35

21.2K 1.3K 17
                                    

Cia menyapa para pekerja yang berpapasan dengan nya.

"Aduh pengantin baru kok udah ke kebun aja?"

Cia tersenyum malu.

"Iya, Buk. Ini lagi anter makan siang buat suami," balas Cia mengangkat rantang nya

"Oalah begitu. Manis nya pasangan ini lagi. Bikin iri saja. Aura pengantin nya itu loh. Serasa ingin mengulang lagi saya sama si ayah anak," celetuk Buk Min.

"Woi Ingat umur lah Buk Min. Udah tuwir kita ini," sorak Santi. Para Ibuk-ibu sontak saja tertawa. Cia pun tak kuasa menahan tawa nya.

"Kecuali Buk Min mau jadi janda dulu ntar nikah lagi deh."

"Wush, ngawur kamu."

Cia pun beranjak setelah pamit dan meninggalkan para pekerja tersebut. Cia hampir sampai di kebun. Pondok milik Jangkar sudah nampak. Cia melihat sekeliling nya untuk mencari Jangkar.
.
Mata Cia memicing melihat Jangkar sedang memangkul. Cia tersenyum. Ia segera mendekati Jangkar yang tampak tidak terganggu.

"Abang!" Seru Cia keras. Jangkar langsung menoleh. Ia tersenyum lalu melambaikan tangan.

Cia langsung menghampiri Jangkar sedikit berlari.

"Hati-hati sayang!" Teriak Jangkar sedikit cemas takut Cia kepeleset.

"Hehe. Udah sampai," ujar Cia tertawa. Jangkar ikut tertawa.

"Kok ke sini?"

"Ya, Abang nggak pulang. Lupa ya kalau udah punya istri? Udah masuk jam makan siang juga."

Jangkar melotot. "Mana ada begitu. Abang nggak lupa, istriku!" Jangkar menjawil hidung Cia gemas.

"Abang Ara bawakan makan siang. Abang makan dulu ya!"

"Abang sampai lupa kalau udah jam makan siang. Abang nggak bawa jam."

"Jam di handphone kan ada, Abang,"

"Nggak sempat lihat handphone."

"Banyak kali lah alasan nya." Cia memutar bola mata nya tanpa di sadari.

Jangkar dan Cia menuju pondok. Jangkar mencuci tangan di pancuran. Sedangkan Cia membuka rantang nya dan menyiapkan nasi untuk Jangkar.

"Wah, enak nih," ujar Jangkar begitu sudah duduk.

"Ini Ara sendiri loh Bang yang masak." Cia berujar dengan nada bangga.

"Oh ya?"

"Iya. Maka nya Abang baca doa dulu habis tu cobain."

Jangkar mengangguk. Ia mencoba suapan pertama dan mengangguk tersenyum menatap Cia.

"Enak sayang. Ini apa nama nya?"

"Krengsengan Ayam. Ini resep nya Mama yang kasih. Tadi, pas lihat ada ayam yaudah masak ini aja."

"Soup nya juga enak. Wangi lagi bikin ngiler."

Cia langsung menyendok soup ke piring Jangkar.

"Sayang udah makan?"

Cia menggeleng. "Belum."

Jangkar berhenti mengunyah lalu minum. "Yaudah kita makan berdua aja."

"Abang yang suapin ya!" Pinta Cia mengedip-ngedipkan mata nya

Jangkar terkekeh. Cia langsung membuka mulut nya begitu tangan Jangkar sudah memasukkan nasi.

"Ternyata istri Abang ini manja sekali."goda Jangkar.

"Tapi, Abang suka kan?" Bisik Cia pelan dan mendekat. Jangkar hampir saja tersedak. Ia mengangguk cepat.

Cia tertawa senang. Mereka asyik bercanda sambil makan. Jangkar bergantian menyuapi dirinya dan Cia. Tidak terasa semua nasi dan sambal pun habis. Tinggal perkedel jagung tiga biji lagi.

Selesai makan Jangkar beristirahat sejenak. Cia kembali dari pancuran di samping pondok.

"Abang kayak nya mau lanjut kerja ya sampe sore." ujar Jangkar memberi tahu istri nya.

"Yaudah kalau begitu Ara di sini saja. Pulang nya bareng Abang saja. Ara tadi juga di anter Pak Mamat ke sini nya."

"Ara yakin?"

Cia mengangguk. "Abang masih lama loh ini."

"Ya nggak Papa. Asalkan sama Abang Ara oke."

Jangkar mengulum senyum mendengar perkataan Cia yang terasa manis di telinga nya barusan.

Akhir nya Cia menemani Jangkar bekerja. Cia kebanyakan duduk dan mengganggu Jangkar. Namun, Jangkar tidak ada marah sama sekali. Ia malah senang-senang saja di ganggu sama istri nya.

Kenapa ia harus marah? Biasa nya Jangkar sendirian. Bekerja terasa sepi. Sekarang sudah ada istri nya. Menemani nya bekerja juga. Jadi, Jangkar tidak akan marah. Ia malah menikmati semua nya.

Awan mulai menggelap pertanda hujan bakal turun. Namun Jangkar semakin asyik bekerja.

"Abang kayak nya sebentar lagi bakal turun hujan deh. Lihat tuh awan nya udah mulai gelap."

Jangkar mendongak menatap langit. Betul apa yang di katakan Cia.

"Seperti nya memang bakal hujan sayang. Yaudah, kita pulang saja yuk! Lagian juga udah sore. Nanti kita terkurung hujan di sini."

" Kayak yang waktu itu ya, Bang?"

"Iya, Sayang." Jangkar membereskan peralatan nya tanpa tahu maksud tersirat dari perkataan Cia.

"Ayo sayang! Kita ke pondok dulu."

Cia mengikuti langkah Jangkar. Namun, tiba-tiba Jangkar berhenti dan memindahkan cangkul nya ke tangan kiri. Lalu tangan kanan nya segera menggenggam tangan Cia.

"Ih Abang so sweet deh. Masih kepikiran buat beginian."

"Abang cuma takut nanti sayang jatuh dari pematang."

"Iya, Abang,"

Jangkar menyunggingkan senyum nya. Sebenar nya itu hanyalah alasan nya saja agar bisa menggenggam tangan istri nya.

Baru saja Cia naik ke boncengan, rintik hujan sudah mulai turun.

"Abang hujan nya udah mulai turun."

"Ayo cepat sayang. Kita lanjut jalan aja. Semoga aja sampe rumah hujan nya nggak lebat."

Cia mengangguk. Ia langsung memeluk pinggang Jangkar.

Saat dalam perjalanan hujan ternyata makin deras.

"Sayang kita lanjut aja ya! Nanggung udah basah," ucap Jangkar sedikit keras karena debit hujan yang lebat sekali.

"Iya,"

Jangkar semakin mempercepat laju motor nya. saat sudah sampai di persimpangan Jangkar pelan-pelan.

Jangkar memegang tangan Cia di perut nya. Ia menegakkan sedikit tubuh nya.

"Sayang kita ke rumah Abang aja ya. Biar lebih dekat. Nanti kalau udah teduh kita pulang."

"Iya, Abang." Sahut Cia cepat. Ia sudah kedinginan di belakang. Baju dan celana nya sudah basah.

Tidak sampai lima menit mereka sampai di rumah Jangkar. Cia segera turun dengan tubuh basah. Ia sedikit menggigil karena kedinginan.

Jangkar segera membuka pintu rumah dan menyuruh Cia langsung mandi.

Mereka bergantian mandi. Jangkar sudah membuka baju basah nya dan bertelanjang dada.

Cia keluar dari kamar mandi dekat dapur. Tubuh nya di balut handuk. Jangkar langsung menoleh dan terpaku mentap rambut basah Cia.

"Abang!"

"Huh. Ya?'

"Ara pake baju apa?"

Jangkar lalu mengamati tubuh Cia dari atas ke bawah. Cia memegang erat handuk nya.

"Ara pakai baju Abang aja. Lihat dalam lemari ya. Abang masuk ke kamar mandi dulu."

Jangkar sudah masuk ke dalam kamar mandi. Cia masuk ke dalam kamar Jangkar dan menuju lemari. Ia langsung membuka lemari Jangkar yang terlihat rapi sekali. Bahkan isi lemari nya lebih rapi dari punya Cia yang notabene nya perempuan. Cia seketika merasa minder membandingkan diri nya dengan Jangkar.

Cia menarik salah satu baju Jangkar. Ternyata baju nya kebesaran sampai paha Cia.

Tbc!
12/03/24

Jangkar CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang