi lagi ia harus berhenti sejenak karena terjadi kecelakaan tunggal sebuah mobil akibat licinnya jalan karena sisa salju semalam yang sudah menjadi es. Di musim dingin seperti ini memang sangat rawan terjadi kecelakaan lalu-lintas khususnya para pengemudi mobil. Sebenarnya mereka tahu jika jalan raya itu licin karena salju tapi memang pada dasarnya manusia itu suka buru buru sampai mereka tidak memperhatikan keselamatan masing-masing.

Saat bus dengan gambar iklan pizza di bodynya itu berhenti dan pintu secara otomatis terbuka, beberapa orang turun dan orang-orang yang tadi berdiri menunggu kedatangan bus itu cepat cepat naik agar mereka bisa kedapatan tempat duduk.

Dari sekian banyak orang yang berbondong-bondong naik ke bus, seorang laki-laki dengan jaket tebalnya terlihat sedang merapatkan tubuhnya yang kedinginan. Padahal ia sudah mengenakan pakaian musim dingin yang komplit mulai dari topi wol, syal yang melingkar menutupi leher dan hidungnya, jaket tebal, sarung tangan, dan sepatu bot tapi ia tetap saja merasa kedinginan karena memang sejatinya ia adalah mahluk yang tinggal di negara beriklim tropis.

Ya, laki-laki itu adalah Tara. Hari ini ia harus pergi ke Universitas London karena ia memiliki janji bertemu dengan Dimas.

Mata Tara menyisir setiap bangku bus yang sudah penuh oleh manusia. Laki-laki itu tidak mendapat tempat duduk. Alhasil, terpaksa ia harus berdiri sepanjang perjalanan.

Tara memilih tempat di dekat pintu keluar. Tangan kirinya berpegangan pada tali tali karet yang bergelantungan yang memang disediakan untuk penumpang yang berdiri.

Saat bus mulai bergerak maju, tubuh Tara ikut maju sedikit karena ketidakseimbangannya sesaat. Laki-laki itu tidak sengaja menabrak punggung seorang penumpang lain yang berdiri di depannya; laki-laki bertubuh tinggi besar dengan kulit hitam dan brewok lebat yang tampak mirip seperti masker.
Laki-laki itu menoleh saat Tara menabraknya tadi. Sorot matanya tajam membuat Tara sedikit bergidik.

"I'm so sorry, " Ujar Tara buru buru ketika laki-laki berkulit hitam itu menatapnya.

Laki-laki itu hanya manggut manggut kemudian kembali berbalik membelakangi Tara. Laki-laki berkulit hitam itu terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu di depan tubuhnya.

Tara agak penasaran. Ia pun berjinjit sedikit melongok melihat apa yang sebenarnya disembunyikan oleh laki-laki itu. Untungnya tubuh Tara lumayan tinggi jadi saat ia berjinjit, ia bisa melihat apa yang ada di hadapan laki-laki itu.

Ternyata laki-laki berkulit hitam itu sedang memeluk seorang perempuan dengan hijab panjang dan cadar yang menutupi wajahnya. Perempuan bercadar itu sedang menggendong bayi yang tertidur pulas dengan empeng yang tetap menempel di bibir mungilnya. Bayi itu sama sekali tidak merasa terganggu dengan kerasnya suara rem bus yang sesekali berdecit.

Sepertinya mereka adalah keluarga, batin Tara. Laki-laki berkulit hitam itu sangat setia menjaga istri dan anaknya. Berkali-kali bus yang mereka tumpangi mengerem mendadak, membuat setiap penumpang yang berdiri ikut terombang ambing maju mundur. Tapi tidak dengan perempuan bercadar yang sedang menggendong anaknya itu.

Sejak bus berangkat, tangan laki-laki berkulit hitam itu terus memeluknya, menjaga keseimbangan istrinya sekaligus melindunginya dari tangan tangan nakal penumpang lain yang kebanyakan adalah laki-laki.

Sebuah pemandangan yang menyejukkan tapi tidak aman untuk kaum jomblo seperti Tara. Ia sedikit menyesal karena mengintip keromantisan keluarga laki-laki berkulit hitam itu. Seharusnya sudah benar ia diam saja tidak perlu penasaran karena hal itu membuat jiwa jomblonya meronta ronta. Sifat alami kelakiannya berteriak ingin juga melindungi perempuan tapi siapa?!

HIDDEN LOVEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt