Chapter 42: Rasa bersalah

43 10 22
                                    

Assalamualaikum!!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Assalamualaikum!!

Halo teman-teman semuanya!
Gimana kabar kalian? Baik selalu yaa.

Oh iya, jangan jadi pembaca gaib dong, beri vote sama komen sebagai apresiasi buat aku. Aku ga minta banyak sama kalian, cuma itu aja kok❤️

Tandai jika ada typo!

Selamat membaca dan jangan lupa sebelum itu untuk memberikan vote.





*****

Devano duduk menatap keluar jendela dengan tatapan yang sulit diartikan, matanya sedikit sayu dan sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Mungkin ia baru saja melukai dirinya sendiri, ia berpikir mengapa ia bisa melakukan hal sejahat ini kepada orang yang sangat baik padanya. Devano terbatuk-batuk setelah ia memaksa untuk merokok padahal sebelumnya ia sama sekali tidak pernah merokok.

Angin berembus kencang menerpa seluruh wajahnya serta kicauan burung-burung yang terbang kesana-kemari dengan riangnya sangat berbeda-beda dengan isi hati Devano, matanya memejam menerima akan terpaan angin tersebut. Pikirannya sangat kacau, gambaran saat orang-orang menatap benci padanya sangat jelas di dalam benaknya saat ini.

Semalaman Devano sama sekali tidak tidur, sejak pulang dari tempat kejadian ia duduk termenung di kamarnya seperti mayat hidup. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh tapi Devano masih saja duduk tanpa berniat untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari sebagai pelajar yaitu bersekolah.

"Gue nggak mau sekolah." Gumamnya setelah menatap jam di dinding.

Ia membuang puntung rokok kesembarang arah lalu ia meraih handphonenya guna untuk menghubungi seseorang yang juga ikut bertanggung jawab atas kejadian semua ini siapa lagi kalau bukan Ratu.

Devano memencet nomor Ratu lalu ia menunggu respon, tapi setelah beberapakali ia menghubunginya nomor tersebut sama sekali tidak aktif. Pikiran Devano mulai kelabut takut jika saja Ratu meninggalkan dirinya sendiri dan dia akan dihantui oleh rasa bersalah selamanya karena tidak bertanggung jawab.

"Shit!" Devano meremas kuat handphonenya.

"Ratu Sialan!" Umpatnya dan membanting handphonenya.

Ia mengacak rambutnya frustasi, bodoh! Kenapa ia sangat mudah tergoda dan terpengaruh oleh Ratu. Kenapa ia sama sekali tidak curiga terhadap Ratu? Devano bodoh! Memang setiap penyesalan datang di akhir. Tapi menyesal pun tidak gunanya lagi, Rakha sudah tiada! Rakha sudah ia bunuh dengan tangannya sendiri!

"Akhh Bangsat! Kenapa gue bisa sebodoh ini? Bisa-bisanya gue percaya sama orang yang baru beberapa hari gue kenal dan ngebunuh teman yang udah dari kecil sama gue."

Love Triangle [On Going]Where stories live. Discover now