Jika Aku Tahu

10.1K 782 16
                                    

Davis mendahului langkah Alenia masuk ke dalam, seolah mempersilakannya masuk. Alenia melepas sepatunya dan segera masuk ke kamar mandi, rasanya seluruh tubuhnya lengket, namun ditahan oleh Davis.

"Al, makan dulu, yuk!" ajak Davis.

"Kamu makan saja dulu, Dav. Rasanya lengket semua," kata Alenia.

"Ya sudah, jangan lama-lama aku tunggu."

Alenia segera mengguyur tubuhnya dengan air segar, rasanya segala penat lelahnya luruh tak bersisa. Ia keluar dan mendapati aroma nasi goreng pembelian suaminya itu sudah tersaji di meja makan lengkap dengan sendok dan dua gelas air mineral, namun tak ada Davis di meja makan.

Davis segera mendekati Alenia di meja makan, mereka makan dengan nikmat dalam diam. Davis usai terlebih dahulu, sementara Alenia masih makan.

"Dav, tadi siang Ivy telepon. Dia minta dibelikan tas seharga seratus lima puluh ribu." Alenia bercerita.

"Bulan kemarin dia minta sepatu, sekarang minta tas besok apalagi? Jangan diberikan." Davis merasa Ivy memberatkan keuangan mereka.

"Mama tadi marah karena aku bilang pada Ivy kalau bulan depan saja karena sudah membayar uang sewa." Alenia bercerita kembali.

"Besok aku akan temui Ivy dan mama, kamu lanjutin makan dulu." Davis meminta isterinya melanjutkan makannya.

"Dav, kamu kan tahu kalau permintaan Ivy tak bisa diberikan lain waktu, kita patungan saja gimana? 'Kan kamu ada uang," kata Alenia mengutarakan idenya.

"E, uang itu habis. Terakhir buat beli nasi goreng kita tadi." Davis tercekat menjawab pertanyaan Alenia.

"Habis? Secepat itu, Dav?" tanya Alenia.

"Aku tadi temui Pak Solo. Berniat buat ambil kredit sepeda motor bekas tapi uang DP dibawa pergi." Davis menceritakan apa yang ia alami.

"Berapa?" tanya Alenia.

"Empat ratus ribu."

"Dav, 'kan sudah kubilang jangan percaya dengan orang yang baru kau kenal?"

"Aku tidak tahu jika gini jadinya, Al."

"Lalu Ivy gimana?"

"Soal Ivy, jangan dipikirkan aku yang tangani dia." Davis duduk di depan televisi kembali, ia membiarkan Alenia menghabiskan makan malamnya.

-

Manda pulang ke rumahnya dengan lelah. Seharian ia berkutat di balik meja kerjanya mengembangkan Emerald Two. Sebenarnya berita yang dikonsumsi publik tak sepenuhnya benar, bahwa Emerald Two adalah cabang Emerald pemberian suami pertamanya.

Itu kurang tepat. Usaha itu sudah dimiliki Manda dari sebelum menikah dengan suaminya itu , dan suaminya yang kedualah yang menyempurnakannya saja.

Suami, bagi Manda adalah pria yang sok berkuasa atas dirinya yang memanggilnya hanya saat butuh dilayani saja. Selebihnya isteri hanyalah sebuah status belaka.

Berbeda dengan suami pertamanya yang meninggal mendahuluinya. Tak lama mamanya menjodohkannya dengan pria yang seusia dengannya, yang kini dipastikan berada di kediamannya.

Sepi. Saat Manda datang, itulah yang dilihat oleh Manda saat pulang ke rumah suaminya, tetapi itu hanya sementara. Karena suara cekikikan khas wanita berada di balik sekat ruang tengah.

Ia melihat suami keduanya itu duduk menatapnya tajam. Manda hendak berbalik saat suara suaminya menyapa.

"Baru pulang? Apa senang diantar pria muda itu?" tanya suaminya itu.

INEFFABLE #1✓[Pindah ke PF Berbayar]Where stories live. Discover now