• 01 || andala

1.8K 205 32
                                    

❝ Tiada awan di langit yang tetap selamanya. Sehabis malam gelap gulita lahir pagi membawa keindahan, karena kehidupan manusia serupa alam. ❞

─ 'Tanah Gempa Aryasatya

─ 𝐒𝐀𝐃𝐑𝐀𝐇 : ᴇsᴄᴀᴘᴇ ᴏʀ ᴅɪᴇ ─
a story by :: kimuurume













Minggu, Sore, Pulau Rintis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu,
Sore, Pulau Rintis.

SATU - satunya perasaan yang meliputi suasana hati mereka saat ini adalah gelisah. Pemikiran tentang "hidup atau mati" itu memenuhi kepala mereka. Apa salah satu dari mereka akan menjadi seperti orang orang diluaran sana?

"Kunci.." nafas Halilintar tercekat. Tangannya yang masih memegang tirai itu bergetar. "Kunci semua akses masuk di rumah ini..."

Tak ada yang menanggapi, terlebih lagi Blaze dan Thorn yang masih kaget dan terduduk lemas di lantai.

Brak!

"AKU BILANG, KUNCI SEMUA AKSES MASUK DI RUMAH INI!" hardik Halilintar. Tangannya yang semula masih memegang tirai itu, kini berpindah ke tembok. Sengaja memukul keras tembok agar seluruh adiknya terbangun dari lamunan mereka.

Solar dan Taufan langsung melangkah kan kakinya ke lantai atas, menutup dan mengunci setiap jendela di kamar yang masih terbuka. Begitu pula dengan Ice, Blaze, dan Thorn yang langsung pergi ke halaman belakang. Mengunci pintu belakang, dan beberapa akses lainnya. Tersisa Gempa yang masih terduduk lemas disofa.

"... Kau pasti tau apa yang terjadi, kan Gem?" Gempa diam, tak menjawab ucapan kakak sulungnya itu. Halilintar mendekat ke arah pemilik netra emas itu, diangkat nya dagu milik adiknya dengan telunjuknya. "Jelaskan, Jelaskan semuanya!" Halilintar berseru lantang di depan adiknya itu. Mata ruby milik si sulung kali ini menatap tajam ke netra emas milik saudaranya, Gempa.

Gempa menarik nafasnya yang sempat terhenti, menetralkan pikirannya, berusaha tenang.

"Aku... dan Yaya.. menghabiskan waktu di Senayan sedari tadi," Gempa membuka mulutnya, nafasnya tampak masih satu-dua. Dia berusaha fokus menceritakan apa yang dia alami. Susah rasanya, kejadian yang ingin sekali dia lupakan itu terpaksa harus dia ingat kembali, demi menceritakan kronologi tersebut ke saudaranya.

"Yaya..."

"Kami menghabiskan waktu dengan berbelanja dan makan makan bersama. Tapi..." Gempa menjeda penjelasan nya, membuat Halilintar semakin penasaran.

"Tapi?"

"Saat sedang asik berbelanja baju disana, aku melihat Yaya diam, kaku. Dia tak bergerak sedikit pun dari posisinya, seperti sedang melihat sesuatu.." Gempa menjelaskan, netranya tiba tiba mengecil. "Saat aku memegang pundaknya. Aku ikut terdiam, tubuhku gemetar, tak memercayai apa yang barusan ku lihat.."

𝗦𝗔𝗗𝗥𝗔𝗛 : escape or die || BoBoiBoy Fanfic [ 𝗢𝗚 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang