Chapter 5

25 0 0
                                    


Pagi ini sangat cerah. Masih pukul 07.00 namun matahari sudah menebarkan sinarnya. Kanaya membuka pintu kamarnya. Ia mencium aroma masakan mamanya, aroma masakan yang dulu setiap pagi selalu menggoda hidungnya. Dengan rambut masih acak-acakan dan kesadarannya yang belum sepenuhnya ia berjalan menuju dapur menghampiri Widya yang sedang meracik beberapa makanan.

"Masak apa ma?" Tanya Kanaya sambil mengambil tempat duduk di dapur

"Kare ayam, ini makanan kesukaan Danny." Balas Widya masih fokus dengan makanan yang ada di depannya.

Kanaya meletakkan kepalanya di meja yang terletak di depannya. Ia disadarkan kalau pagi ini ia bangun di rumah Danny. Danny orang yang sungguh tidak ingin ia lihat pagi ini,tapi kenyataannya ia malah bangun di rumah Danny. Tapi ia masih bersyukur, ia tidak melihat Danny untuk saat ini. Entah dimana Danny pagi ini, ia tidak melihatnya berkeliaraan di dalam rumah pagi ini,dan Kanaya tidak memperdulikannya. Kanaya bangun dari sandarannya, dan melihat ke arah Widya yang masih repot membumbui ini itu pada masakannya.

"Mama akan lama kan disini?"

"Mama akan kembali ke Bandung siang ini,"

"Apa siang ini??" Kanaya terhenyak kaget.

"Mama ada urusan Nay, lagian mama minggu depan juga harus kerja."

"Jadi mama mau ninggalin Naya sendiri ?"

"Siapa yang ninggalin kamu sendiri, kan ada Danny."

"Tapi ma, aku nggak mau sama dia. Mama tau nggak dia itu.."

"Emang aku kenapa Nay?" Sebelum Kanaya menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara Danny dari belakangnya. Danny berjalan ke arah Kanaya dan duduk disampingnya sambil membawa botol minuman. Kanaya melihat sesaat ke arah Danny yang hanya memakai kaos polos berwarna merah dan bekas keringat terlihat dari punggung pria tersebut.

"Nggak apa-apa." Kanaya hanya menjawab seperlunya dan kembali melatakkan kepalanya diatas meja yang berada di depannya.

"Kamu baru bangun?"

"Iya"

"Nggak ada kuliah?"

"Nggak"

"Oh..pantesan baru bangun." Ucap Danny dengan nada sedikit bercanda. Danny ingin lebih akrab dengan Kanaya, sejak ia mengetahui fakta bahwa Kanaya akan menjadi adik tirinya ia sudah menginginkan untuk bisa akrab dengan saudara. Danny adalah anak tunggal, ia ingin memiliki saudara yang bisa ia ajak untuk mengobrol di depan tv, menceritakan hal-hal seru, berdiskusi mengenai sebuah masalah. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Danny tapi tidak sepertinya dengan Kanaya. Tanpa menjawab perkataan Danny, Kanaya langsung berjalan kembali ke dalam kamar. Ia benar-benar tidak ingin ngobrol Danny.

###

Sore ini langit nampak sangat cerah,warna orange khas dari senja selalu memberikan rasa kenyamanan tersendiri. Senja yang selalu menenangkan,senja yang selalu membuat orang yang melihat merasa nyaman. Begitupun dengan Naya, entah sejak kapan ia sangat mencintai senja ia pun juga tidak tahu. Baginya menatap langit orange kala sore selalu menjadi rutinitas yang menyenangkan baginya. Bagaimana Tuhan bisa menciptakan langit sedamai ini. Tinggal dirumah ini ternyata juga tidak terlalu buruk, karena rumah ini memiliki balkon di lantai 2 yang bisa membuat pandangannya bebas menelanjangi langit. Ia duduk di kursi panjang yang terdapat di salah satu sisi balkon tersebut, sambil menyenderkan punggung dan kepalanya pada tembok di belakangnya. Ia tidak ingin melakukan apapun sore ini, ajakan hangout dari Sasa juga ia tolak karena ia ingin mengistirahatkan pikirannya. Ia menutup pelan kedua matanya,sepasang earphone nampak bertengger di kedua telinganya. Ia tetap menutup kedua matanya,namun ia merasa musik yang ia dengarkan terasa hilang sebelah. Ia membuka matanya, matanya langsung mendapati Danny kini duduk di sebelah kirinya dengan mengambil sebelah earphone yang sebelumnya ia kenakan.

Kanaya AvelynWhere stories live. Discover now