Alinne's New Home

11.3K 794 6
                                    

Jangan lupa vote dan comment-nya ya!

Archanne tertegun ketika matanya menangkap sebuah patung seorang wanita yang berwarna biru. Wajahnya bisa dikatakan kaget serta tak percaya ketika ia mendekati patung itu, tubuhnya menangkap rasa dingin dan sejuk, es abadikah? Ia menerka sambil merasakan betapa mulusnya pahatan patung itu.

Ia berpikir keras siapa-siapa saja pemahat dari kerajaannya yang bisa menciptakan es abadi serta memahatnya dengan ukiran khas milik istana dengan begitu indah. Di batu penopang patung itu terukir 'Sang Mendiang Ratu Clarrice Remoine, berdiri diatas permata terindah di Tritanian, Bulan Yinka akan menyinari rambut indahnya.'

Melihat Archanne sedang tertegun sambil menyentuh batu penopang patung neneknya, Jeff berjalan kearahnya dan berdehem. "Akhirnya kau menemukannya juga ya." Jeff mengadah keatas, menatap wajah neneknya yang lembut.

"Aku tak tahu kalau kalian sanggup datang ke Elliens ketika Festival Bulan Yinka dan meminta untuk memahat patung ini."

"Ya, kakekku bersikeras untuk membuat sebuah patung demi memperingati 50 tahun semenjak nenekku wafat."

"Kakekmu punya nyali juga."

"Ya dan itu kurasa turun temurun juga." Kata Jeff sambil berlutut di sebelah Archanne. Ia mengeluarkan kotak kecil, membukanya, lalu menunggu Archanne untuk menyadarinya. "Archanne." Panggil Jeff dengan lembut.

Archanne menoleh dan disuguhkan pemandangan yang ia kira tidak akan pernah ia dapatkan. Gadis itu menarik nafas dan mundur sedikit karena tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Jeff melamarnya. Di depan hadapan nenek kesayangannya, Jeff melamarnya.

"Maukah kamu menikah denganku?" Tanya Jeff. Gadis itu tertegun dengan pernyataan ya-tidak yang dilontarkan Jeff. Tentu ia mau. Pria itu sangat manis dan tampan. Ia akan menjadi pemegang takhta kerajaan dan sudah banyak putri kerajaan yang menunggu setidaknya sedikit perhatian darinya. Baru-baru ini ia memang sangat sering menghubunhi Archanne dan gadis itu pun menerima banyak hadiah dan surat darinya dengan senang hati.

Tapi Archanne tahu ia punya banyak tanggung jawab menantinya. Dunianya tidak bisa hanya terpaut pada seorang pria dan pada umurnya yang sekarang ini ia harus aktif membantu dan belajar, ia tidak bisa memikirkan tentang pernikahan dulu.

"Jeff, aku mau. Tapi..-"

"Tapi apa, Anne?"

"Kau tahu gelarku ini adalah Putri Tertinggi Tritanian. Akan sulit untukku membagi perhatian pada rakyat, perlindungan, lalu padamu. Apalagi baru-baru ini kerajaan kehidupan itu mulai banyak melakukan perkembangan, aku harus mempersiapkan sejumlah besar prajurit untuk mempertahankan perbatasan kita semua."

Jeff berdehem mendengarkan penjelasan Archanne. Bagaimana bisa ia lupa detail itu? Kenapa ia bertindak bodoh lalu segera melamar gadis itu tanpa melakukan sedikit lagi penyelidikan tentang kehidupannya? "Aku mengerti, tidak apa-apa kau pasti bisa melakukan banyak hal baik setelah ini, Anne."

Archanne tersenyum lalu memeluk Jeff, "Terima kasih karena sudah mau mengerti." Jeff balas memeluk Archanne sambil mengelus kepalanya, "Ketahuilah kalau aku akan disebelahmu, melindungimu."
Sejenak Archanne diam dan membangun kepercayaan diri untuk menyatakan rencananya kepada Alinne.

"Jeff."

"Hm?"

"Aku akan membawa Alinne. Cukup jauh dari sini." Archanne tertunduk ragu-ragu.

"Ada apa dengannya? Apa yang terjadi? " Tanya Jeff.

"Kau kan tahu dia ditemukan oleh ibumu dan tak seharusnya disini. Ia bahkan tak bisa mengendalikan elemen api. Ia tak bisa tinggal disini Jeff."

"Tapi, buktinya. Ia sudah 15 tahun tinggal disini. Tak terjadi apa-apa dengannya. Di kerajaan yang sangat kelam itupun, ia takkan bertahan, Claire, saudaranya bahkan tak tahu kalau dia itu ada."

"Karena itu, aku akan menempatkannya di kerajaan Archarian, daerah yang lebih netral daripada Vierith. Ketika ulang tahunmu yang ke- 18, elemen api akan memuncak. Ia bisa mati terpanggang."

Jeff menghela nafasnya yang agak tersengal karena pernyataan Archanne yang membuatnya sedikit kesal, Alinne sudah menerima banyak kasih sayang di Vierith, dia bagaikan adik untuk Jeff dan akan sulit untuk melepaskan gadis itu. Tapi sejak ia tahu bahwa Archanne, gadis yang selama ini ia suka itu adalah seorang lady yang sangat paham situasi, ia harus menahan amarahnya sebaik mungkin.
"Baiklah, Archanne. Kalau kau memaksa. Aku tak bisa mengatakan apa-apa 'kan?"
Archanne tersenyum tak bermakna. Baginya, memaksakan kehendak bukanlah hal yang cocok untuk dirinya.

***

"Sampai jumpa Archanne! Ou, jaga Alinne baik-baik ya!" Teriak Matilda, saudari ketiga Jeff, memberi ucapan selamat tinggal sambil melambai-lambaikan sapu tangannya di udara. "Kumohon jaga dia dari masa lalunya." Gumam Matilda pada dirinya sendiri.

***

"Wow! Kita akan benar-benar ke kerajaan Archarian! Wow wow wow!" Alinne tak berhenti menebarkan senyumannya saking girangnya ia bisa datang dan menemui para anggota keluarga.

Archanne masih sibuk dengan buku yang ia baca sambil memain-mainkan bola biru yang ia gerak-gerakan dengan ujung jarinya. Alinne terus menatap Archanne yang sangat tenang, terlalu tenang untuknya yang selalu punya bahan bicaraan.

"Buku apa itu, Archanne?"

"Legenda Elliens."

"Oh! Coba, beritahu aku sebuah legenda yang belum ada kerajaan lain yang tahu!" Alinne menantang.

"Legenda Frostbite. Legenda yang menceritakan dimana ketika masih belum ada orang yang sanggup untuk mengendalikan elemen es yang selalu membunuh ribuan orang. Elemen yang sangat tamak mulai menyebarkan rasa dingin mematikannya hampir keseluruh penjuru negeri Tritanian. Sampai, ada sebuah tempat dimana berlian penawar tumbuh, elemen es melemah, dan mulai ada orang yang mampu mengendalikannya. Walaupun indah, es terlalu berbahaya untuk makhluk sepertimu, Alinne."
Alinne tertunduk, "aku paham."

***

Semua prajurit Archarian melihat Alinne dengan mata terbelalak. Memang bagi mereka, 'sesuatu' seperti Alinne tak pernah ditemukan di dataran mereka. Mata biru muda pucat, rambut pirang pucat, kulit putih pucat.

Di depan pintu masuk, berdiri seorang wanita yang sangat anggun dan kelihatan angkuh.

"Sebuah kejutan, nona Archanne. Dan.. Alinne." Kata wanita itu tak bergeming dari tempat ia berdiri, tak berpikiran untuk menjabat tangan atau mengatakan kalimat selamat datang yang lembut. Ia langsung menaiki tangga sambil mengatakan "Mari, ikut aku." Tanpa menoleh pada mereka sama sekali.

"Kaum Archary sangat dikenal dengan kecantikan dan keanggunannya. Wajar mereka sedikit angkuh kepada pendatang seperti kita." Kata Archanne menjelaskan.

"Tempat seperti ini yang akan jadi tempatku berlindung, Anne?"

"Aku rasa begitu, Alinne."

***

Tritanian History : A Tale From A Forgotten LandWhere stories live. Discover now