Bab 9 - Bidadari yang Terusir dari Surga

2 1 0
                                    

Bab 9 - Bidadari yang Terusir dari Surga

I hope you enjoyed this story. If you'd like it, you can like, comment and follow the author

*****

Hujan telah berhenti sewaktu Bonita membuka pintu. Kemudian dadanya terasa sesak saat melihat pemandangan yang memilukan di hadapannya.

Seekor induk badak terbaring lemah di tanah dengan perutnya yang berlubang dan berlumuran darah. Hewan itu masih bernafas, namun ia tampak sangat lemah. Di sebelahnya, seekor badak bertubuh mungil merengek. "Ibu...ibu..." ucapnya.

Badak yang terluka itu dikelilingi hewan-hewan yang mengalami luka yang cukup parah. Seekor monyet merintih kesakitan dengan luka berlubang pada punggungnya. Seekor zebra terbaring lemas dengan luka berlubang pada kakinya. Seekor rusa tidak mengalami luka pada tubuhnya, namun mata sebelah kirinya terluka dan berdarah.

Air mata Bonita berlinang saat mendekati hewan-hewan yang terluka itu. Dia tak mengerti mengapa manusia bisa bertindak sekejam ini, padahal hewan-hewan ini baik, ramah, dan sangat mencintai manusia.

Di sekitar Bonita, semua hewan di hutan berkumpul dan terisak melihat teman-teman mereka terluka.
Mace mendekati induk badak itu yang tampak sekarat.

"Mace," lirih badak mungil itu. "Kumohon... selamatkan ibuku."

Debby mendekati sahabatnya, ia melihat Mace tampak frustasi dengan ekpresi wajah tak berdaya.

Dalam hatinya, Mace amat tersiksa. Pemandangan ini mengingatkannya pada kenangan buruk yang sudah lama dikuburnya. Dia tak ingin hal itu terjadi lagi dan dia tak ingin kehilangan siapa pun. Namun, ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan hewan-hewan yang terluka ini.

Tiba-tiba Mace melihat bola-bola yang bersinar kuning yang melayang rendah di sekitarnya.

"Bola-bola bercahaya ini..." kata Mace, lalu melirik Bonita.

Bonita menggenggam kedua tangannya dan memohon. "Kumohon, dewa, sembuhkanlah hewan-hewan yang terluka ini."

Bola-bola itu terbang mendekati hewan yang terluka dan meresap ke luka mereka. Semua hewan di hutan tercengang melihat perlahan-lahan luka itu tertutup sendirinya. Kemudian saat bola yang bersinar kekuningan terakhir lenyap, hewan-hewan yang terluka segera bangkit. Mereka mencoba menggerakkan tubuhnya dan tidak merasakan sakit lagi.

Melihat teman-teman mereka pulih, semua hewan di hutan segera mereka mendekati mereka dan memeluk mereka dengan penuh haru.

"Terima kasih banyak, Bonita," kata Mace dengan mata berkaca-kaca.
"Aku juga berterima kasih," kata induk badak itu, di sebelahnya anaknya menangis tersedu-sedu melihat dirinya telah pulih.

"Sama-sama," jawab Bonita sambil tersenyum lebar, tiba-tiba raut wajahnya berubah serius. "Apa benar manusia telah menyerang kalian?"

"Iya," kata induk badak itu. "Jumlah mereka ada lima. Kupikir mereka sama sepertimu, Bonita, tetapi saat anakku mendekati salah satu di antara mereka, manusia itu mengarahkan senapannya padanya."

Bonita dan Mace tertegun mendengarnya.

"Aku berhasil menyelamatkan Nico, sayangnya peluru itu melesat ke tubuhku."

"Kami berusaha menolong mereka," sahut seekor monyet yang sebelumnya terluka. "Tapi kami juga ditembak mereka."

"Jadi dimana orang-orang itu sekarang?" tanya Bonita.

"Aku melihat mereka ada di perbatasan hutan timur dan barat," sahut Sky, si burung bangau bertubuh kecil itu bertengger di punggung Mace. "Tidak lama lagi mereka akan tiba di sini."

Sang RosesWhere stories live. Discover now