5. Isi Hati

1.9K 82 2
                                    

Katakanlah sekarang Bahwa aku tak bahagia
Aku punya ragamu Tapi tidak hatimu
Kau tak perlu berbohong
Kau masih menginginkannya
Ku rela kau dengannya
Asalkan kau bahagia
Armada - asal kau bahagia


Author POV

Ariana membuka pintu rumahnya, ia baru saja pulang sekolah. Wajahnya terlihat lesu akibat tugas yang menumpuk. Ya beginilah menjadi anak Sma, banyak sekali tugas hingga membuat otak serasa ingin meledak.

Ariana menuju dapur untuk mengambil minum, ia melihat sosok pria sedang didepan kulkas.
Dengan perlahan, Ariana mengambil sebuah sapu dan mendekatkan diri ke pria tersebut.

"MALINGGG!! MALINGGG!!!" Teriak Ariana sambil memukuli pria tersebut. Pria tersebut menjerit kesakitan, ia mencoba menangkis sapu yang menuju ke arahnya.

"MAH, ADA MALINGGGG!!" Ariana berkali-kali berteriak.

"Sayang, udah-udah. Kamu apa apaan si. Ini Adit, kakak tiri kamu" ucap Rina sambil mengambil sapu ditangan Ariana.

"Ups" Ariana merasa bersalah, ia menutup mulutnya dan tatapannya mengarah ke bawah.

"Maafin Ariana ya Dit, dia gatau" ucap Rina.

"Iya, gapapa kok"

"Yaudah mamah kekamar dulu ya" ucap Rina sambil pergi meninggalkan mereka berdua di Dapur.

"Maaf ya" ucap Ariana meminta maaf kepada Kakak Tirinya.

"Iya, selow aja" ucap Adit sambil tersenyum ke Ariana.

Kenapa dia senyum ke gue? Bukankah seharusnya dia marah sama gue? Batin Ariana.

"Yaudah gue kekamar dulu" ucap Ariana.

Ariana meninggalkan dapur dan bergegas menuju Kamarnya, ia masih mengenakan seragam putih abu-abunya. Ia merasa tidak enak hati kepada Adit karna sudah menyangkanya sebagai maling.

⭐⭐

"Terlalu munafik, gue terlalu munafik.
Gue mencintai dia, sedangkan dia enggak sama sekali. Apa jatuh cinta sesakit ini? Bagai ditusuk ribuan pisau yang tajam" ucapnya.

"Ariana, gue suka sama lo. Sedangkan lo enggak.
Maaf gue udah bohong sama lo, gue kadang sering ngambil bunga yang lo titipin ke gue buat Farlo"

Iya, Dani mencintai Ariana. Saat ini Dani sedang duduk di balkon depan rumah sambil menatap bintang. Dan menyurahkan isi hatinya sendiri.

Jatuh cinta kepada seseorang yang cintanya bukan untuk kita itu terasa sakit.
Bagai mencari jerami ditumpukan jarum.

"Apa yang harus gue lakukan? Gue pendam perasaan ini atau gue utarakan langsung supaya dia tau kebenaran bahwa gue suka sama dia" Dani frustasi, ia mengacak - acak rambutnya.

"Gue takut Ar, Gue takut kalo gue bilang suka sama lo, lo bakal menjauh. Gue takut itu"

Dani menatap bintang dilangit, malam ini langit langit dihiasi ribuan bintang yang terang menderang. Bulan sangat cerah malam ini.
Namun, suasana malam inu cukup sunyi. Tidak ada kendaraan yang berlalu lalang didepan rumah Dani. Padahal ini baru jam 20.00 wib.

Dilain sisi, Farlo membuka nakas yang berada didalam kamarnya, ia menemukan vas bunga dan bunga bunga mawar berwarna merah yang ditempatkan sangat rapi didalam Vas tersebut.

"Katanya ini bunga ke 96, tapi kok pas gue hitung, jumlahnya cuma ada 83?" Tanya Farlo pada dirinya sendiri.

Bunga yang hilang itu telah diambil oleh Dani.
Dani terkadang suka mengambil bunga yang seharusnya diberikan kepada Farlo.
Ia merasa iri hati kepada Farlo teman sekelasnya.

Farlo mengambil toples bening yang berada di meja belajarnya.
Ia menulis pesan pesan untuk pengirim bunga itu ditoplesnya.

Terimakasih atas bunganya.

Siapapun lo, gue berterimakasih.

Hari ini gue g dapet bunga dari dia.

Siapa si dia? Penasaran gue.

Semoga lo cantik.

Gue harap suatu saat lo bakal nunjukin diri lo.

Dan masih banyak lagi Pesan pesan yang ditulis oleh Farlo untuk pengirim bunga mawar merah.
Ia menulis di secarik kertas kecil ,melipatnya dan memasukan kedalam toples bening itu.

⭐⭐

Hari ini hari pertama Adit disekolah barunya, Sma Harapan. Ia berangkat bareng Ariana menaiki motor miliknya yang semalam baru sampai dari Jakarta.

"Ayo naik" ucap Adit

Ariana menaiki dirinya ke motor Adit, motor  Vario berwarna hijau. "Ini helm nya" ucap Adit sambil memberikan helm berwarna hijau tosca ke Ariana.

Perjalanan menuju sekolah lumayan memakan waktu yang lama. Disepanjang perjalanan tidak ada obrolan satu pun dari mereka berdua.

Hening.

Hanya terdengar suara riuh motor dan kendaraan lainnya.
Suara klakson yang berkali kali berbunyi akibat macet membuat suasana diperjalanan menjadi berisik.
Ariana memasangkan headsetnya ke telinganya.
Ia membuka helm yang ia pakai terlebih dahulu sebelum memasukan headset tersebut.

Setelah beberapa menit, Motor Adit telah sampai di parkiran sekolah. Ariana turun dari motor dan berjalan membelakangi Adit.

"Ar" panggil Adit. Namun Ariana tidak menoleh kearah Adit.

"Ar, tunggu" ucap Adit sekali lagi sambil berjalan dengan langkah yang cepat menuju Ariana.

"Ar" kali ini adit memegang bahu Ariana. Ariana refleks, ia terkejut dan langsung membulatkan matanya. "Wut?" Ucap Ariana sambil melepaskan Headset yang terpasang di telinganya.

"Anterin gue Ar" pinta Adit.

"Ke?" Tanya Ariana.

"Ruang kepala sekolah"

"Yauda ayo" ucap Ariana sambil melanjutkan langkahnya.

Disetiap koridor, Adit memperhatikan dengan Detail sekolah barunya. Dimulai dari Uks, perpustakaan dan ruangan lainnya yang ia lewati bersama Ariana.

"Nih" unjuk Ariana sesampai di depan ruang kepala sekolah. "Gue cuma bisa anterin sampe sini, soalnya gue mau langsung ke kelas" sambungnya.

"Iya makasi ya Ar" ucap Adit sambil tersenyum dan memperlihatkan sederet gigi putih miliknya.

Ariana segera pergi meninggalkan Adit. Ia menuju ke ruang kelasnya.

"Oh, kamu anak baru itu ya? Kakak tirinya Ariana anak XI-A Ipa?" Tanya Pak Edi selaku kepala sekolah, sambil melihat berkas yang berada ditangannya.

⭐⭐

Slow Update.
10+ vote, bakalan next!!
To be continue~

Pengagum RahasiaWhere stories live. Discover now