PENGHUNI 2

22 2 0
                                    

Sebenarnya siapa dalang di balik semua ini??

:⁠-⁠!:⁠-

"Saya berharap agar kasus ini dianggap sebagai kasus bunuh diri, bukan sebagai kasus pembunuhan!" tegas pria tersebut dengan bijak.

"Perbuatan tersebut telah saya lakukan tanpa adanya permintaan dari pihak Anda," balas wanita tersebut.

Empat individu, dua wanita dan dua pria, berada di dalam ruangan yang hanya diterangi oleh lampu dengan cahaya yang minim. Dengan mengenakan jubah hitam, mereka merencanakan sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain selain mereka berempat dan anak buah mereka.

"Saya akan melibatkan anak buah saya dalam rencana ini," ungkap wanita tersebut.

"Anak buah kalian juga harus ikut membantu," perintah pria tersebut dengan suara baritonnya.

"Baiklah."

"Maafkan saya, karena Anda terlibat dalam hal ini. Sejujurnya, saya tidak ingin Anda terlibat dalam situasi seperti ini dan memaksa Anda untuk memikirkan hal ini dengan serius. Namun, saya juga tidak bisa menolak rencana ini," pikir seseorang tersebut dengan hati yang tidak tenang.

                              🕯️

Aku berlari menuju gerbang sekolah, memperhatikan jam tangan yang menunjukkan pukul 7. Aku terus berlari hingga mencapai gerbang dan menahan pintunya yang akan ditutup.

"Mohon maaf, Pak, jangan ditutup. Saya ingin masuk," pintaku.

"Baiklah, lain kali jangan telat ya," balas satpam itu memberi jalan.

"Terima kasih, Pak," jawabku.

Aku masih berlari melewati koridor, lalu menaiki anak tangga menuju kelas. Setelah sampai di depan, aku menghela nafas, pandangan murid di kelas menyoroti, tetapi aku langsung duduk di kursiku.

"Katanya osis, kok telat. Mana contoh yang baiknya," sindir Viola membuatku menoleh.

"Aku telat karena-"pembicaraanku terpotong oleh Kinara.

"Osis juga manusia, dia telat pasti ada alasannya. Kamu juga sering telat kan."

Aku tercengang saat Kinara, seorang Queen bully di sekolah, membelaiku.

"Gak ada kerjaan banget sih belain dia." Celetuk Viola.

Kinara berdiri dengan tajam. "Lo yang gak ada kerjaan, cuma bisa nyindir-nyindir tanpa intropeksi diri. Saldo rekening gue masih banyak, mau dibeliin kaca engga, biar bisa ngaca!"

Viola juga berdiri tak mau kalah. "Kebanyakan bacot lo ya!"

Aku mencoba mencegah mereka berseteru.

"Berhenti!" bentakku membuat mereka diam.

"Malu dong sama kelas lain, teriakan kalian pasti kedengaran. Tolong jangan tambah masalah lagi, nama kelas kita sudah tercoreng. Siswa-siswi yang lain sudah mencap kita sebagai kelas biang masalah. Tolong kalian mengerti, jangan seperti ini, selesaikan dengan baik-baik. Aku telat juga karena ada masalah di rumah yang tidak bisa ku ceritakan," jelasku dengan mata berkaca-kaca.

"Kinara..aku ingin mengucapkan terima kasih karena sudah membela aku," ucapku pelan, tetapi tidak dihiraukan. Aku kembali ke tempat dudukku.

Jam istirahat telah dimulai, semua murid menuju kantin untuk makan siang.

"Clau, ke kantin gak?" ajak Laura.

"duluan saja," tolakku.

"Yakin nih?" tanya Nesya.

KELAS TERAKHIR Where stories live. Discover now