• 03 || aksa

1.4K 176 123
                                    

❝ Beberapa pergi tak mengenal pulang. Beberapa salah tak mengenal maaf. Beberapa lara tak mengenal rela. Hidup bukan tentang siapa yang nyata di depanmu, namun tentang siapa yang nyata di belakangmu. ❞

─ 'Angin Taufan Aryasatya

─ 𝐒𝐀𝐃𝐑𝐀𝐇 : ᴇsᴄᴀᴘᴇ ᴏʀ ᴅɪᴇ ─
a story by :: kimuurume















Sabtu, Pagi, Pulau Rintis

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Sabtu,
Pagi, Pulau Rintis


PUKUL lima pagi.

Hujan terus deras diluar. Suara petir terdengar susul menyusul, angin kencang berkesiur. Udara terasa dingin, dan mencekam. Sebulan yang lalu memang sudah memasuki musim penghujan.

Rumah antik yang seminggu lalu masih tentram dan penuh dengan canda tawa itu kini sepi. Penghuni di dalam rumah tersebut lebih fokus pada tugas mereka masing masing : menjaga akses pintu masuk.

Gempa, pria dengan manik keemasan dan kecoklatan itu mengusap pelupuh dahinya. Dia tanpak panik, dan khawatir.

Ya, khawatir akan saudara saudaranya.

Perjanjian awal, mereka akan kembali pukul empat dirumah, namun sampai sekarang, sama sekali tak tampak batang hidung saudaranya itu. Gempa mulai berfikir macam macam. Apa mereka ditangkap oleh orang orang itu? atau sampai sekarang mereka belum berhasil sampai ke supermarket itu? Gempa menggelengkan kepalanya. Dia takut, dia takut kehilangan saudara-saudaranya.

"Gem?"

Gempa langsung melihat arah sumber suara. Oh, rupanya Blaze. "Kenapa Blaze?" tanya Gempa, ia tersenyum kecut.

Tapi kali ini, senyuman itu terlihat berbeda. Gempa, Gempa yang biasanya selalu menjadi sumber semangat saudara saudara nya itu kini tampak lelah. Pucat. Mukanya pucat, bibirnya pucat, matanya memerah, bahkan sekarang ia memiliki kantong mata.

"Kamu sakit, kah?" pertanyaan itu di lontarkan oleh adik ke empat nya itu, yang tak lain adalah Blaze. Gempa tersenyum, dia sedikit kaget sebenarnya saat mengetahui yang menanyakan hal itu adalah Blaze. Tau sendiri Blaze seperti apa. "Ngga, aku ga sakit. Aku baik baik saja, Blaze."

"Kamu ga terlihat baik baik aja," sahut Blaze.

Kalau begitu, berhenti melihatku.

Brak Brak Brak!

Pintu belakang di dobrak, Gempa dan Blaze terkejut akan hal itu. Ice yang saat itu bertugas menjaga pintu belakang sigap berjaga di sana, menodongkan pistol nya.

"Ice, tunggu!"

Ice menurunkan todongan pistolnya sesuai perintah Gempa. Gempa dan Blaze yang saat itu berada di dekat dapur, langsung berlari dan membuka pintu tersebut tanpa aba aba.

𝗦𝗔𝗗𝗥𝗔𝗛 : escape or die || BoBoiBoy Fanfic [ 𝗢𝗚 ]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora