🍫 Coklat 9

22 14 8
                                    

Taksi berwarna kuning dengan plat nomor T 111 SI itu melaju pelan memecah jalanan kota tengah malam. Si sopir dengan malas masih dengan wajah mengantuknya terpaksa menerima orderan Dimas dan Tara, mengantarkan mereka ke sebuah alamat yang tadi sudah disebut oleh Dimas. Dari kaca spion, sopir itu berkali-kali tampak menguap lebar. Sesekali ia juga menggerutu kepada 2 orang penumpangnya, mengapa mereka mengordernya tengah malam begini? di jam orang-orang sedang tidur dan istirahat?

Dua penumpang taksi itu hanya diam tanpa membalas setiap kali si sopir taksi menggerutu. Mereka sama sama diam tidak saling bicara. Dimas sibuk dengan pikirannya sendiri begitu pula Tara.

Seingat Dimas, sesudah ia mengerjakan tugas dan mematikan laptopnya tadi, ia seperti baru beberapa menit terlelap ketika seseorang dengan gilanya menekan bel pintu apartemennya berkali-kali.

Awalnya Dimas tidak ingin menggubris tamu itu, tapi semakin dibiarkan suara bel pintunya seakan semakin keras menghantui tidurnya. Ia pun mau tidak mau dengan malas bergerak membukakan pintu. Pada saat itu pandangannya sedikit kabur karena ia tidak memakai kacamata. Setelah beberapa kali mengucek matanya, memastikan jika yang di hadapannya itu adalah Tara, laki-laki berambut ikal itu menanyakan keperluan kedatangan Tara ke apartemennya.

"Dim, tuntun gue masuk islam,,, " Ujar Tara.

Di detik itu juga, bagai disiram air es, mata Dimas sontak terbuka dan kantuknya menghilang seketika. Berkali-kali ia menanyakan kembali, meyakinkan dirinya jika apa yang ia dengar tidak salah; Tara ingin masuk islam.

Setelah dipersilahkan masuk dan duduk, Tara menceritakan mimpinya kepada Dimas. Mimpinya tentang suara ghaib yang mengakui ketuhanannya kepada Tara kecil yang masih melungker di dalam perut ibunya dan bayi itu tanpa penolakan mengakui ketuhanan Tuhan yang Maha satu ; Allah SWT., dan mimpinya tentang hari kiamat. Ketika semua orang berbondong-bondong meminta pertolongan kepada nabi Muhammad dan mereka mendapatkannya. Tapi saat Tara datang meminta pertolongannya, nabi Muhammad menolaknya dengan sebab ia bukanlah salah satu dari umatNya.

"Mas Tara, saya tanya sekali lagi. Mas beneran mau masuk islam? Mas yakin sama keputusan mas sendiri? " Tanya Dimas lagi untuk kesekian kalinya setelah Tara menyelesaikan ceritanya.

Tara diam sejenak tidak langsung menjawab. Laki-laki itu bimbang. 99% hatinya mengiyakan tapi 1%nya lagi masih agak ragu.

Agak lama Tara berperang dengan hatinya sendiri. Akhirnya dengan seluruh keyakinannya laki-laki itu berhasil membuang sisa keraguannya. Ia yakin jika mimpinya itu benar. Ia yakin jika Allah SWT. adalah satu-satunya Tuhan dan nabi Muhammad adalah utusannya.

Ketika Tara sudah mantap dengan keyakinannya, laki-laki itu mengangguk mantap mengiyakan.

Masih seperti mimpi rasanya ketika akhirnya Dimas mengajak Tara pergi menuju pangkalan taksi. Laki-laki berkacamata bulat itu mengetuk kaca jendela sebuah mobil taksi yang berhenti di sana. Ia membangunkan si sopir yang terlelap dengan mulut menganga. Ketika si sopir akhirnya terbangun dan membuka matanya, Dimas segera menyebutkan alamat sebuah rumah. Alamat tempat tinggal ustadz Haris. Ia adalah ustadz yang selalu mengisi pengajian di masjid dekat apartemen Tara.

Ustadz Haris dulunya adalah orang Aceh. Ia murid dari Syekh Haji Amran Wali al-Kholidi. Istri dan anak anaknya meninggal saat terjadi tsunami tahun 2004 dan keluarga besarnya tidak ada yang bisa dihubungi entah masih hidup atau tidak.

Pada saat itu ustadz Haris sempat putus asa. Ia tidak pernah terima dan selalu menyalahkan takdir Tuhan sampai akhirnya di suatu hari saat ustadz Haris mengikuti sebuah pengajian seorang Syekh yang datang dari Madinah, hati laki-laki itu terketuk saat mendengar nasihat nasihat dalam ceramahnya. Ustadz Haris menyesal dan memutuskan untuk berguru kepada Syekh itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 02 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

HIDDEN LOVEWhere stories live. Discover now