Chapter 3

34 1 0
                                    

            Suara m terdengar menjadi pengiring musik di sebuah cafe bergaya eropa. Cafe yang menyajikan hidangan khas makanan eropa ini terlihat ramai oleh pengunjung yang bersantai mengahabiskan waktu. Danny Wijaya memilih duduk di sudut cafe dekat jendela yang langsung memberikan view jalan raya yang berada di depan cafe. Jam masih menunjukkan pukul 10.15, sudah tidak pagi lagi namun juga belum bisa disebut siang. Ia menyeruput kopi yang telah ia pisan. Ia merasakan aroma kopi yang kuat masuk menjalar ke penciumannya. Ini sungguh nikmat, hari yang cerah ditambah dengan secangkir kopi yang tersaji. Ia meletakkan cup kopi berwarna putih diatas meja, dan menghembuskan nafas panjang. Beberapa hari ini terasa sangat melelahkan baginya. Membantu mempersiapkan pernikahan ternyata tidak mudah. Bukan dirinya yang menikah melainkan ayahnya. Mengurus ini itu, memesan ini itu. Meskipun tidak mengadakan pesta besar hanya ijab qabul dan pesta kecil yang hanya dihadiri oleh keluarga saja, tapi Danny ingin membuat hari pernikahan Satrio menjadi hari yang sempurna.

Hari ini adalah hari yang membahagiakan bagi keluarga Satrio Wijaya, karena hari ini adalah hari perenikahannya dengan Widya. Bukan pesta pernikahan yang mewah,hanya pesta kecil yang dihadiri oleh keluarga dekat dan beberapa kolega bisnis tertentu. Satrio terlihat gagah dengan jas abu-abu yang tertata rapi,dan Widya mempelai perempuan terlihat cantik dengan tatanan rambut simple dan flawless make up berbalut dress putih. Mereka terlihat sedang berbicara dengan salah satu tamu yang menghadiri acaranya. Senyum merekah terukir dari bibir kedua insan yang tengah ber bahagia. Terlihat Satrio menyebarkan seluruh pandangannya pada seluruh ruangan yang di dominasi warna putih. Tangannya melambai pada seseorang yang terpaut beberapa meter darinya,mengisyaratkan untuk orang itu segera mendekat padanya. Terlihat seorang pria berpostur tinggi tegap yang sangat pas dengan balutan jas putih di tubuhnya mendekat kearah Satrio dan Widya.

"Danny, darimana saja? Ayah mencarimu sejak tadi." Ucap Satrio dengan menepuk pelan bahu anaknya "Oh iya..kenalkan ini anakku Danny. Danny Wijaya" Satrio mengenalkan Danny pada kolega bisnisnya. Ia merasa ini momen yang tepat untuk mengenalkan Danny dengan kolega bisnisnya,karena bagaimanapun juga Danny nanti yang akan menjadi pewaris kerajaan bisnis Wijaya Grup.

"Wah,anakmu sangat tampan Satrio. Aku harap kemampuan bisnisnya juga sama hebatnya denganmu" Salah satu kolega bisnisnya menimpali

Danny Wijaya putra satu-satunya keluarga Wijaya. Dengan postur tinggi tegap, dan wajah yang lumayan tampan. Tidak, wajahnya memang tampan. Lesung pipit yang selalu menghiasi wajahnya tiap kali ia tersenyum dan kulit yang sedikit sawo matang membuat aura maskulin selalu terpancar dari dalam dirinya.

"Terima kasih, anda terlalu memuji." Senyum tipis terlihat dari wajah manis Danny

"Saya permisi sebentar, masih ada tamu lain yang harus saya temui. Silahkan dinikmati jamuannya." Satrio dan Widya meninggalkan kedua kolega dan berpindah pada tamu yang lain.

"Ayah tunggu sebentar ada hal yang ingin aku bicarakan." Danny menahan tangan kanan Satrio sebelum ia meninggalkannya.

"Iya, ada apa dan?"

"Aku harus pergi sekarang. Aku akan berangkat pada penerbangan malam. Aku ingin berpamitan denganmu dan mama Widya."

"Kenapa kamu buru-buru sekali danny? Bahkan kamu akan pergi sebelum pesta ini selesai." Ucap Widya dengan ekpresi sedikit kecewa.

"Maaf kan aku mama Widya. Aku ada acara di kampus,dan aku sebagai ketua harus bertanggung jawab." Danny membalasnya dengan senyuman tidak ingin membuat wanita yang kini telah menjadi mamanya semakin kecewa.

"Baiklah,tapi kamu harus hati-hati Dan. Dan segera kabari ayah kalau kamu sudah sampai."

"Siap bos besar." Jawab Danny dengan gaya hormat layaknya kepada komandannya.

Kanaya AvelynWhere stories live. Discover now