28

20.4K 1.4K 46
                                    

Double update yaaa

Jangkar duduk di hadapan Samudera. Ia sedikit merasa gugup saat berhadapan dengan adik Ibu dari Ciara. Dalam pandangan Jangkar, Samudera termasuk pria yang memiliki ketegasan terlihat dari mata nya yang tajam dan awas. Namun dalam waktu bersamaan ia bisa berubah menjadi lembut. Karena sebelum ini ia menyaksikan bagaimana interaksi antara Samudera dengan Cia.

"Jadi, kamu yang bernama Jangkar?"

Samudera menatap Jangkar dan menilai pemuda yang sedang duduk di hadapan nya.

"Benar, Pak. Saya Jangkar."

Samudera mengangguk. "Kemaren Cia mengatakan kalau ada seorang pria bernama Jangkar mau bertemu dengan saya. Jadi, apa yang mau kamu omongkan dengan saya?"

Jangkar menegakkan tubuh nya. Ia berdoa dalam hati supaya dirinya diberi kemudahan menghadapi Samudera.

"Saya berencana ingin melamar Ciara menjadi istri saya. Berhubung karena Bapak satu-satu nya keluarga yang di miliki Ciara, saya meminta izin untuk menjadikan Ciara pendamping hidup saya."

Samudera tersenyum tipis. Sangat tipis. Ia sudah menduga ini sebenar nya.

"Menjadikan Cia istri kamu? Cia itu ke kampung ini bisa di katakan baru datang kemaren. Belum genap dua bulan. Bagaimana kamu yakin menjadikan keponakan saya sebagai istri kamu. Bahkan saya yakin kalau kalian ini baru saling mengenal."

"Ya, Bapak benar. Kami memang baru mengenal. Tapi, kami bisa mengenal lebih jauh setelah menikah. Saya tertarik kepada Ciara, saya juga menyukai keponakan Bapak. Saya tidak ingin menghabiskan hari-hari saya hanya untuk pacaran. Apalagi di umur saya yang sekarang. Menikah adalah hal yang utama di bandingkan memiliki hubungan dalam artian pacaran seperti kalangan anak muda di luar sana. Jujur saja, Pak. Hidup di kampung ini gampang-gampang susah. Tidak sebebas di kota. Ngomong berdua saja, gosip sudah menyebar ke seluruh kampung."

"Saya paham dengan perkataan kamu barusan. Tetapi, apakah kamu tidak merasa terburu-buru?"

"Saya dan Cia sudah membicarakan ini sebelum nya, Pak. Memang kesan nya terburu-buru. Namun, kami sudah membuat keputusan untuk melangkah lebih jauh dan membawa hubungan yang seumur jagung ini ke jenjang pernikahan. Fondasi awal kami memang memiliki ketertarikan satu sama lain. Sepanjang pernikahan kami nanti rasa cinta itu akan hadir sendiri. Bukankah  pepatah mengatakan cinta hadir karena terbiasa."

"Apa yang bisa kamu janjikan dalam pernikahan ini?"

"Saya tidak bisa berjanji, Pak. Karena bisa saja sewaktu waktu saya melakukan kesalahan dan janji itu tidak saya tepati. Tapi Bapak bisa pegang ucapan saya. Saya akan menjaga, membimbing, dan mencintai Keponakan Bapak selama dalam pernikahan kami nanti. Saya akan berusaha membuat Ciara bahagia hidup dengan saya."

Samudera terdiam. Ia tampak berpikir keras. Jangkar menautkan kedua jemari nya memberikan support untuk diri nya sendiri.

"Kamu tahu Jangkar. Ciara itu keponakan saya satu-satu nya. Yatim piatu. Tidak memiliki orang tua sejak dia masih duduk di bangku perkuliahan. Saya masih ingat dua bulan lama nya Cia meratapi kepergian orang tersayang nya satu per satu meninggalkan diri nya. Cia bagaikan hidup seperti mayat. Tidak ada gairah sedikit pun. Cia anak yang baik, Jangkar. Saya tidak mau ada lagi kesedihan dalam hidup Cia. Saya sangat senang beberapa tahun ini Cia kembali bangkit dan mau menjalankan hidup nya seperti manusia normal lainnya. Saya hanya minta tolong sama kamu. Tolong jaga dan bahagiakan Cia. Jangan buat dia bersedih. Dia tidak punya siapa-siapa lagi selain saya di dunia ini. Saya sebenarnya juga senang karena nanti akan ada kamu yang aka. Menjaga Cia di sini. Jauh dari saya. Cia tidak akan sendiri lagi. Saya harap kamu bisa membahagiakan keponakan saya, Jangkar," jelas Samudera dengan mata berkaca-kaca. Sudah saat nya ia melepas keponakan nya dengan laki-laki pilihan Cia sendiri.

Jangkar mengangguk. "Saya akan berusaha membuat Cia bahagia hidup bersama saya, Pak."

"Ya. Saya terima lamaran kamu. Kalau pun saya menolak percuma. Tampak nya keponakan saya juga sangat menginginkan kamu sebagai suami nya." Samudera terkekeh. Jangkar mengulum senyum. Wajah nya sangat bahagia mendapat restu dari Samudera.

"Jadi, kapan rencana nya kalian akan menikah?"

Jangkar langsung menjawab. "Secepat nya, Pak. Rencana kami dalam bulan ini."

"Ah anak muda memang tidak bisa menahan terlalu lama seperti nya."

Wajah Jangkar langsung merah dan malu. Ia langsung paham apa yang di ucapkan Samudera. Jangkar hanya meringis kecil.

Samudera mengangguk. "Bagaimana kalau dua hari lagi. Selagi saya masih di sini. Apa terlalu cepat sekali ya?"

Jangkar langsung terkejut. Ia tidak akan mensia-siakan kesempatan ini.

"Saya siap, Pak."

Samudera tertawa kencang. Ia benar-benar tidak bisa menahan tawa melihat kesiapan dari dalam diri Jangkar.

"Apa kalian mau. Kalau dua hari lagi kalian hanya menikah di kantor KUA. Kalau untuk urusan surat-surat saya yang bantu. Sehari selesai. Tetapi kalian tidak bisa melakukan resepsi."

"Bagi saya tidak masalah, Pak. Saya bisa membuat acara syukuran saja dan memanggil orang kampung. Tetapi, saya harus bicarakan dulu dengan Cia. Saya tidak mungkin mengambil keputusan ini sendiri. Karena ini juga menyangkut tentang Cia dan impian nya menikah. Saya harus dengar dulu pendapat dari Ciara, Pak."

Samudera benar-benar senang dengan jawaban Jangkar. Ini yang dia mau. Jangkar tidak hanya mementingkan diri nya sendiri.

"Ya. Silahkan kalian bicarakan terlebih dahulu. Kalau hasil nya sudah ada dan Cia setuju. Hari ini langsung urus surat-surat nya.

"Baik, Pak."

*****

"Abang udah selesai ngomong sama Om Sam?"

Jangkar mengangguk. Ia tatap Cia dengan senyum lembut.

"Abang tadi udah ngomong sama Pak Sam. Hasil dari pembicaraan kami. Beliau  menerima lamaran Abang dan setuju dengan rencana pernikahan kita. Yang Abang sangat bahagia sekali beliau menyarankan kalau kita menikah dua hari lagi bagaimana?"

"DUA HARI LAGI?" Pekik Ci tak percaya. Wajah nya shock.

Jangkar mengangguk. Ia terkekeh melihat ekspresi Cia.

"Cepat sekali, Abang. Nikah ngga semudah itu. Banyak yang harus di urus."

Jangkar mengangguk. "Ini yang mau Abang bicarakan. Kita menikah  nya di KUA saja dulu bagaimana. Nanti kita undang para warga untuk melakukan syukuran. Dan untuk resepsi nya kalau sayang mau kita tunda dulu bagaimana. Yang penting Abang sama Ara udah sah sebagai suami istri. Tadi, sebelum pembicaraan kami selesai. Pak Sam menginginkan kita mengadakan resepsi di Bandung."

Cia kembali terkejut. Sungguh berita ini membuat nya senang sekaligus shock dalam waktu yang bersamaan. Degup jantung nya tidak berhenti sejak tadi.

"Abang kalau Ara setuju pun tidak mungkin bisa dalam dua hari ini. Paling tidak seminggu lah. Banyak lho surat-surat yang mau kita urus juga."

Jangkar tersenyum miring. "Ara nggak lupa siapa Abang di kampung ini kan? Lagian Pak Sam akan bantu. Kalau Ara setuju. Hari ini langsung kita urus surat-surat nya."

Cia terdiam. "Ara Abang nggak bisa tahan lama-lama kalau dekat Ara. Bawaan nya pengen ngelakuin hal-hal yang berpahala. Sayang paham kan maksud Abang?"

Wajah Cia langsung memerah. Ia memukul dada Jangkar.

" Abang udah mulai berani ya."

Jangkar terkekeh. Ia langsung menangkap tangan yang memukul dada nya barusan.

"Jadi, Bagaimana?"

Cia mengangguk. "Iya. Cia mau."
Jangkar bukan senang lagi melihat senyum malu-malu Cia saat ini. Ingin sekali ia menarik tubuh Cia ke dalam pelukan nya. Namun ia masih menghargai Pak Sam yang berada di rumah ini.

Tbc!
3/03/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang