Chapter 2

56 1 0
                                    

Ku bahagia...
Kau telah terlahir di dunia..
Dan kau ada diantara milyaran manusia..
Dan kubisa dengan radarku..
Menemukannmu..

Entah sudah berapa kali lagu itu diputar lagi dan lagi. Namun sepertinya Kanaya tak mendengarkan alunan melodi dan suara lagu tersebut. Ia terlalu larut dalam pikirannya sendiri dengan tatapan kosong mengarah ke atas di langit-langit kamarnya. Ini adalah hari kelima kepulangannya,awalnya semuanya baik-baik saja hingga Widya mengatakan hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumya,hal yang sama sekali tak pernah terlintas di pikirannya. Setelah hari itu ia juga berusaha menghindari Widya, Kanaya bukannya benci dengan Widya. Tapi entah kenapa untuk saat ini menghindari Widya adalah hal yang terbaik.

                                                                                                  ###

Pukul 19.10, Kanaya melirik jam warna hitam yang kini melingkar indah di tangan pergelangan tangan kirinya. Stasiun Tugu Jogja masih sangat ramai, Kanaya duduk di salah satu sudut Stasiun yang langsung menghadap ke arah Jalan Malioboro. Tatapannya kosong,ia masih bingung sampai kapan ia akan disini,padahal sudah dari jam 17.15 kereta dari Bandung sampai di Stasiun Tugu Jogja. Ternyata sudah dua jam ia tinggal di stasiun ini tanpa melakukan apapun. Keramaian Jalan Malioboro juga tak menarik minatnya untuk sekedar jalan-jalan menikmati khas kota Jogja.

Dua hari yang lalu ia berbicara dengan Widya bahwa ia harus kembali ke Jogja karena ada kegiatan kemahasiswaan yang harus ia ikuti. Tentu saja itu bohong. Masa liburmya masih tersisa dua minggu lagi. Ia hanya ingin menenangkan diri,sejak peristiwa itu ia merasa kurang nyaman berada di rumah. Ia jarang berbicara dengan Widya, mungkin hanya akan berbicara mengenai hal yang sangat penting. Padahal biasanya mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengobrol. Ia membenci situasi canggung seperti ini. Kanaya mengeluarkan ponselnya,dan segera menghubungi seseorang

"Alan apa kamu sibuk? Bisakah kamu menjemputku ?" – Kanaya

Tidak menuggu lama,Kanaya menerima pesan balasan.

"Menjemputmu? di bandung? Jangan bercanda." - Alan

"Aku sudah kembali dari Bandung. Kalau kamu tidak sibuk jemput aku di Stasiun Tugu. Aku sudah dua jam karatan disini." – Kanaya

"Kenapa kamu baru menghubungiku? Tunggu! Aku akan lebih cepat dari Lorenzo." – Alan

"Dasar bocah gila. Apa kamu ingin mati muda" - Kanaya

Kanaya tersenyum kecil ia mematikan handphone nya dan memasukkan lagi pada saku jaket berwarna merah yang kini ia kenakan. Mengingat ini musim hujan,tapi langit Jogja saat ini sangat cerah. Ia berfikir lagi seharusnya hari ini ia masih menikmati liburannya di rumah,tapi lihat sekarang ia sudah kembali disini. Duduk sendiri di tengah keramaian kota pelajar. Ia mencoba tegar dan meyakinkan dirinya bahwa keputusan ini memanglah yang terbaik.

Sudah 45 menit sejak ia menerima pesan singkat dari Alan,namun wajah lelaki tersebut belum juga muncul. Kali ini Kanaya benar-benar sudah bosan,ia mengambil tas ransel dan membawanya beranjak dari tempat duduknya. Bagaimana tidak bosan,sudah 2 jam lebih ia duduk di bangku tunggu warna biru stasiun tersebut ia. Ia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar di Malioboro,keramaian Malioboro seakan menarik dirinya untuk membiaskan segala masalah. Namun setelah beberapa langkah dari tempatnya beranjak, ia melihat lelaki tinggi dengan menggunakan jaket kulit hitam di yang terlihat pas dengan postur tubuhnya sedang duduk diatas Ninja berwarna senada dengan jaketnya. Lelaki itu melambaikan tangannya ke arah Kanaya, meskipun belum melepas helmnya Kanaya tau siapa lelaki yang berada di sebrang jalan tersebut.

Kanaya AvelynWhere stories live. Discover now