3. The Empty Box

7.1K 757 111
                                    

Chapter ini dan yang selanjutnya, akan menceritakan tentang ingatan Kaitley saat James masih hidup

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chapter ini dan yang selanjutnya, akan menceritakan tentang ingatan Kaitley saat James masih hidup. Kalau ada yang bingung atau terlihat aneh komen aja ya.

Gambar di atas adalah bangunan sekolah HighStoon.

Happy reading ^^

Recap : 
Tiba-tiba, ruangan berhenti bergejolak. Dinding-dinding ruangan tetap berwarna putih polos. Begitu pula ubin dan langit-langitnya. Tidak ada apapun di ruangan itu selain Kaitley.

Dan sebuah kotak besi ukuran sedang, yang tergeletak di tengah ruangan tersebut.

                              ****

Johnson J. menyesap white coffee kesukaannya, di depan cafe yang selalu ia datangi setiap Sabtu pagi. Sekedar untuk bersantai sambil membaca surat kabar dengan ditemani secangkir kopi dan sepiring croissant sebelum memulai harinya. Johnson mengecek jam tangannya. Baru pukul 9. Masih ada waktu untuk satu buah croissant lagi pikirnya.

Ia menggigit potongan terakhir dan mengangkat tangannya sambil menjentikkan jari. Seorang pelayan perempuan muda dengan rambut merah pudar, yang ditarik ke atas untuk membentuk sebuah sanggul yang sayangnya gagal, datang dengan tergopoh-gopoh sambil memegang kasbon dan pena.

"Ya?"

Suaranya terdengar serak dan mendesak. Johnson tidak melirik sedikitpun dari surat kabarnya. Sebelum bibirnya bergerak untuk membalas pertanyaan si pelayan, ponselnya berdering dengan nyaring. Ia langsung mengambilnya dan menjawabnya. Menghiraukan desahan kesal si pelayan.

"Johnson J. di sini,"

"Sir maafkan saya. Saya tidak bermaksud untuk mengganggu Sabtu pagi anda, tapi keadaan di sini benar benar mendesak. Saya khawatir ada sesuatu yang benar benar tidak beres pada salah satu peserta. Jad–"

Suara asistennya membuat mood Johnson jatuh dengan cepat. 10 tahun yang lalu, menjadi salah satu guru penguji di sma favorit sekota terdengar seperti ide yang bagus dan mempunyai peluang untuk mengenyangkan isi dompetnya.

Tapi sekarang, di usia tua begini, Johnson mulai merasa ragu. Ia mulai lelah dengan ratusan murid sok dan ruangan-ruangan mewah yang mereka tampilkan untuk memenuhi standar tes. Semuanya sama saja. Setiap peserta selalu berasal dari kalangan atas yang otaknya hanya berisi kemewahan-kemewahan duniawi.

Johnson bukan orang kaya. Ia baru berhasil saat tesis miliknya, membuatnya diangkat sebagai guru penguji. Itupun ia dapat dengan bertahun-tahun susah payah. Rasanya melihat anak-anak yang tidak tahu apa yang namanya penderitaan ini, membuat kepergian istrinya semakin disesalkan. Dan sekarang anak-anak manja itu akan merusak tradisi sabtu paginya.

"Sir ? Sir apa kau d–"

"Ya, ya 10 menit,"

"Sir maafkan saya kar–"

Accidentally (The Life of The Dark Hunters) (UNEDITED) #Wattys2016Where stories live. Discover now