Diary Hari Kelimabelas

7.5K 595 36
                                    

Hari Kelimabelas 

Staunenerregend. (= menakjubkan) 

Foto-foto Ajeng beredar cepat di kelas. Tak ada yang ditutup-tutupi sepolos isi foto. Berbagai komentar bermunculan. Ada yang menganggap foto-foto itu rekaan belaka. Ada pula yang mencibir sinis pada Ajeng. Sementara itu tidak sedikit yang jadi bertanya-tanya pada kemampuan meramal Jhan yang sudah dua kali terbukti tepat. 

Ajeng sendiri tiba-tiba menutup diri. Saat melihat foto itu dia shock berat dan tak berkata apa-apa lagi. Ironis sekali bila dibandingkan sifat Ajeng sebelumnya yang tidak henti bicara. Tetap saja ada di antara kita yang tidak arif dalam menyikapi kasus ini. Sebut saja Cherry yang cekikikan mendesiskan kata ‘cewek murahan’. Atau Omega yang meskipun sudah kita wanti-wanti masih mengkonfrontir Ajeng dengan rentetan pertanyaan menusuk.

Selama empat pelajaran pertama kasus ini terus hangat diperbincangkan. Jelas sekali walaupun tidak diperbolehkan berbicara di kelas kalian menemukan cara lain untuk menggosip. Melalui surat. Kalian saling tukar catatan-catatan kecil. 

Dunia terbalik, Ajeng yang selalu menggosipkan kita sekarang malah jadi pusat gosip semua orang. 

Yang menjadi tanda tanya besar bagi kita semua adalah darimana gadis nomor 25 memperoleh cd tersebut. Lalu kenapa gadis itu tidak menunjukkan ekspresi apapun? Bagaimana dengan kehebohan di kelas yang dibuatnya? 

Einfach vermüten (Einfach = mudah, vermüten = menyangka) 

Tak satu siswapun mendengarkan penjelasan Pak Benny. Tidak mengherankan. 

Pak Benny… 

Berbeda dengan Bu Collins, Pak Benny cenderung ‘lurus’. Memang dia juga tidak memanggil kita dengan nama asli kita melainkan memakai inisialisasi. Ambil contoh Haya yang dipanggil beliau ‘anak berdahi lebar’, dan Andy yang dipanggil ‘anak pengunyah pensil’. 

Radith bahagia sekali jam pelajaran kelima Penjaskes. Jadwal hari ini adalah lari marathon. Anak perempuan dapat giliran pertama. Anak laki-laki yang menunggu melakukan pemanasan di pinggir lapangan. 

Radith dan Ken mengajakku ke toilet. Ken beralasan pada Bu Collins dia sakit perut. Bu Collins mengizinkan ditambah wanti-wanti kami harus segera kembali ke lapangan. 

Geschehen (= terjadi) 

Alasan sebenarnya mereka menarikku ke toilet bukanlah karena Ken sakit perut, tapi disebabkan oleh sebuah benda seperti pipa kecil. Tembakau yang dijejalkan dalam sehelai kertas. Ya, benda itu bernama rokok. 

Asap mengepul naik ke langit-langit toilet. Aku terbatuk-batuk. Berusaha menghentikan keduanya. Namun mereka tak pernah mendengarkanku. Meskipun telah kuingatkan mereka akan dihukum kalau sampai ketahuan. Aku juga mengambil resiko besar menulis tentang ini dalam diary ini. 

Ken sedang mengisap batang rokok keduanya sewaktu kami mendengar suara langkah seseorang mendekati toilet. Keduanya buru-buru membuang sisa rokok dan mengipas-ngipas langit-langit untuk menghilangkan jejak asap rokok. 

Hening sejenak. Langkah itu berhenti. Radith tidak sabar dan melongok ke luar pintu toilet. Menutupnya sambil nyengir. 

Dia menjelaskan bahwa yang mendekat tadi bukanlah guru. Tapi si nomor 25 yang sepertinya tersesat. 

In wirklichkeit auf einen irrweg geraten (In wirklichkeit = sebenarnya, auf einen irrweg geraten = tersesat) 

Ken dan Radith menertawakan kekhawatiran mereka. Aku tidak tahan lagi. Aku mengajak mereka kembali ke lapangan. Mereka masih enggan namun karena rokok mereka sudah dibuang akhirnya tak ada lagi alasan untuk tetap berada di sana. 

Aku memutar kenop pintu toilet. Keras. Layaknya terganjal sesuatu. Radith mendorongku ke samping. Mencoba memutarnya. Hasilnya sama saja. Pintu itu tetap tak bisa dibuka. 

Kemudian dari bawah pintu toilet merembes air dengan pelan. Membentuk genangan. 

Hanya air biasa. Itu pikir kami. 

Salah. 

Ken berjongkok, menyentuh genangan air tersebut. Sedetik kemudian badannya kejang-kejang. Matanya melotot dan mulutnya menganga lebar. Radith yang berusaha menolongnya mengalami hal yang sama. 

Elektrizität (= listrik) 

Apa yang terjadi selanjutnya kalian sudah tahu semua. Teriakanku terdengar sampai lapangan. Kalian semua berlarian menuju toilet. Giovani mendobrak pintu toilet. Ling menemukan sebuah kabel listrik yang terkoyak dicelupkan ke genangan air tersebut. Haya segera mematikan listriknya. 

Apa ini hanya kecelakaan atau memang ada yang berusaha menyetrum kami bertiga sampai tewas? 

(Micah Lerrenkreuz) 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Where stories live. Discover now