Diary Hari Keduapuluhlima

7.6K 605 35
                                    

Hari Keduapuluhlima 

Si Nomor 25. 

Begitulah cara kalian memanggilku. 

Tak seorangpun di antara kalian pernah menanyakan namaku. Sebaliknya aku dengan mudah dapat menghapal semua nama kalian. 

Sejak hari pertama aku sudah kebingungan dengan sikap kalian yang menjauhiku. Tapi setelah membaca buku ini, aku tahu duduk permasalahannya. 

Kalian membenci semua hal yang kumiliki sejak lahir. Kalian membenci cara berpakaianku tanpa tahu memiliki satu helai pakaian saja adalah anugerah di keluargaku. Kalian membenci suaraku tanpa tahu aku menderita radang infeksi di hidung yang merubah total suaraku. Kalian membenci cara berjalanku tanpa tahu tulang belakang dan kakiku mengalami kelainan sedari balita. Kalian membenci wajahku, tubuhku dan bahkan keberadaanku di dekat kalian. Apakah sebegitu buruknya seseorang yang tidak sempurna di mata kalian? 

Kalian pasti bingung kenapa buku ini berada di tanganku. Aku akan berbaik hati menceritakannya. Nanti, di akhir tulisanku. 

Empat minggu yang buruk. Seburuk perlakuan kalian padaku. Sebusuk tuduhan yang kalian bebankan padaku. 

Bukan aku pelakunya! 

Kalimat itu berulang-ulang kuteriakkan. Namun telinga kalian terlalu tuli untuk mendengarnya. Kalian tanpa menimbang hati nurani telah menetapkan orang berfisik buruk pasti juga berhati buruk. 

Aku tahu kalian membenciku! Lebih dari apapun! Dan didasari rasa benci itulah kalian merasa berhak mengunciku berhari-hari di ruangan iblis ini! 

Tidak berhenti sampai di situ. Kalian berkedok sikap sok manis membawakan makanan dan minuman untukku. 

Memuakkan. 

Minuman yang kalian bawa ternyata air comberan yang disaring. Sementara makanannya sudah basi berhari-hari. Aku marah, sedih dan ketakutan. Tapi apa yang bisa kulakukan? 

Lalu datanglah anak itu. Pertama ditamparnya aku. Ditendangnya. Dipukulinya seluruh tubuhku sampai semua tulangku terasa remuk. Anak itu tidak berhenti melakukannya meskipun aku meratap memohonnya berhenti. 

Apa kalian masih menganggap diri kalian manusia? 

Aku terus bertanya. 

Apa salahku? 

Kalian pasti menjawabnya dengan tuduhan-tuduhan itu lagi. 

Kau melakukan ini. 

Kau hampir membunuhku. 

Kau melukaiku. 

Kalian bahkan tak berniat sedikitpun membuktikan apa benar aku pelakunya. Kalian seenak perut kalian mengkambinghitamkan aku. 

Jadi jangan salahkan aku jika akhirnya aku harus menggunakan cara ini. Cara balas dendamku pada kalian. 

Senin pagi nanti saat kalian mengeluarkanku, aku takkan mengatakan apapun. Pulang ke rumah sebentar untuk mengganti pakaianku. Baru kembali ke sekolah seakan tak pernah terjadi apa-apa. Di sore harinya aku akan mengumpulkan kalian. Akan kukatakan aku mau menebus semua kesalahan dan meminta ma’af. Atau mengatakan bualan apapun sampai kalian bersedia mengikutiku ke ruang penyimpanan bawah tanah ini. Aku bisa membayangkan isi pikiran kalian, ‘si nomor 25 cuma sendirian, jumlah kita jauh lebih banyak, kalau gerak-geriknya mencurigakan, kita tinggal mengeroyoknya’. Cara pengecut seperti biasa. Setelah kita semua berada di ruang penyimpanan, aku tinggal mengaktifkan tuas itu. Tuas yang kupersiapkan sebelumnya. Hanya dengan menekan sebuah tombol maka sebidang beton akan terjatuh menutupi pintu keluar sekaligus memotong tali yang menjadi alat penghubung untuk keluar ruangan. Trik yang mudah bagiku untuk merangkainya. Ya, kalian semua bakal merasakan bagaimana rasanya terkurung di sini. Bersama diriku yang dengan senang hati menertawakan kepanikan kalian. Tapi tenang saja kita tak harus berlama-lama terkurung, karena aku telah mempersiapkan kejutan lain bagi kalian. Di berbagai titik di sekolah kuletakkan bom-bom berkekuatan ledakan kecil. Tidak cukup untuk menghancurkan sekolah namun pasti berhasil menyulut kebakaran. Kebakaran yang menggerogoti pondasi gedung dan ujungnya menghujani kita yang berada di ruang penyimpanan dengan bongkahan-bongkahan beton. 

Rencana yang hebat kan? Kalian begitu menginginkan aku tersingkir dari kelas. Maka aku bersedia mati demi kalian, sayangnya, aku mengajak kalian serta! 

Sekarang akan kujelaskan bagaimana aku mendapatkan buku ini. Malam ini seseorang di antara kalian, aku tidak tahu siapa karena dia menutup wajahnya dengan topeng, mengatakan padaku bahwa ini adalah malam terakhirku. Aku meludahinya dan dia balas melempariku menggunakan sebuah buku, meninggalkanku beserta sang buku. 

Malam terakhir? Memangnya sudah berapa hari aku di sini? Tidakkah kalian tahu aku bahkan tak bisa membedakan siang dengan malam. 

Dan jawaban penderitaanku terpampang jelas di buku ini. Mulanya kupikir itu buku harian Gina, aku mengenali tulisannya. Buku tersebut, yang secara tidak sengaja kini berada di tanganku, membuatku sadar seperti apa pemikiran kalian terhadapku. 

Oh… andai kalian bisa membaca tulisanku ini. Aku menulis rencana ini dengan penuh kebahagiaan. 

Hari keduapuluhlima memang baru dimulai besok. Tapi untuk apa kita mempermasalahkan hal itu. Toh saat buku ini ditemukan dan ada orang lain yang membacanya, kita semua telah menjadi mayat, di ruang penyimpanan ini. 

Selamat tinggal semuanya. 

Dari seseorang yang kalian benci dalam darah dan daging kalian. 

(Si Nomor 25) 

25th (Oleh : Hein L. Kreuzz)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن