Diary Hari Ketujuhbelas

7.7K 606 39
                                    

Hari Ketujuhbelas 

Waaa… 

Hebat sekali Meryl-chan. Coba ya andai kita semua sungguh terlempar ke kerajaan impian. Pasti kita akan menemui berbagai kejadian penuh keajaiban dan pertarungan dalam membela kebenaran. Apa Meryl-chan menjalani hari-hari dengan imajinasi seperti itu? Hidup penuh petualangan di dunia mimpi? Ikutkan Gio dong… 

Gio takut sekali. Beberapa hari ini setiap hari selalu terjadi kecelakaan-kecelakaan aneh. Yang paling Gio takutkan sepertinya kita tak pernah terkejut lagi saat muncul kejutan-kejutan luar biasa. Rasa itu menghilang seiring saking seringnya hal ini terjadi. 

Kemarin, sewaktu kaca di atas kelompok Haya-kun pecah terus pecahanannya menerjang mereka, Gio sempat pingsan. Ma’af. Habis Gio kaget banget melihat darah yang mengalir dari sekujur tubuh mereka. 

Selalu begitu. Seperti yang baru kami alami. Gio tidak ingin menulisnya karena tidak terjadi pada jam sekolah tapi Silvia-chan bilang Gio harus. 

Baiklah. Selain itu Gio juga ingin membagikan resep terbaru Gio ‘Sup Udang ala Gio’. Cuman Gio agak-agak lupa resepnya. Gak pa-pa kan kalau Gio nulisnya nyicil. Di selang-seling sama laporan kelasnya. 

Pelajaran sih berjalan datar. Benny-sensei dan Collins-sensei masuk kelas layaknya tak ada peristiwa penting apapun di hari-hari sebelumnya. Gio penasaran Richard-sensei menghilang kemana ya? 

Resep Sup Udang ala Gio. Bahan kuah : 150 gram udang, ½ siung bawang putih, 100 mililiter air, 5 gram wortel, 5 gram tomat, 10 gram kentang, 1 gram seledri, jus jeruk botolan, gula dan garam sesuai selera, mentega secukupnya

Seharian Gio tegang. Panik ketika ada yang memanggil. Atau hampir terkena serangan jantung sewaktu mendengar suara dadakan. 

Makanya Gio senang sekali tak terjadi apa-apa di kelas hari ini. Sesenang pas Cherry-chan meminta Gio menemaninya ke toko roti yang baru buka di pusat kota. Silvia-chan ikut serta karena Cherry-chan memelas-melas minta dia ikut. Carada-kun juga bergabung sebagai penunjuk jalan. 

Kita belum pernah jalan bareng kan? Gio sedih, kenapa kita tidak pernah jalan bareng ke mall atau tempat asyik lainnya seperti yang dilakukan anak-anak SMA pada umumnya? Paling Aurora-chan yang sering bermalam di rumah Freya-chan. 

(Gio makin nggak sabar menunggu darmawisata kelas. Paling tidak dalam acara itu kita kan jalan rame-rame.) 

Gio sudah meminta yang lain ikut ke toko roti. Hasilnya… ditolak. Kalian semua sibuk atau ‘punya alasan tepat untuk dianggap sibuk’. Apa yang kalian kerjakan di rumah sampai sesibuk itu? 

Bahan sup : 25 mililiter krim, 25 mililiter susu. 

Cherry-chan pengennya kami naik bus ke sana. Akan tetapi Carada-kun bilang akan lebih cepat kalau jalan kaki sebab jalur bus memutar. Silvia-chan berkomentar ide Carada-kun bagus sekalian olahraga. Cherry-chan semula kurang setuju. Setelah dibujuk Silvia-chan, Cherry-chan mau juga. 

Dalam perjalanan Cherry-chan tak henti-hentinya mengeluh. Dia menyalahkan Carada-kun yang memaksanya berjalan di tengah terik matahari. Panas sih. Seragam Gio sampai basah oleh keringat. Gio tidak protes soalnya Carada-kun melontarkan banyak lelucon lucu. Silvia-chan tidak banyak bicara. Sembari berjalan dia mencoret-coret sesuatu di kertas. Kelihatannya seperti rute. Ya kata Silvia-chan dia suka menggambar susunan tata kota. Silvia-chan keren. Carada-kun lucu. Lalu Cherry-chan baik sama Gio. 

Bukannya Gio nggak suka sama yang lain. Gio senang bisa sekelas sama kalian kok. 

Cara membuat kuah : Rendam udang dalam larutan gula dan garam selama 10 menit. Tiriskan. Cincang-cincang udang sampai menjadi lembut. Iris bawang putih kemudian tumis menggunakan mentega. Potong melintang semua wortel, tomat dan kentang. Seledri diiris kecil-kecil. 

Mungkin Ken-kun benci Gio. Bicaranya ke Gio selalu keras. Radith-kun sering ikut menjahili Gio. Paling Micah-kun saja yang ramah. Walau dia kadang bicara sendiri dalam bahasa Jerman. 

Kembali ke perjalanan Gio menuju toko roti. Gio makin banjir keringat. Cherry-chan berhenti mengomel, kecapekan. Carada-kun tetap melucu, tertawa sendiri, lalu berhenti… memandang ke suatu gang. Silvia-chan yang berada di belakangnya otomatis menabrak Carada-kun. 

“Lihat…!” seru Carada-kun. 

Kami mengikuti arah pandangan Carada-kun. Seorang anak baru saja memasuki gang itu. Si nomor 25. 

Masukkan udang dan tumisan bawang ke dalam panci. Tutup panci dan kukus selama 15 menit. Keluarkan udang. Celupkan ke jus jeruk. Tiriskan. 

Si nomor 25 menyeret dua bungkusan hitam besar. Terlihat berat. 

“Apa yang dibawanya?” celetuk Cherry-chan. 

“Aku tidak tertarik. Tak ada gunanya juga kita tahu. Ayo lanjutkan perjalanan,” jawab Silvia-chan. 

Carada-kun meletakkan telunjuknya di bibir. “Ssst… ayo kita ikuti dia.” 

“Untuk apa!?” Silvia-chan kebingungan. “Jangan ah… untuk apa?” ulangnya. 

“Aku mau,” potong Cherry-chan bersemangat. 

Silvia-chan menatap Gio, meminta dukungan. Gio belum menjawab, keburu Cherry-chan menarik Gio. Silvia-chan menyerah. 

“Cherry merasa jadi detektif,” kata Cherry-chan. 

Cara membuat sup : Masukkan udang ke dalam panci. Tambahkan air, wortel, tomat, kentang dan seledri. Masak selama 20 menit. 

“Seperti Omega dong…” sindir Silvia-chan. 

“Jangan disamakan dong! Omega sih detektif kesiangan,” celetuk Carada-kun. 

Kami semua tertawa. Mengikuti si nomor 25 menimbulkan sensasi tersendiri. Mengendap-endap agar anak itu tidak sadar kami mengikutinya. 

Seru sekali. Berempat menguntitnya bagaikan mata-mata. Dari satu blok ke blok lainnya. Untung tidak begitu banyak orang yang lalu lalang di wilayah itu, sebab setiap orang yang melihat kami pasti bingung melihat polah kami yang mengendap-endap dengan gaya aneh. Gadis itu jalannya lambat, menunduk seakan-akan bakal menemukan uang jatuh di jalan. Bungkusan yang dibawanya meninggalkan jejak di tanah yang dilaluinya. Kami tinggal mengikuti jejak itu kalau dia menghilang. 

Masukkan krim dan susu. Aduk perlahan. Masak sampai mendidih. Tuang ke dalam mangkuk cantik. Siap disajikan. 

Lalu daerahnya berubah. Mulai banyak terlihat gedung-gedung tinggi dan toko-toko ramai oleh pengunjung. Jalan-jalan yang dilaluinya beraspal. Jejak yang kami andalkan itu pun turut menghilang. 

“Mana dia?” Cherry-chan mempercepat langkahnya di sebuah belokan. 

Si nomor 25 sedang menyeberang jalan. Kami bersembunyi di balik tumpukan peti buah. 

“Dia sudah menyeberang,” kata Cherry-chan. Segera berlari menyeberang. 

“Tunggu Cherry!!!” teriak Silvia-chan. 

Si nomor 25 rupanya turut mendengar teriakan Silvia-chan. Membalikkan badannya. Bertemu pandang langsung dengan Cherry-chan. 

Cherry-chan terpaku, menghentikan langkahnya tepat di tengah jalan raya. 

Tiba-tiba sebuah truk datang tanpa diundang. Meluncur ke arah Cherry-chan dengan kecepatan tinggi. Cherry-chan berteriak. 

Semuanya berlangsung bagai kilasan. Suara klakson. Decit rem yang diinjak paksa. Tangisan Silvia-chan. Puncaknya suara tubrukan keras yang memekakkan telinga. 

Tabrakan. Darah. Kematian. 

Tidak sepenuhnya benar. Memang ada tabrakan akan tetapi bukan Cherry-chan yang ditabrak. Carada-kun berhasil menerjang Cherry-chan keluar dari jalan tepat pada waktunya. Truk tersebut banting setir ke kiri dan menabrak pagar pembatas jalan. 

Darah yang keluar tak lebih dari lecet-lecet di lutut dan siku Carada-kun juga Cherry-chan. Dipastikan tak ada kematian. 

Kecelakaan itu menimbulkan kehebohan besar. Polisi sampai dipanggil. Kami ditanyai macam-macam. Sedangkan si nomor 25 telah menghilang di tengah kerumunan orang-orang yang tertarik pada kejadian itu. Menjadi hari tak terlupakan bagi kami. 

Teman-teman. Ramalan pertama Jhan-kun terwujud. 

(Giovani Nova) 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang