🍂Part 19

4.3K 470 40
                                    

°Selamat membaca 📖°

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

°Selamat membaca 📖°


"Jauhi dia."

Suara penuh penekanan itu berhasil menghentikan Adrea dari kegiatannya. Pandangannya naik, bersitatap dengan pria yang pertama kali ia kenal saat dihari pertama memasuki dunia novel.

Tatapan tajam penuh menusuk itu Nathan layangkan pada Adrea ketika gadis itu tak kunjung menjawab. Rahang kokohnya tampak menonjolkan urat-urat disana disertai bibir yang kian menipis mencoba menahan sesuatu didalam dirinya.

Adrea mengerjap. Aura ini.....

Netra kecoklatan itu memandang wajah tampan Nathan lamat. Nathan tampak berbeda. Seperti—bukan dirinya yang biasa.

Meski cukup bingung, Adrea menyimpan makanannya diatas bangku kosong yang menjadi jarak diantara mereka. Dibangku taman ini, Adrea bisa merasakan kedamaian sejenak terlepas dari Ashland. Tapi siapa sangka, Nathan menemukannya disini dan melayangkan kalimat semacam itu alih-alih menyapa.

Tapi tak dipungkiri, Adrea cukup lega karna yang datang bukanlah Ashland. Ya, setidaknya Nathan tampak lebih baik, sangat baik dibanding sosok pria yang menyandang karakter jahat di novel ini.

Bila berada didekat Ashland, Adrea selalu terintimidasi hanya sekedar melihat obsidian gelap pria itu. Sejak Adrea asli mendatanginya, rasa ketakutan itu sirna. Ia takut berakhir sama setelah melihat dengan nyata bagaimana Ashland membunuh Adrea asli begitu kejam tanpa ampun. Dan, sampai sekarang Adrea masih terbayang-bayang tubuh penuh darah dan luka menganga itu.

Sedangkan Nathan, Adrea menilai dia tampak tidak berbahaya. Tapi ia tak bisa menyangkal pria itu terkadang juga sama hal nya dengan Ashland, susah ditebak.

Kalimat Nathan barusan itu bukankah menjerumus pada Ashland? Nathan menyuruhnya menjauhi pria itu? Begitu kah?
Sebenarnya tanpa disuruh pun Adrea akan melakukannya. Siapa juga yang ingin mendekati pria tak berhati itu.

"...Khem"

Mungkinkah ini bentuk kepedulian Nathan agar dirinya tidak terkena sial?

"...Ekhem"

Jika itu benar. Haruskah Adrea memanfaatkannya? Ia butuh seseorang untuk melindunginya kan?

"Adrea!" Seru Nathan.

Adrea tersentak. "Ah, kenapa?"

Nathan mengerucutkan bibirnya. "Kau melamun." Tidak ada lagi aura menekan yang pria itu keluarkan. Tanpa sadar, Adrea mengigit pipi bagian dalamnya menahan diri untuk tidak mengunyel pipi pria yang menyandang tokoh utama di novel ini.

Male lead AntagonistNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ