The Wolves' Alpha

12K 825 9
                                    

Detak jam dinding yang berada di seberang ruangan terdengar sangat keras dan nyaring di telinga Alinne. Ia bingung antara mengigil karena suhu khas hutan hujan tropis atau gugupnya untuk menghadap pangeran pemimpin kerajaan Archarian.

Wanita yang tadi menyambut mereka di gerbang sedang berdiri menulis dan mengecek sesuatu di beberapa lembaran kertas yang di genggamnya sedari tadi. Ia nampak tak peduli dengan dua orang bangsawan yang sedang duduk berhadapan tak jauh darinya. Dan Archanne serta Alinne juga berusaha untuk tidak peduli dengan sikapnya yang tidak sopan kepada mereka berdua.

Archanne sedang meneguk tehnya sambil menatap Alinne yang tengah gemetar ria. Tubuhnya nampak agak pucat. Archanne meletakkan tehnya dan menjentikkan jarinya. Seketika Alinne kaget dan matanya berbinar karena dari jari jemari Archanne keluar bola yang bercahaya biru. Ia berhenti gemetaran dan mulai sibuk melihat atraksi kecil yang ditampilkan Archanne. Archanne lalu mengarahkan bola biru itu ke Alinne dan 'menyuruh'nya untuk terbang kearah Alinne. Bola itu terbang memutari Alinne dan mengeluarkan hawa sejuk ke sekitar tubuh Alinne. Ia tertawa senang. Rasa gugup dan takutnya hilang seketika.

Seorang laki-laki berdiri diantara mereka dan berdehem. Archanne terkesiap dan biru itu sirna. Alinne mengadah dan menatap pangeran kerajaan Archarian itu dengan wajah ketakutan. Pangeran itu membungkuk dan duduk di tempat duduk khususnya.

"Senang bisa bertemu denganmu lagi, Charles."

"Aku juga, Archanne. Bagaimana kabar ayahmu?"

"Dia sedang tertekan menghadapj para kaum serigala. Mereka meminta banyak persenan dengan kelanjutan hubungan perdagangan dengan kami."

"Aku paham. Ngomong-ngomong dari sini aku bisa melihat pelindung kerajaanmu dengan jelas."

"Baguslah. Oh iya, aku kesini ingin meminta sesuatu padamu."

"Apa saja." Pangeran memanggil wanita angkuh uang menyambut mereka berdua tadi untuk menulis daftar keinginan Archanne.

"Yang pertama, aku ingin kau mengganti gaya caramu berpakaian." Wanita yang menulis itu menahan tawa. Sedangkan Charles hanya memutar bola matanya. Toh ia suka dengan bajunya yang sangat mewah dan megah itu, sangat dirinya.

"Yang kedua, aku ingin menitipkan saudariku ini disini. Dan yang ketiga, tolong jaga dia baik-baik."

"Bukankah dia Alinne? Putri mahkota kerajaan Deneveria?"

"Ya, tapi, kerajaan itu sangat berbahaya sekarang. Kami tidak punya hubungan yang baik dengan yang memimpin. Ia sangat-sangat angkuh. Sama seperti, pegawai-pegawaimu."

"Mereka sedang melindungi Platinum Crown itu 'kan? Kamu tahu hal ini Alinne?" Alinne menggelengkan kepalanya.

"Kau tahu soal itu, dan mereka bukan sedang melindunginya. Maka kau harus membantunya. Jaga dia baik-baik. Kalau saja Alinne mati, pangeran itu akan punya hak sepenuhnya akan kerajaan itu. Dan kita tahu generasi asli Deneveria hanya tinggal Aline seorang. Pria itu seorang penyusup."

"Baiklah. Tapi mungkin kapan-kapan ia akan tinggal bersamamu. Kamu kan tahu, ibuku adalah ratu yang angkuh. Lihat, menyambutmu saja ia tidak mau."

"Ya itu bisa diatur, berarti kita sepakat?"

Charles memberi tatapan terserah-kamu-sajalah, dan Alinne hanya diam seribu bahasa karena tidak mengerti apa-apa yang dikatakan kedua makhluk dihadapannya.

***

Archanne berpelukan dengan Alinne dan menghadiahinya dengan sebuah kalung.

"Sentuh berlian kalung ini dan pikirkan nama ayah dan ibumu. Lakukan ketika kamu siap." Alinne mengangguk.

"Tenang, Alinne. Selama aku disini, kamu akan terlindungi." Charles menatap Alinne dan mengelus kepalanya. Pikiran Alinne salah ketika mengira kerajaan Archarian adalah kerajaan angkuh dengan pemimpin yang angkuh juga.

Tritanian History : A Tale From A Forgotten LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang